Malam semakin larut, Lagi-lagi Alex belum juga tertidur. Sejak tadi dirinya sudah berusaha untuk memejamkan matanya, tetapi nyatanya tak bisa bisa di ajak kompromi. Sedangkan Elena sudah terlelap.
Alex mengendap-endap masuk ke kamar Elena. Ternyata Elena selama ini tak pernah mengunci kamarnya, tentu saja memudahkan Alex untuk masuk.
"Sepertinya kamu sengaja tak mengunci kamarmu, agar aku masuk ke kamarmu," gumam Alex. Senyuman terbit di sudut bibirnya.
Alex menatap lekat wajah dan tubuh Elena dari atas hingga bawah. Miliknya tiba-tiba saja menegang, naluri kelelakiannya muncul begitu saja. Terlintas dipikirannya, keinginan memindahkan Elena ke kamarnya.
"Tidur selalu seperti orang pingsan saja. Bisa bahaya ini, jika ada orang yang berniat jahat," gerutu Alex. Dia tak menyadari, kalau salah satunya dia. Orang yang mengambil kesempatan situasi seperti ini.
Alex menggendong tubuh Elena dengan penuh hati-hati dan meletakkan Elena ke ranjang secara perlahan. Setelah itu Alex pun ikut tidur di sebelah Elena.
"Ternyata tak menyentuhmu, membuat aku gila."
Benar saja, dengan memeluk tubuh Elena, Alex tak membutuhkan waktu lama untuk memejamkan mata. Mereka tidur sambil berpelukan. Keduanya merasa nyaman, tidur saling berpelukan.
Elena terbangun lebih dulu, dan terperanjat kaget. Saat melihat Alex tidur di sebelahnya. Jantungnya berdegup sangat kencang, dia langsung membuka selimut yang dia kenakan. Dirinya bisa bernapas lega, karena semua pakaiannya masih dalam keadaan utuh.
"Mengapa aku ada di sini," gumam Elena yang merasa bingung. Dia mencoba untuk berpikir, mengapa dirinya bisa berada di kamar Alex dan tidur di ranjang yang sama. Merasa ada pergerakan, Alex terbangun. Dirinya terkekeh dalam hati.
"Oh jadi sekarang kamu memiliki kebiasaan baru berjalan saat tidur? Atau jangan-jangan kamu memang sangat menginginkan tidur bersama aku di sini. Ya sudah kalau kamu mau seperti itu, aku akan wujudkan," ucap Alex dengan suara khas bangun tidur, suaranya terdengar sangat seksi.
"Tidak, aku tak ingin seperti itu," sahut Elena. Wajahnya terlihat tegang, dan justru membuat Alex merasa gemas melihat ekspresi wajah Elena.
Alex menarik tangan Elena dan memeluknya, membuat tubuh Elena menegang.
"Diam, jangan bergerak seperti ini! Kalau kamu seperti ini terus, Bila-bila anaconda yang masih tertidur nanti terbangun karena ulah kamu," goda Alex membuat wajah Elena terlihat pucat, membuat Alex merasa kasihan.
Alex memeluk tubuh Elena dengan mesra, memberikan kenyamanan untuk Elena. Hingga akhirnya Elena terhanyut. Perlahan wajah Alex mendekat dan menempelkan bibirnya di bibir Elena.
Plak!
Satu tamparan mendarat di wajah Alex. Elena marah karena Alex hendak menciumnya. Elena tentu saja tak terima diperlakukan seperti itu oleh Alex.
"Aku Elena, bukan Clara kekasihmu," ucap Elena.
Elena mendorong tubuh Alex dan bangkit turun, meninggalkan Alex. Sedangkan Alex terus mengumpat kebodohannya. Namun dirinya tak bisa memungkiri, kalau dia merasa nyaman berada dalam pelukan Elena.
"Aku benci kamu, Cla!" umpat Alex. Perbedaan cinta dengan benci sangatlah tipis. Bahkan Alex sampai tak membedakan bagaimana perasaannya kepada Clara. Namun yang pasti dia merasa sakit, kala Elena menyebut nama Clara. Clara telah menghancurkan dirinya.
Alex sudah berpakaian rapi, dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Namun, dirinya tak melihat Elena di luar. Membuat dirinya merasa kesal, dan mengetuk pintu kamar Elena dengan kasar. Namun Elena menguncinya.
"Buka! Jika tidak, aku akan dobrak pintu ini!" Teriak Alex.
Padahal saat itu Elena sedang mandi, hingga akhirnya dirinya harus terpaksa membuka pintu kamarnya. Elena hanya menggunakan bathrobe, membuat Alex menelan salivanya.
"Ada apa? Apa kau tak bisa berkata baik-baik, selalu saja berteriak?" ujar Elena. Namun Alex hanya diam tak terlontar sepatah kata pun.
Namun, saat Elena ingin menutupnya kembali Alex merasa tak terima. Alex mendorong pintu itu dengan kasar, membuat Elena terjatuh dan meringis kesakitan. Hal itu membuat Alex merasa bersalah.
"Apa seperti ini caranya kamu bersikap dengan wanita? Atau hanya dengan Clara saja kau bersikap baik," sindir Elena.
"Cukup! Mulai sekarang jangan pernah sebut nama Clara lagi di hadapanku! Jika kau masih melakukan hal itu, aku tak akan segan-segan menghukum kamu lagi," bentak Alex membuat Elena mengerutkan keningnya.
"Apa laki-laki ini tak waras? Bukankah dia sangat mencintai kekasihnya, mengapa dia tampak marah saat aku menyebut nama Clara," Elena bermonolog dengan hatinya.
Alex keluar dari kamar Elena setelah menggendong Elena dan meletakkan Elena di kasur. Wajahnya tampak gusar, hingga akhirnya dia memilih untuk berangkat ke kantor.
"Lama-lama aku bisa gila, jika seperti ini terus," ucap Alex sambil mengepalkan tangannya.
Hatinya terasa sakit kala mengingat Clara pergi meninggalkan dirinya. Perasaan cintanya kepada Clara, kini berubah menjadi benci. Mulai hari ini, Alex akan memulai hidup baru dan berusaha untuk melupakan Clara.
Alex baru saja sampai di kantor. Dirinya tampak menyenderkan tubuhnya di kursi kebesarannya dan memijat keningnya yang terasa sakit. Permasalahan ini sungguh menyita waktunya. Alex menarik napas panjang, menghilangkan beban di pikirannya sejenak.
"Tuan, nanti malam Anda di minta hadir di acara peresmian perusahaan baru Tuan Ajinomoto. Oh ya satu lagi, sepertinya Anda harus membawa Nona Elena ke pesta ini. Karena acara ini, diminta untuk membawa pasangan," ungkap Jordan. Membuat Alex bertambah pusing, karena dirinya baru saja berseteru dengan Elena.
Alex meraih ponselnya dari saku celananya, dan mencoba menghubungi Elena. Berkali-kali dia menghubungi, tetapi Elena tak mengangkatnya. Hal itu membuat Alex merasa ketakutan, dia takut kalau Elena pergi meninggalkan dirinya. Alex memeriksa semua CCTV di apartemennya, hatinya terasa gusar.
"Saya harus pulang," ucap Alex spontan. Membuat Jordan merasa bingung. Alasannya, bosnya itu baru saja sampai kantor dan sekarang meminta dirinya untuk mengantarkan pulang.
Alex baru saja sampai di apartemen, dan langsung mencari kekasihnya. Ternyata Elena saat itu sedang memasak, Alex dengan spontan langsung melingkarkan tangannya dari belakang. Membuat Elena tersentak kaget.
"Aku kira kamu pergi meninggalkan aku," ungkap Alex membuat Elena mengerutkan keningnya. Alex membalikkan tubuh Elena, dan kini mereka saling berhadapan.
"Kamu kok tadi tak ada?" Tanya Alex menyelidik.
"Ouh itu, aku tadi sempat keluar untuk membeli obat pereda rasa sakit. Gara-gara ulah kamu, pinggang dan bokongku terasa sakit," sahut Elena.
"Maafkan aku ya, aku khilaf! Apa sekarang kamu masih merasa sakit," ucap Alex.
Elena sudah merasa baikan. Dengan cueknya Alex membuka kemejanya di depan mata Elena, menunjukkan roti sobeknya.
"Aish, kamu ini. Apa kamu tak bisa membukanya di kamar. Aku ini Elena bukan Clara," ujar Elena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut
2022-10-05
0
Siti Zuriah
aku mampir thor nyimak dulu ya
2022-10-04
1
faridah ida
Alex mulai ada rasa ini sama Elena ....👋👋👍👍👍😊
2022-10-04
1