POV Riana
Malam harinya, juragan Karno beserta istri nya Nining dan putranya Purwo telah sampai kerumah ku. Kami menyambut mereka di depan pintu dan mempersilahkan masuk dan kami pun duduk di ruang tamu, setelah mbok Sri menyiapkan teh dan cemilan juragan Karno pun mengutarakan niat nya datang kesini.
"Jadi kedatangan kami kesini untuk melamar Ariana Pramona sebagai istri dari anak kami Purwo." ucap juragan Karno sembari tersenyum penuh arti
"Kami sekeluarga menerima pinangan kang mas." sahut bapak
Deg
Dada ku terasa sesak mendengarkan ini, bapak menerima lamaran juragan Karno tanpa berdiskusi dengan ku. Padahal, sore tadi aku sudah terang terangan menolak. Tak tahan diam aja, aku pun mengungkapkan apa yang ada di hati.
"Pak... Bapak kenapa asal terima lamaran ini toh?" tanya ku pada bapak
"Sudah kamu diam saja, ini yang terbaik buat kamu." sahut bapak sembari menatapku tajam
"Tapi Riana tidak mau pak, Riana tidak cinta sama mas Purwo. Bapak tidak bisa begini!" seruku lantang
Bapak semakin menatapku tajam, detik kemudian ia beralih menatap juragan Karno.
"Maaf kang mas Karno atas sikap Ariana, ia hanya terkejut saja karena kami lupa memberitahu." ucap bapak merasa tak enak hati
"Baiklah kakang kalau begitu kami permisi dulu, saya akan mengirim surat melalui centeng saya pada kakang mengenai kapan acara pernikahan nya." sahut juragan Karno seraya berdiri dari tempat duduk.
"Kami permisi yo mbak yu." ucap bude Nining istri Karno
"Iyo Ning, hati hati." sahut ibuku
Mereka pun langsung bergegas pergi, sebelum pergi Purwo melirik ku sekilas. Setelah mereka pergi, bapak menatap ku dan melayangkan tamparan keras di pipiku.
Plakk
Aku meringis menahan sakit.
"Bapak iki apa apaan toh pak!" seru ibuku menggelegar
"Biar bu, biar dia tau sopan santun dia hampir membuat keluarga kita malu bu." sentak bapak
"Tapi dia ini anak kita pak, putri kita satu satunya dan bapak menampar anak kita cuma karena masalah kecil." sahut ibuku
"Sudah sudah bapak pusing, lebih baik kita istirahat saja." ucap bapak sembari berlalu meninggalkan kami
Ibu menatapku seraya mengelus pundak ku lembut, aku sudah tidak bisa berkata apa apa lagi. Bergegas aku berlari ke kamar, dan menutup pintu nya kencang.
Brakkk
Aku menangis sejadi jadinya di atas tempat tidur
'Aku harus mengatakan hal ini pada mas Damar' batinku
...****************...
Keesokan paginya, setelah sarapan aku bergegas ke kebun mencari mas Damar. Mas Damar memang bekerja di kebun bapak, dan kami sudah menjalin hubungan selama 3 tahun.
Setelah mencari ke sekeliling kebun, akhirnya mataku tertuju pada sosok lelaki berkulit hitam manis, dengan postur tubuh tegap, dan di perut nya memiliki roti sobek sebanyak enam kotak aku bergegas menghampiri nya.
"Mas Damar." teriakku sembari berlari menyusuri jalanan yang licin
"Riana." gumam mas Damar terkejut sembari menoleh ke arahku
"Mas." panggil ku lagi
"Kamu ngapain kesini ini masih pagi toh?" tanya mas Damar seraya menggelengkan kepala tidak habis pikir kepadaku
Aku menatap matanya lekat lekat, tak terasa mataku mulai panas dan berkaca kaca. Aku langsung mendekap tubuh mas Damar dengan sangat erat, dan akhirnya air mataku pun tumpah tanpa bisa ku bendung.
"Hei kamu kenapa menangis hmm?" tanya mas Damar seraya mendongak kepadaku
Aku bergeming semakin ku per erat dekapanku, Mas Damar pun mendekap ku kembali. Hingga menit kemudian, ia melepaskan pelukan nya dan mendongak menatap ku seraya menghapus air mataku.
"Kamu kenapa? Apa yang membuat kamu bersedih coba ceritakan sama aku." ucapnya seraya menuntun ku ke gubuk setelah sampai di gubuk aku pun menceritakan semuanya.
"Bapak jodohin Riana sama mas Purwo." ucapku lirih
Mas Damar tertegun sesaat, dan menatapku dengan lekat detik kemudian ia pun menghembsuskan nafas pelan.
"Maafkan mas Riana." ucap mas Damar lirih
Aku mendongak menatap mata mas Damar seraya berucap.
"Kenapa mas Damar meminta maaf?" tanya ku
"Karena mas belum bisa bahagiakan kamu." ucap mas Damar seraya menatap ku dengan tatapan teduhnya
"Mas Damar tidak salah, jangan menyalahkan diri sendiri mas ini sudah takdir." ucapku pelan
"Mas ikhlaskan kamu dek." ucap mas Damar seraya menatap mataku lekat
Deg
'Apalagi ini Gusti' batinku
"Maksud mas Damar apa toh." sahutku seraya menggelengkan kepala tanda tak habis pikir dengan ucapan mas Damar
"Apa yang di katakan lurah Pramono benar adanya, kamu akan bahagia bersama Purwo. Sementara mas, jangankan kamu mas bahkan belum bisa bahagiakan diri mas sendiri. Mas juga masih harus membantu ibu memenuhi kebutuhan sehari hari, belum lagi Hayati adik mas." ucapnya menerangkan
"Mas Damar menyerah sama hubungan kita mas?" tanyaku tak habis pikir dengan jalan pikiran mas Damar
"Bukan begitu Riana, dengarkan mas dulu ini demi kebahagiaan...." ucapan mas Damar tepotong karena pekikanku
"Stop." pekikku memotong ucapan mas Damar
"Kalian selalu mengatakan demi kebahagiaan ku lah, ini yang terbaik lah, tanpa kalian sadari aku sakit. Hati aku sakit mas, aku cinta nya cuma sama mas." timpal ku lagi menahan air di pelupuk mata
"Riana tolong kamu jangan seperti ini, mas terluka melihat kamu menangis." ucap mas Damar lirih
"Mas terluka melihat aku menangis tapi mas buat aku menangis, padahal dulu mas udah janji untuk memperjuangkan hubungan kita. Tapi sekarang?" tanya ku
"Bukan begitu, hanya saja mas berpikir tidak mungkin kita seperti ini terus mas tidak akan pernah bisa membahagiakan kamu." lirih mas Damar seraya menghapus air mata ku menggunakan ibu jarinya
"Mas sudah tidak mencintai Riana lagi?" tanyaku
"Mas sangat mencintai kamu, tidak akan ada orang yang bisa menggantikan posisi kamu dihati mas. Tapi, kita tidak bisa seperti ini terus." ucap mas Damar
Kami terdiam sejenak dalam pikiran masing masing, hingga aku bersuara.
"Apa hubungan kita telah berakhir mas?" tanyaku lirih
Mas Damar diam sejenak dan menghembuskan nafas dalam.
"Ini yang terbaik Riana." sahut nya semabri tersenyum manis
Aku tidak menjawab ucapan mas Damar, aku lantas bangun dari duduk dan bergegas pergi meninggalkan mas Damar. Aku berjalan menyusuri tanah yang lembab dengan membawa sesak di dada, aku ingin sekali menemui eyang yang tinggal di atas bukit sana.
"Cuma eyang yang bisa mengerti dengan perasaanku." gumamku
"Aku naik ke atas bukit atau tidak ya?" gumamku lagi bertanya tanya
Karena takut ada hewan buas di atas bukit, aku pun melanjutkan perjalanan menuju rumah.
'Kenapa Gusti memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai' batinku
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
deka
ini Damar nya pendek kah? kok mendongak memandang Ariana
2025-01-23
0