4. Pasar

Di pagi yang cerah dikala matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya, merdu kicauan burung yang masih baru bangun, dan langit yang masih biru tua. Rembulan pun baru turun ke peristirahatannya.

Ritual pagi Nini Rumi seperti biasa sudah dikerjakannya, tapi ada yang berbeda gadis kecil yang sudah dianggap cucunya itu saat ini ikut membantunya. Pagi sekali Ariani sudah bangun dan membantu Nini Rumi dari ikut memasak, membersihkan kamar, menyapu halaman, dan mencuci perabotan sehabis masak.

Tahu kenapa.? Karena pagi ini ia senang sekali mau diajak Nini Rumi ke pasar. Gadis kecil itu sudah membayangkan, betapa suasana pasar akan sangat menyenangkan, karena sudah lama ia tak keluar dari rumah Nini Rumi. Bukan apa - apa tapi memang di tempat Nini Rumi adalah desa terpencil yang sangatlah sepi. Walau demikian tetangga bak saudara. Mereka akan datang berbondong-bondong jika ada tetangga memerlukan bantuan. Seperti ada orang meninggal atau ada orang yang punya hajatan. Sayang memang rumah antara satu dengan yang lain memang berjauh-jauhan.

"nduk ayo kita berangkat". kata Nini Rumi setelah Meraka sarapan.

"ayo nek. ini biar aku yang bawa, nenek bawa saja yang ada di sebelah pintu itu." kata Ariani yang ingin membagi tugas. Ia tak mau neneknya kecapekan membawa hasil anyaman yang lumayan banyak dan berat tentunya.

"ya sudah terserah kamu saja, tapi nanti kalau di jalan merasa capek kamu harus bilang biar kita istirahat ya". kata Nini Rumi.

Setelah membawa bekal makanan yang cukup dan membawa hasil anyaman mereka keluar dari rumah. Tak lupa mengunci pintu dan membawa peralatan untuk mencari rumput karena tadi pagi saat memberi makan ternak, rumput hanya tinggal sedikit.

Gegas mereka melangkahkan kaki dengan perasaan suka cita, berharap hari ini hasil anyaman mereka terjual habis.

"nduk kenapa diam saja apa kamu capek ". tanya nenek

"tidak nek" jawab Ariani singkat

"bagaimana kalau kamu sedikit bersenandung Nini suka sekali suaramu."kata nenek.

"lho... nenek tahu kalau q sering bersenandung" tanya Ariani sedikit kaget.

"kenapa tidak. tentu saja nenek tahu kamu sering sekali bersenandung saat kamu lagi asyik menganyam, mencuci, menyapu, bahkan kalau kamu ku ajak mencari bambu ke tegalan".

Memang walaupun nenek tak mengatakan secara langsung ia sangat suka suara gadis itu. Lain dengan Ariani ia tak sadar kalau nini Rumi selalu memperhatikannya. Bahkan menyukai suaranya.

"baiklah nek aku akan bersenandung agar kita tak terlalu merasa bosan dan capek di perjalan". semangat Ariani saat tahu nenek menyukai suaranya.

Mereka pun berjalan sambil mendengarkan suara Ariani, dan diiringi candaan-candaan ringan. Sampai akhirnya tiba di tempat yang dituju. Ramai sekali keadaan pasar waktu mereka tiba. Banyak orang yang menjual hasil panen dari kebun dan ladang mereka, ada yang menjual kebutuhan dapur dan kerajinan dan masih banyak lagi. Dan ternyata ada tempat seperti gapura dimana sedang ada pertunjukan tari-tarian. Tentu saja banyak sekali alat musik dan gamelan-gamelan tak luput ada seorang sinden bersuara merdu yang tampak cantik sekali. Para penarinya pun sangatlah lincah dengan parasan nan cantik bak putri raja, berlenggak-lenggok mengikuti paduan suara musik dan nyanyian sang sinden. Membuat suasana begitu sangat menyenangkan.

"nek apa aku boleh melihat tari-tarian itu lebih dekat."kata Ariani meminta ijin.

"kamu suka " jawab nenek singkat

Nenek sedikit ragu takut ada apa-apa, mengingat banyak sekali yang menonton. Tapi ia juga tak mau kalau sang cucu bersedih. Jadi ia putuskan untuk menjajakan saja dagangannya agar bisa mengawasi sang cucu sambil berjualan.

"ayo kamu boleh lihat dekat sana. Nenek mau menawarkan jualan nenek kepada orang yang menonton tari-tarian sambil mengawasimu"

Merekapun berjalan mendekati gapura tersebut. Ariani mencari tempat yang dekat dengan pertunjukan itu. Ia berdiri di undakan yang agak tinggi agar sang nenek bisa melihatnya. Sedangkan Nini Rumi menawarkan jualannya kepada para pengunjung yang menonton pertunjukan tersebut.

Tak di sangka ternyata berjualan dengan cara menjajakan lebih cepat laku dari pada duduk menunggu pembeli yang datang. Tak berselang lama jualan nenek habis.

"Alhamdulillah.... lalu ia mendekati Ariani.

"nduk sudah ya nontonnya, ayo kita membeli baju untukmu. Kamu kan gak punya baju."

Memang sejak Ariani tinggal dengan Nini Rumi ia hanya memakai baju yang melekat di badannya, dan kadang pinjam jarik nenek.

Mendengar akan di belikan baju tentu saja Ariani senang sekali. Dengan senyum manisnya ia menganggukkan kepala dan berjalan beriringan dengan sang nenek.

Memilih-milih beberapa potong baju lalu lanjut membeli perlengkapan dapur yang sudah habis, membeli semua barang yang mereka butuhkan. Dan pulang dari pasar dengan perasaan senang tak terhingga. Sebelum perjalanan pulang mereka singgah di suatu tempat untuk mengisi perut yang keroncongan karena matahari sudah tegak di atas kepala menandakan kalau sudah saatnya makan siang. Setelah menghabiskan bekal dan beristirahat sejenak mereka melanjutkan perjalanan untuk mencari rumput sebelum benar-benar pulang.

Dengan langkah yang agak lamban mereka menuju tanah kosong yang banyak sekali ditumbuhi rumput itulah yang mereka cari. Berhenti di situ nenek memulai aksinya sang cucu yang memasukkan rumput ke wadah yang sudah disiapkan dari rumah tadi. Dirasa sudah cukup mereka beranjak pulang ke rumah. Mereka berjalan seperti tak terasa sampai hari sudah menjelang sore barulah mereka sampai di rumah. Duduk sejenak di balai bambu depan rumah untuk sedikit menghilangkan lelah. Ariani masuk mengambil air karena tahu sang nenek pasti haus. Setelah cukup dirasa nenek membawa rumput kebelakang, sedangkan Ariani menyapu rumah dan halaman

"nduk kalau sudah bersih-bersihnya cepat mandi." kata nenek,

Beberapa waktu setelah menyimpan rumput dikandang nenek memang langsung pergi ke sumur mencuci baju dan sekalian mandi.

"iya nek. ini aku tinggal sedikit lagi" jawab Ariani.

Setelah selesai menyapu ia langsung pergi ke sumur. Sama dengan nenek ia juga mencuci bajunya sendiri, lalu mandi.

"byur..... byur.... segarnya " gumamnya sambil mengguyur badannya yang terasa lengket karena seharian ikut nenek Selesai mandi ia menjemur baju yang ia cuci tadi lalu masuk kedalam kamar.

Dengan hati senang ia lalu memakai baju yang tadi di belikan nenek dan berputar-putar di depan cermin tua di kamar sang nenek. Dirasa sudah cukup cantik, ia keluar untuk memperlihatkan penampilannya.

"duh pangling nenek lihat kamu nduk. Bajunya serasi pantas sekali buat kamu. Jadi tambah ayu saja. Ayo sini kita makan ini sudah nenek siapin kamu pasti lapar. pulang dari pasar tadi sampai mau magrib begini belum makan."

Ariani berjalan mendekat pada meja yang di atasnya sudah tersaji menu makan untuk petang itu. Setelah selesai mengisi perut mereka memutuskan untuk beristirahat lebih awal karena sudah capek beraktifitas seharian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!