Melepaskan

DOUBLE POV

POV Riana

Keesokan harinya, setelah sarapan pagi aku berencana untuk ke kebun hanya untuk melihat mas Damar, sungguh aku sangat merindukannya.

"Loh kamu mau kemana nduk rapi rapi begini?" tanya ibu yang melihatku di ambang pintu kamar

"Eumm... mau keluar sebentar bu." sahutku seraya menautkan jari jariku

"Iyo tapi mau kemana toh?" tanya ibu lagi

"Ehh mau ke pasar sama mbok Sri." sahutku

"Loh memang nya ngapain?" tanya ibu lagi

"Ehh... Eumm mau bantuin mbok Sri bu, kami mau belanja banyak makanan untuk nanti kedatangan keluarga juragan Karno. Takut nya mbok Sri tidak sanggup bawa toh, ya sudah aku ikut saja untuk membantu membawa kan nanti." sahut ku gugup seraya memilin baju yang ku kenakan

"Ohh begitu toh, ya sudah sana." ucap ibu

Tiba tiba mbok Sri dari belakang entah hendak kemana, lewat melintasi kami ibu langsung memanggil.

"Mbok iki Riana udah siap siap." ucap ibu

Aku hanya bisa menahan nafas dalam, Mbok Sri mengernyitkan alis bingung.

"Memang nya mau kemana toh?" tanya mbok Sri bingung

"Loh pie toh mbok, kan kalian mau ke pasar toh." ucap ibu ikut bingung

Mbok Sri menatapku, aku balik menatap nya seraya mengangguk kan kepala pelan sebagai kode. Mbok Sri yang langsung tanggap, langsung menyahut.

"Oh...iya iya nyonya, maaf mbok teh lupa." ucap mbok Sri sembari menepuk jidat nya

Ibu hanya menggeleng gelengkan kepala nya melihat tingkah mbok Sri.

"Ya wes hati hati ya." ucap ibu seraya tersenyum

Mbok Sri hanya mengangguk, ibu mengelus pipiku sesaat sembari berlalu menuju kamar nya. Mbok Sri menatapku, dan bertanya.

"Memang nya kamu teh beneran mau ikut ke pasar sama mbok?" tanya mbok Sri seraya menatapku dengan curiga

Karena sudah terlanjur aku pun hanya mengangguk kan kepala, niat hati mau melihat mas Damar ah sudah lah.

"Beneran mbok, memang nya tidak boleh ya Riana ikut?" tanyaku mengerucutkan bibir

"Loh loh... ya boleh saja, sudah jangan dramatis begitu." ucap mbok Sri

Aku hanya tersenyum

"Ya sudah kita berangkat sekarang?" tanya mbok Sri

Aku mengangguk setuju, kami pun berjalan keluar dan pergi menuju ke pasar dengan di antarkan mang Kurdi, centeng plus supir kelurga kami dengan naik kereta kuda.

...****************...

Setelah membeli bahan yang hendak di beli, kami pun bergegas pergi.

"Sudah selesai mbok?" tanya mang Kurdi pada mbok Sri

"Sudah semua."

"Kalau begitu ayo kita pulang."

Mbok Sri mengangguk dan langsung naik ke kereta, mang Kurdi menatapku sekilas aku hanya tersenyum dan mengangguk dan masuk ke dalam kereta.

Sesampainya di gerbang rumah, aku melihat mas Damar berjalan memunggungi ku. Mas Damar tidak menoleh ke belakang, aku hendak memanggil tapi sudah jauh kami langsung masuk ke dalam rumah.

"Loh sudah pulang nduk?" tanya ibu menyambut kami

"Nggeh, sudah bu." sahut ku

"Ya wes kamu istirahat saja." ucap ibu tersenyum

Mareka tidak membahas soal mas Damar sedikit pun, jika aku bertanya juga pasti tidak akan ada jawaban. Aku cukup lelah jika harus berdebat, aku memutuskan untuk masuk ke kamar

...****************...

POV Damar

Setelah mengetahui rencana bejat Purwo semalam, aku berniat untuk memberi tahu pak lurah Pramono hari ini. Selepas sarapan bersama ibu dan Hayati adikku, aku memutuskan untuk menemui keluarga Riana aku juga sangat merindukan nya.

Aku lekas mengambil sepeda di samping rumah, aku mengayuh sepeda dengan sangat kencang. Karena setelah dari rumah pak lurah, aku masih ke kebun pak lurah untuk bekerja.

Sesampainya nya di depan teras, salah satu centeng pak lurah langsung masuk ke dalam menemui pak lurah. Tidak berselang lama pak lurah keluar, dan mengajak ku masuk.

Setelah dipersilahkan duduk, aku pun duduk.

"Mang Supri tolong siapin teh njih, soalnya mbok masih di pasar sama Riana." ucap pak lurah seraya melirik ku

Pantas saja aku tidak melihat Riana, padahal hati sudah sangat merindukannya.

"Nggeh pak lurah." ucap centeng yang di panggil mang Supri dengan sopan dan berlalu ke belakang

Tidak lama kemudian, mang Supri datang membawa nampan berisi teh dan makanan kemudian langsung berlalu ke luar.

"Jadi mau apa kamu datang kesini." tanya pak lurah mengawali pembicaraan

"Ini tentang Purwo." sahutku

Pak lurah melirik ku sekilas dan menghembuskan nafas panjang.

"Saya sudah tidak ingin berdebat dengan kamu, karena jika Riana tahu pasti dia akan semakin membenci saya. Tapi saya katakan sekali lagi, lepaskan lah, lepaskan Riana. Jika tidak, kamu juga yang akan terluka oleh perasaan mu sendiri karena Riana akan menikah besok."

Deg

Hatiku terasa sesak mendengar penuturan pak lurah, aku menekan dada ku untuk mengurangi sakit nya.

"Kenapa cepat sekali?" sahutku memberanikan diri untuk bertanya

"Lebih cepat lebih baik, untuk apa kamu datang kesini." ucap pak lurah menatap lurus ke depan

"Aku hanya ingin mengatakan Purwo bukan orang baik pak lurah, semalam setelah selesai mengurus kebun di desa Sukar saya melihat Purwo dengan perempuan liar." sahutku

"Kamu jangan memfitnah orang Damar." tegas pak lurah seraya menatapku tajam

"Saya tidak fitnah pak lurah, saya mengatakan apa adanya. Saya yang melihat dengan mata kepala saya sendiri, saya tidak berbohong." sahutku meyakinkan pak lurah

"Halah saya yang tahu bagaimana keluarga mereka, Purwo adalah anak yang baik dan bertanggung jawab."

Aku hanya menggeleng kan kepala pelan bingung harus bagaimana lagi.

"Sebaiknya kamu segera berangkat ke kebun, matahari sudah mulai naik atau kamu memang sudah tidak ingin bekerja di kebun saya." ucapnya melirik ku tajam

Aku menghembuskan nafas dalam, dan berpamitan. Aku rasa sekuat apapun aku meyakinkan pak lurah, dia tidak akan goyah dengan keputusannya kini aku hanya berharap semoga Riana ku bahagia.

"Saya pamit kalau begitu pak lurah." ucapku seraya menyalami tangan nya dan bergegas pergi meninggalkan pak lurah

'Maafkan mas Riana.' ucapku dalam hati

Ada rasa getir di hati, rasanya melihat perempuan yang kita cinta, perempuan yang sudah menjalin hubungan selama 3 tahun harus bersanding dengan pria lain. Tak terasa mataku berkaca kaca.

'Mas ikhlas, mas melepaskan mu dek." batinku

Aku pun bergegas mengayuh sepeda dengan kencang menuju kebun, sesampainya di kebun aku langsung bekerja.

...****************...

Episodes
1 MELAMAR
2 Berakhir
3 IKHLAS
4 Pasrah
5 Melepaskan
6 Menikah
7 Perkelahian
8 Kematian
9 Terluka
10 Rencana Pembakaran
11 Kebakaran
12 Berharap
13 Teluh
14 Duka Yang Mendalam
15 Pria Berjubah Hitam
16 Berkelahi
17 Bukan Riana Lagi
18 Ritual
19 Nyi Warsih
20 Beraksi
21 Penemuan Mayat
22 Menerawang
23 Teror Kematian
24 Histeris
25 Menunggu Kesempatan
26 Mendapat Kesempatan
27 Menahan Rindu
28 Bertemu
29 Perpisahan
30 Pertarungan dan Kematian
31 Emosi
32 Menyusun Rencana
33 Gagal Menyerang
34 Kemarahan Damar
35 Tak Diduga
36 Siapa Yang Melakukan Ini
37 Membawa Pulang
38 Memasuki Kediaman Juragan Karno
39 Menuju Bukit
40 Mencari Tau Kebenaran
41 Terkuak
42 Bersabar Untuk Dendam
43 Mengirim Santet
44 Membalikkan Kiriman
45 Apa Yang Terjadi
46 Bercerai
47 Menjalankan Perintah
48 Pemandangan Indah Namun Menyakitkan
49 Kebahagiaan Sederhana
50 Menuju Sendang Wonogiri
51 Bersemedi Didasar Sendang
52 Menuju Desa Ketang
53 Awal Rencana
54 Melepas Rindu
55 Siapa Mahen?
56 Bahaya
57 Siapa Pria Misterius Itu?
58 Teror
59 Kepanikan Damar
60 Kondisi Ibunya Damar
61 Cemburu?
62 Menghapus Ingatan Bude Ratna
63 Masalalu
64 Misteri Terpecahkan
65 Ada Apa Dengan Sekar?
66 Ketakutan Sekar
67 Kondisi Purwo
68 Keinginan Riana
69 Pergi
70 Bunga Sedap Malam
71 Tempat Tinggal Baru
72 Mengunjungi Riana
73 Kesembuhan Purwo
74 Pengakuan Sekar
75 Bertemu pria tua
76 Menemui Ki Ageng
77 Kekhawatiran Mbok Sri
78 Kembali Ke Desa
79 Siapa Mbah Sastro
80 Bekerja Sama
81 Pertemuan Purwo Dan Damar
82 Rencana Untuk Berlatih
83 Istana Keraton Mbah Sastro
84 Masalalu Ibunya Damar
85 Menagih Janji
86 Berduka
87 Pertarungan Melawan Riana
88 Sumpah Riana
89 Bertemu Nyi Danu
90 Ritual Penobatan Ratu
91 Riana Adalah Nyi Danuwati
92 Janin Hilang
93 Kebengisan Nyi Danuwati
94 Pangeran Segoro
95 Jiwa Yang Terkurung
96 Persiapan Pemujaan
97 Pemujaan
98 Penyiksaan Ki Ageng
99 Kematian Ki Ageng
100 Meneror Ginanjar
101 Teluh Pelesit Mantimang
102 Penyakit Aneh
103 Mayat Berserakan
104 Bersih bersih
105 Rogoh Sukmo
106 Saling Menyerang
107 Penyakit Apalagi Ini?
108 Pelampiasan
109 Penyiksaan Terhadap Nyi Warsih
110 Perkelahian
111 Memulihkan Kondisi
112 Mendapat Teror
113 Mati
114 Apa Penyebabnya?
115 Tinggal Di Desa
116 Bertamu
117 Mencabut Ilmu Nyi Warsih
118 Amarah Pangeran Segoro
119 Jiwa Jiwa Sesat
120 Ketakutan Ginanjar
121 Ketakutan Ginanjar 2
122 Ketakutan Ginanjar 3
123 Menemukan
124 Pertapaan
125 Menuju Laut Segara Getih
126 Gangguan
127 Kematian Barun
128 Keputusan
129 Sosok Menyeramkan
130 Kembali Ke Kota
131 Mengirim Sihir
132 Keanehan
133 Membuat Kekacauan
134 Berunding
135 Membantu
136 Tidak Tahu Diri
137 Sosok Wanita Cantik
138 Menolong
139 Kejang Kejang
140 Tangisan Pilu
141 Kuntilanak
142 Tipu Muslihat
143 Demi Uang
144 Aksi
145 Kerasukan
146 Ada Apa Lagi?
147 Sesajen
148 Menunggu
149 Danyang
150 Persyaratan Tumbal Janin
151 Persiapan Penyambutan Kepulangan Pangeran Segoro
152 Lipat Bumi
153 Kepulangan Pangeran Segoro
154 Rencana Yang Gagal
155 Tragedi Malam Berdarah
156 Menyerahkan Janin
157 Hukuman
158 Amarah Pangeran Segoro
159 Telepati
160 Mayat
161 Isi Hati Pangeran Segoro
162 Tangisan Pilu Pangeran Segoro
163 Bukan Manusia?
164 Gantung Diri
165 Tiga Mayat
166 Tidak Ada Rasa Empati
167 Ingin Berbicara
168 Saling Membantu
169 Terjadi Sesuatu Yang Buruk?
170 Nasib Apes
171 Demam Tinggi
172 Kesembuhan Mang Kurdi
173 Kemunculan Nyi Danu
174 Mantra
175 Seperti Orang Gila
176 Menjemput Maut
177 Takut
178 Sungguh Aneh
179 Kepala Hilang
180 Penderitaan Yanto
181 End (Tamat)
Episodes

Updated 181 Episodes

1
MELAMAR
2
Berakhir
3
IKHLAS
4
Pasrah
5
Melepaskan
6
Menikah
7
Perkelahian
8
Kematian
9
Terluka
10
Rencana Pembakaran
11
Kebakaran
12
Berharap
13
Teluh
14
Duka Yang Mendalam
15
Pria Berjubah Hitam
16
Berkelahi
17
Bukan Riana Lagi
18
Ritual
19
Nyi Warsih
20
Beraksi
21
Penemuan Mayat
22
Menerawang
23
Teror Kematian
24
Histeris
25
Menunggu Kesempatan
26
Mendapat Kesempatan
27
Menahan Rindu
28
Bertemu
29
Perpisahan
30
Pertarungan dan Kematian
31
Emosi
32
Menyusun Rencana
33
Gagal Menyerang
34
Kemarahan Damar
35
Tak Diduga
36
Siapa Yang Melakukan Ini
37
Membawa Pulang
38
Memasuki Kediaman Juragan Karno
39
Menuju Bukit
40
Mencari Tau Kebenaran
41
Terkuak
42
Bersabar Untuk Dendam
43
Mengirim Santet
44
Membalikkan Kiriman
45
Apa Yang Terjadi
46
Bercerai
47
Menjalankan Perintah
48
Pemandangan Indah Namun Menyakitkan
49
Kebahagiaan Sederhana
50
Menuju Sendang Wonogiri
51
Bersemedi Didasar Sendang
52
Menuju Desa Ketang
53
Awal Rencana
54
Melepas Rindu
55
Siapa Mahen?
56
Bahaya
57
Siapa Pria Misterius Itu?
58
Teror
59
Kepanikan Damar
60
Kondisi Ibunya Damar
61
Cemburu?
62
Menghapus Ingatan Bude Ratna
63
Masalalu
64
Misteri Terpecahkan
65
Ada Apa Dengan Sekar?
66
Ketakutan Sekar
67
Kondisi Purwo
68
Keinginan Riana
69
Pergi
70
Bunga Sedap Malam
71
Tempat Tinggal Baru
72
Mengunjungi Riana
73
Kesembuhan Purwo
74
Pengakuan Sekar
75
Bertemu pria tua
76
Menemui Ki Ageng
77
Kekhawatiran Mbok Sri
78
Kembali Ke Desa
79
Siapa Mbah Sastro
80
Bekerja Sama
81
Pertemuan Purwo Dan Damar
82
Rencana Untuk Berlatih
83
Istana Keraton Mbah Sastro
84
Masalalu Ibunya Damar
85
Menagih Janji
86
Berduka
87
Pertarungan Melawan Riana
88
Sumpah Riana
89
Bertemu Nyi Danu
90
Ritual Penobatan Ratu
91
Riana Adalah Nyi Danuwati
92
Janin Hilang
93
Kebengisan Nyi Danuwati
94
Pangeran Segoro
95
Jiwa Yang Terkurung
96
Persiapan Pemujaan
97
Pemujaan
98
Penyiksaan Ki Ageng
99
Kematian Ki Ageng
100
Meneror Ginanjar
101
Teluh Pelesit Mantimang
102
Penyakit Aneh
103
Mayat Berserakan
104
Bersih bersih
105
Rogoh Sukmo
106
Saling Menyerang
107
Penyakit Apalagi Ini?
108
Pelampiasan
109
Penyiksaan Terhadap Nyi Warsih
110
Perkelahian
111
Memulihkan Kondisi
112
Mendapat Teror
113
Mati
114
Apa Penyebabnya?
115
Tinggal Di Desa
116
Bertamu
117
Mencabut Ilmu Nyi Warsih
118
Amarah Pangeran Segoro
119
Jiwa Jiwa Sesat
120
Ketakutan Ginanjar
121
Ketakutan Ginanjar 2
122
Ketakutan Ginanjar 3
123
Menemukan
124
Pertapaan
125
Menuju Laut Segara Getih
126
Gangguan
127
Kematian Barun
128
Keputusan
129
Sosok Menyeramkan
130
Kembali Ke Kota
131
Mengirim Sihir
132
Keanehan
133
Membuat Kekacauan
134
Berunding
135
Membantu
136
Tidak Tahu Diri
137
Sosok Wanita Cantik
138
Menolong
139
Kejang Kejang
140
Tangisan Pilu
141
Kuntilanak
142
Tipu Muslihat
143
Demi Uang
144
Aksi
145
Kerasukan
146
Ada Apa Lagi?
147
Sesajen
148
Menunggu
149
Danyang
150
Persyaratan Tumbal Janin
151
Persiapan Penyambutan Kepulangan Pangeran Segoro
152
Lipat Bumi
153
Kepulangan Pangeran Segoro
154
Rencana Yang Gagal
155
Tragedi Malam Berdarah
156
Menyerahkan Janin
157
Hukuman
158
Amarah Pangeran Segoro
159
Telepati
160
Mayat
161
Isi Hati Pangeran Segoro
162
Tangisan Pilu Pangeran Segoro
163
Bukan Manusia?
164
Gantung Diri
165
Tiga Mayat
166
Tidak Ada Rasa Empati
167
Ingin Berbicara
168
Saling Membantu
169
Terjadi Sesuatu Yang Buruk?
170
Nasib Apes
171
Demam Tinggi
172
Kesembuhan Mang Kurdi
173
Kemunculan Nyi Danu
174
Mantra
175
Seperti Orang Gila
176
Menjemput Maut
177
Takut
178
Sungguh Aneh
179
Kepala Hilang
180
Penderitaan Yanto
181
End (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!