Dendam Keturunan Ilmu Hitam

Dendam Keturunan Ilmu Hitam

1. Malam Pembantaian

Seorang wanita tengah duduk di balai bambu menatap jauh ke depan. Tampak sebuah bukit hijau nan indah, ditemani kicauan burung di bawah matahari yang sudah hampir di atas kepala.

Ariani, gadis nan ayu bermata teduh, kulitnya bersih, dagunya runcing. Rambut panjang yang lurus di ikat seadanya, dengan tubuh semampai bak putri kerajaan.

Seperti tidak ada sedikitpun kekurangan pada gadis itu. Setiap mata yang memandangnya akan terkagum-kagum pada ciptaan Yang Maha Kuasa.

Tapi siapa yang tahu derita yang dirasakan. Ia memiliki masa lalu yang menakutkan. Dimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat keluarganya dibantai tanpa belas kasihan karena menganut ilmu hitam.

flas back

Saat itu, Ariani baru berumur 7 tahun. Di suatu malam, banyak warga desa datang berbondong-bondong membawa obor membantai seluruh keluarganya. Membakar rumah beserta empunya tanpa sisa sedikitpun.

Malam itu Ariani sedang pergi ke kamar mandi belakang rumahnya. Memang letaknya agak jauh dari rumah induk, dan bersebelahan dengan kandang ternak milik keluarganya.

Mendengar suara gadung cepat-cepat Ariani keluar dari bilik kecil itu. Dilihatnya si jago merah sudah melahap separuh dari rumah yang terbuat dari bambu itu. Ariani hanya bisa menangis tanpa tau apa yang harus ia lakukan. Seperti ada ada yang berbisik untuk lari menjauhi tempat itu.

Lalu dengan air mata yang bercucuran ia berlari menyusuri jalan setapak melewati perkebunan yang ditanami jagung yang cukup lebat. Berjalan jauh melewati bukit menyebrangi sungai-sungai kecil saluran irigasi sawah. Sampai ia merasa lelah dan menemukan sebuah gubuk di tengah sawah.

Karena merasa sangat lelah ia pun tergolek lemah di gubuk itu dengan diselimuti angin malam.

Fajar menyingsing seorang wanita tua berambut putih membawa sabit tak lupa Capil di kepalanya, berpakaian kebaya dan jarik batik pergi ke sawah. Karena ingin mencari rumput untuk makan ternaknya.

Sampai ditempat biasa Nini Rumi mencari rumput gegas ia mengarit dan memenuhi wadah yang ia bawa. Karena yang diinginkan sudah didapatkan ia ingin beristirahat sejenak di gubuk tengah sawah. Alangkah terkejutnya Nini Rumi mendapati gadis kecil tergolek lemah berada di gubuk itu. Lalu dengan panik ia memegang kening gadis itu mengecek denyut nadinya. "Syukurlah ia masih hidup".

Dengan lembut Nini Rumi berusaha membangunkan gadis kecil itu. Perlahan gadis itu membuka matanya. Lalu Nini Rumi memberinya minum.

Setelah keadaan membaik, Nini Rumi bertanya

"siapa namamu cah ayu?"

"Ariani nek". jawab Ariani agak takut.

"kamu dari mana kok sendirian di tempat ini? apa kamu tersesat nduk" tak hentinya Nini Rumi bertanya kepada gadis itu karena merasa heran ada gadis kecil sendirian di gubuk, tengah sawah yang jarang di kunjungi orang karena memang sudah usai masa panen. dan masih belum menanam lagi.

Dengan raut wajah yang sedih ia seakan tak kuasa mengatakan yang sesungguhnya. Tapi mau tak mau ia akhirnya menceritakannya juga. Tapi ia tak menceritakan tentang ilmu hitam yang dianut sang ayah, karena memang Ariana tak tahu menahu tentang hal itu. Nini Rumi yang mendengarkan cerita gadis itu merasa iba. Mengajak Ariani untuk ikut pulang kerumahnya.

Akhirnya Ariani dan Nini Rumi pulang ke rumah Nini Rumi. Berjalan agak jauh, melewati hamparan sawah, kebun tebu dan sebuah bukit. dibalik bukit itulah rumah Nini Rumi. Jauh memang tapi Nini Rumi kuat sekali berjalan walaupun usianya sudah tua. Tapi mau bagaimana lagi memang ia hidup sebatang kara kalau tak melakukannya sendiri siapa yang akan mengerjakan pekerjaannya.

Diajaknya Ariani masuk ke rumah bambu itu. terus ke belakang menuju sumur tempat ia mandi dan mencuci biasanya.

"nduk Ariani kamu bersihkan dulu badanmu di sumur ya. Nanti kalau selesai kamu cari Nini di dalam. Nini mau menyiapkan makanan untuk kita". kata Nini Rumi.

Ariani menganggukkan kepala dan berjalan menuju sumur.

Setelah selesai membersihkan diri Ariani masuk kedalam rumah Nini Rumi. Kepalanya tolah-toleh, matanya menebar pandang mencari seseorang. Ternyata Nini Rumi sudah ada di ruang makan. Terlihat ada makanan yang sudah tersedia. Walaupun terbilang sederhana, maklum namanya saja di tempat terpencil.

"Nduk ayo sini kita makan dulu kamu pasti lapar". Ajak Nini Rumi.

Gegas Ariani mendekat lalu duduk di kursi yang telah tersedia. Mereka menikmati sekali nasi jagung ditambah dengan sayur bening, gorengan ikan asin, tak lupa dengan sambalnya. Sampai tak ada suara sedikitpun karena sepertinya keduanya memang sudah lapar sekali.

Ariani memang anak yang baik dan rajin. Usai makan ia tak membolehkan Nini Rumi mencuci bekas makan tadi. Melainkan ia sendiri yang membawanya ke sumur dan mencucinya.

Nini Rumi berjalan ke depan rumah, duduk di balai bambu dan mulai menganyam di situ. Selain mencari rumput untuk pakan ternaknya, Nini Rumi juga menganyam prabot dapur juga seperti wakul, irik, tampa, dan lain-lainnya. 3 hari sekali ia akan ke pasar menjual hasil kerajinannya untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Setelah selesai membersihkan bekas makan, Ariani ikut duduk di balai bambu tempat Nini Rumi menganyam. Diperhatikannya tangan keriput nan terampil membuat anyaman. Nini Rumi memandang gadis kecil itu, dalam hatinya ia senang karena dimasa tuanya saat ini ia menemukan seorang gadis yang tak membuatnya kesepian lagi.

Nini Rumi sudah lama ditinggal mati oleh suaminya tanpa memiliki keturunan. Itu yang membuatnya hidup sebatang kara sampai sekarang.

"ni apa aku boleh membantu Nini membuat anyaman?"kata-kata Ariani membuat Nini Rumi sadar dari lamunannya.

"i- iya nduk boleh-boleh. Apa kamu bisa". Tanya Nini Rumi.

"aku akan mencobanya ni". jawab Ariani.

Tak disangka ternyata Ariani cepat sekali tanggap. Dengan hanya melihat Nini Rumi menganyam ia juga dengan terampil bisa membuat anyaman seperti yang diajarkan oleh Nini Rumi.

"pandai sekali kamu cah ayu, sudah bisa menirukannya dengan cepat."puji wanita tua itu. Ariani melengkungkan bibirnya. Nampak bertambah manisnya senyumannya.

"ayo nduk sudah sore, kita bersihkan dulu bekas bambu untuk menganyam ini. Bawa ke dapur bisa buat masak besok pagi".kata Nini Rumi.

Setelah membersihkannya keduanya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumah itu karena hari sudah agak gelap.

Malam tiba Nini Rumi tak tega bila Ariani tidur sendiri. Ia mengajak gadis itu tidur 1 kamar dengannya. Walaupun rumah itu hanya rumah bambu, tapi lumayan luas. Memiliki ruang tamu, 2 kamar, dapur dan tempat santai yang biasanya digunakan untuk makan. Sedangkan sumur ada di belakang terpisah dengan rumah induk.

Ditengah malam Ariani berteriak-teriak histeris ia bermimpi kejadian semalam. tampak nyata dan mengerikan. Nini Rumi terkejut dan membangunkan gadis itu, memberinya air agar ia cepat tenang. Ariani menangis mengingat mimpinya itu. Merasa tak tega, Nini Rumi berniat pergi ke desa Ariani mencari keberadaan keluarga gadis itu. siapa tahu masih ada keluarganya yang masih hidup.

"aku ikut ni". kata Ariani

"jangan takut berbahaya, jikalau ada yang tahu dan mengenalimu. takutnya mereka juga akan membunuhmu. Kamu di rumah saja". kata Nini Rumi

"baiklah Nini "sahut Ariani.

"sudah ayo kita tidur lagi besok pagi Nini akan berangkat ke desamu". Merekapun tidur kembali

Terpopuler

Comments

Mugiya is back

Mugiya is back

mampir

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!