Azzam Untuk Shanum

Azzam Untuk Shanum

Bab 1

Azzam Untuk Shanum

Bab 1

Bagi sebagian anak laki-laki, ibu adalah cinta pertamanya. Namun, tidak dengan Azzam. Anak kedua dari tiga bersaudara ini. Zahra dan Azmi merupakan kakak dan adik Azzam. Mereka mendapat perlakuan yang sangat berbeda. Seperti sebuah rumus fisika, kasih sayang pebisnis sukses tersebut kepada Azam berbanding terbalik jika dibandingkan dengan kasih sayang yang mereka berikan kepada Zahra dan Azmi.

"Ayo, Zam. Siap-siap! Ini hari pertama kamu SD, kan?" ujar Zahra pagi itu.

Azzam dan Kak Zahra berjarak 6 tahun sedangkan Azzam dan Azmi hanya berjarak 1 tahun.

"Nanti kita pergi bareng!" Sambung Kak Zahra.

"Aku sekolah dekat sini, kok, Kak," Azzam kecil terlihat sangat senang dengan seragam merah putihnya.

"Ma, kenapa Azzam sekolahnya berbeda dengan aku?" protes Zahra kepada Mama Mela. "Azmi TK nya juga di komplek sekolahku, Kok Azzam di SD negeri?" Zahra memberi rentetan pertanyaan kepada Mama Mela.

Tiba-tiba Bude Darmi datang dari dapur sambil membawa kotak bekal untuk Zahra, Azam dan juga Azmi yang juga mulai sekolah TK. "Mau negeri atau swasta sama saja, ya, Mas Azzam?" Bude Darmi berusaha menghibur hati Azzam.

Walaupun Bude Darmi tahu, anak seusia Azzam belum peduli dengan sekolah favorite atau pun sekolah yang hanya terletak di sebuah kecamatan.

"Nanti kakak pulang sekolah, kita main lagi, ya, Dek," ucap Zahra saat mereka hendak masuk ke dalam mobil.

Azzam bersama Bude Darmi berjalan kaki. Mereka memotong jalan melewati gang kecil yang terdapat di belakang rumah gedung mereka. Bertemu teman-teman sepermainan membuat Azzam lupa akan penatnya berjalan kaki sejauh 1 km.

***

"Hai,melamun, ya? Melamunkan anak gadis siapa, nih?" ledek Kak Zahra sambil menyikut bahu Azzam.

Azzam menoleh dan dia tersenyum tipis. Walaupun begitu, terlihat sangat manis senyuman itu di wajah kakunya. "Mana ada anak gadis mau sama pengamen."

Kak Zahra duduk di sebelah Azzam. Dia menatap Azzam begitu lekat. "Kamu benar nggak mau mengelolah bisnis keluarga kita?"

Azzam menggeleng. "Untuk apa? Hanya untuk diragukan? Lalu dibanding-bandingkan dengan Azmi?" Nada bicara Azzam begitu santai seolah hidup tanpa beban.

Azzma melihat raut wajah Kak Zahra sedikit serbah salah, dia pun mengalihkan pembicaraan dengan bertanya bagaimana pekerjaannya di kantor dan sangat tumben masih pukul empat sore Kak Zahra sudah tiba di rumah. 

Kak Zahra mengatakan bahwa dia nanti malam harus menemani Boby--suami Kak Zahra dalam jamuan makan malam para petinggi perusahaan dan juga akan membicarakan rencana Zami Grup mengembangkan perusahaan ritel mereka yang bergerak dalam waralaba makanan cepat saji.

"Yuk ikut!" ajak Kak Zahra penuh semangat.

"Nggan, ah. Mendingan aku ngamen," Azzam menolak mentah-mentah ajakkan Kak Zahra.

"Nggak mau ninggalin ngamen, apa takut nggak bisa ngelihat cewek dalam lamunan tadi," selidik Kak Zahra dengan nada bicara sedikit mengejek.

Azzam berdiri dan meninggalkan Zahra yang masih menunggu jawaban dari Azzam. Semoga saja benar, Azzam jatuh cinta.

"Aku teringat masa kecil." Azzam mengghentikan langkah dan menarik nafas. "Kenapa aku dan kalian berbeda." Lanjut Azzam dan dia juga melanjutkan langkah menuju kamarnya.

Mata Kak Zahra seakan mau loncat keluar, mulutnya sedikit membentuk huruf O setelah mendengar jawaban dari Azzam.

"Tau gitu, bagus nggak usah nanya," gerutu Kak Zahra. 

Kini Zahra yang melamun, sebenarnya apa yang Azzam katakan itu tidaklah salah. Sampai sedewasa ini dia tidak mengerti kenapa kedua orang tuanya terlalu jelas pilih kasih. Seakan anak mereka hanya Kak Zahra dan Azmi.

Telah 28 tahun umur Azzam, tidak pernah sekali pun Kak Zahra mendengar orang tuanya bertanya siapa kekasih Azzam, kapan dibawa ke rumah, kapan akan menikah. Berbeda dengan Azmi, mereka selalu semangat menanggapi setiap wanita yang dibawanya ke rumah. Padahal dalam waktu enam bulan, bisa tiga orang wanita berbeda yang dia bawa.

"Azzam!" teriak Kak Zahra dan dia berlari ke kamar Azzam.

Menerobosnya masuk dan langsung merebahkan badan di kasur ukuran nomor dua itu. 

"Apa, sih, Mami?" Azzam meniru panggilan Zalea--anak perempuan Zahra.

"Kamu beneran belum punya pacar?" Kak Zahra menaik-naikkan kedua alisnya.

"Benar. Nggak ada yang mau diajak jalan pakai motor," celetuk Azzam yang sedang sibuk mengelap gitar andalannya untuk mengaman nanti malam.

***

Pukul 7 malam. Di ruang tamu kediaman keluarga Zami Grup tampak sedang berkumpul dengan pakaian sangat formal. Setelan jas hitam untuk para pria dan gaun untuk mama dan Kak Zahra. Tidak ketinggalan Zalea berpakaian bak putri salju.

Sementara itu Azzam keluar kamar dengan pakaian seadanya. Kemeja dan celana jeans serta gitar yang digendong di bahu.

"Beneran kamu nggak ikut, Zam?" Kembali Kak Zahra mengulang pertanyaannya tadi sore.

Azzam menggeleng tanda menolak. Dia lalu berpamitan kepada Papa Irud dan Mama Mela. Mencium tangan kedua orang tuanya menjadi kebiasaannya dari kecil. 

"Lu ngapain kayak gini, Zam?" Azmi mengeluarkan suara.

"Maksud, Lu?" jawab Azzam bingung.

"Berapa tahun kamu seperti ini. Apa yang kamu dapat?" Tidak disangka Mama Mela bertanya seperti itu.

"Ada beberapa tapi, tidak sehebat Azmi." Azzam melangkah meninggalkan rumah. 

Belum sempat dia menutup pintu, terdengar suara Bude Darmi memanggil namanya dan berlari ke arahnya. Di tangan Bude Darmi ada sebuah kotak makan yang telah diisi dengan nasi beserta lauk pauk dan juga beberapa potong buah.

"Makan, ya, Mas. Untuk makan malam!"

Azzam mengambil kotak makan yang Bude Darmi sodorkan. "Bude, aku nggak akan kelaparan, kok. Aku kerja di cafe, banyak makanan."

"Beda, toh, Mas. Ini buatan Bude khusus untuk Mas Azzam." Bude Darmi tersenyum.

Azzam mencium tangan Bude Darmi dengan takzim. Dia merasa lebih dekat dan diperhatikan oleh Bude Darmi. Dia bisa menyembunyikan apa saja dari semua orang. Akan tetapi, dia tidak bisa menyembunyikan dari Bude Darmi.

***

Suasana jalan semakin ramai karena bertepatan dengan akhir pekan. Azzam menjalankan sepeda motor agak.terburu-buru karena tetesan air hujan sudah mulai terasa satu persatu membasahi wajah Azzam yang tidak tertutup kaca helmet. Seperti sebuah tanda hujan deras akan turun, benar sekali. Azzam mencari tempat untuk berteduh. Dia memutuskan berhenti di bawah fly over dan begitu juga dengan pengendara sepeda motor lainnya. 

Seorang gadis buta sedang berjalan di bawah hujan dengan bantuan tongkat. Dia bingung harus ke mana di bawah guyuran hujan. Dunianya hanya gelap. Azzam turun dari motor dan berlari ke arah gadis buta tersebut. Gadis itu terkejut saat tangan Azzam memegang tangannya. Dia berusaha melepaskan pegangan tangan Azzam. Azzam menarik gadis itu ke bawah fly over.

"Terima kasih," ujar wanita buta dengan pakaian yang sudah basah.

"Kamu mau ke mana?" tanya Azzam kepadanya dan melihat gadis itu membawa sekeranjang bunga.

Belum sempat gadis buta tersebut menjawab pertanyaan Azzam, datang seorang wanita paruh baya menarik tangan gadis tersebut dan memaksanya untuk pulang.

"Kamu siapa? Main narik-narik anak orang," protes Azzam dengan tatapan tidak senang.

"Aku bibinya. Minggir!" Wanita paruh baya tersebut mendorong Azzam agar menjauh dan dia memaksa wanita buta tersebut naik ke atas motor.

Wanita buta, menggunakan tangannya untuk mengetahui posisi motor. Setelah dia merasa yakin bahwa yang dia pegang adalah jok belakang, dia mulai mengangkat kakinya dan duduk di boncengan. 

"Masih hujan!" teriak Azzam.

Gadis buta itu menoleh dan tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Walaupun pandangannya tidak tepat menghadap Azzam. 

Hujan semakin deras dan motor yang dikendarai wanita paruh baya yang memiliki wajah judes tersebut terus melaju menembus hujan. Makin lama cahaya lampu belakang motor yang mereka kendarai menghilang dalam gelapnya malam dan siraman hujan.

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

mampir

2023-08-24

0

Welda Arsy❤

Welda Arsy❤

aq mampit ya thorrr,,bagus sekali cerita nya.

2023-07-09

0

bobo

bobo

awal bc critamu bguz thor.menarikk

2022-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!