Rendra membawa Kirana ke tepian dan merebahkan wanita itu ditanah, ia segera melakukan pertolongan pertama untuk orang tenggelam. Ia memompa dada Kirana beberapa kali hingga air keluar dari mulutnya. Tapi meskipun begitu, Kirana belum sadar juga membuat Rendra secara impulsif langsung memberikan nafas buatan pada Kirana.
Rendra tak memikirkan apapun lagi saat itu, ia segera menekan hidung Kirana lalu menempelkan bibirnya pada bibir Kirana yang pucat. Rendra mengulangi sampai tiga kali barulah Kirana tersadar lalu terbatuk-batuk.
"Akhirnya kau sadar juga, bagaimana keadaanmu?" kata Rendra begitu lega.
"Aku baik-baik saja Tuan, terimakasih sudah menolongku" kata Kirana tak enak karena sudah membuat Rendra ikut basah karena ulahnya.
"Ck, itu adalah akibat dari ke keras kepalaanmu, kalau tidak bisa berenang jangan sok ingin berenang, sekarang siapa yang repot" kata Rendra ketus lalu mengambil kemejanya lalu memakainya.
"Maaf" kata Kirana menunduk lemah, dia memang sudah bersalah.
"Pakai ini, aku tidak ingin kau sakit dan semakin merepotkan ku nanti, perjalanan kita sepertinya masih jauh" kata Rendra menyerahkan jasnya kepada Kirana.
Kirana menatap Rendra, pria didepannya ini terkadang bersifat baik namun terkadang juga sangat galak, tapi Kirana tau kalau sebenarnya Rendra ini memang orang baik karena pria itu bahkan mau membantu orang tidak dikenal seperti dirinya.
"Kau mau pakai atau tidak?" kata Rendra sedikit kesal karena Kirana tak segera mengambil jaketnya.
"Iya Tuan, aku akan memakainya" kata Kirana tersadar dari lamunannya dan segera mengambil jas milik Rendra lalu memakainya.
"Wangi banget, padahal dari kemarin pria ini tidak mandi, tapi kenapa masih begitu wangi?" batin Kirana merasa nyaman saat mencium bau jas itu.
Rendra kembali melanjutkan perjalanannya dengan Kirana yang setia dibelakangnya. Matahari semakin lama semakin meninggi membuat cuaca semakin panas sekali, Rendra merasa perutnya sudah mulai bersuara minta di isi, tapi mau makan apa di tengah hutan belantara seperti ini. Kirana pun begitu tapi dia juga hanya bisa menahannya.
"Tuan, apakah kau memang tidak ingin memberitahuku siapa namamu?" tanya Kirana ingin mengalihkan keinginan makannya ke hal lain.
"Tidak" kata Rendra singkat, padat dan jelas.
"Apakah menurutmu orang-orang itu masih ingin mengejar kita?" tanya Kirana lagi.
"Tidak" kata Rendra tak perduli sekali.
"Apa kau tidak bisa menjawab hal lain selain tidak" kata Kirana begitu kesal sekali karena sejak tadi Rendra terus menjawab hal yang sama.
"Tidak" kata Rendra lagi semakin membuat Kirana geram.
"Dasar kulkas!" seru Kirana setengah berteriak untuk meluapkan kekesalannya.
"Sssssstttt....." Rendra menghentikan langkahnya saat mendengar langkah kaki yang mendekat.
"Ada apa?" kata Kirana juga ikut waspada.
Rendra diam dan menajamkan telinganya dari arah mana suara langkah kaki itu.
"Tuan Xavier" Rendra membesarkan matanya ketika mendengar orang yang memanggil nama tengahnya, orang itu pasti suruhan Papanya karena selama ini jarang ada yang tau nama tengahnya.
"Tuan Xavier" suara itu kembali terdengar membuat yakin kalau itu memang benar orang suruhan Papanya.
"Ayo, orang itu akan menyelamatkan kita" kata Rendra kembali menarik tangan Kirana untuk mendekati asal suara.
Kirana menatap genggaman tangan itu, entah kenapa rasanya ia enggan jika harus secepat ini diselamatkan karena Kirana tau jika dia lolos dari sini pun para penyerang itu pasti akan tetap mencarinya.
Rendra mempercepat langkahnya hingga ia bertemu dengan salah satu orang yang berbadan besar.
"Hei..Aku disini" kata Rendra berteriak melambaikan tangannya membuat pria itu mendekat.
"Tuan Xavier?" kata orang itu dengan suara yang cukup besar.
Rendra merasakan sesuatu yang berbeda dari tatapan mata pria itu, sedetik kemudian ia sadar kalau pria didepannya ini salah satu musuhnya. Rendra langsung mundur bersama Kirana.
"Lari" kata Rendra melepaskan tangannya dari Kirana.
"Ha? Tapi kau Tuan?" kata Kirana kaget mendengar perintah Rendra.
"Cepat lari" kata Rendra mendorong Kirana menjauh sebelum dia menghadapi musuhnya itu.
Kirana semakin kaget saat melihat Rendra berkelahi dengan orang itu, meskipun Rendra memliki tubuh tinggi dan tegap tapi musuhnya itu juga sangat besar.
"Cepat larii....." Teriak Rendra disela serangan dari musuhnya.
Kirana mengangguk dan berlari menjauh meninggalkan Rendra, tiba-tiba air matanya meleleh tanpa bisa dicegah. Apa yang dilakukannya? bagaimana bisa dia meninggalkan pria yang sudah menolongnya dalam keadaan seperti ini? Bagaimana kalau musuhnya tadi malah melukai Rendra.
Kirana segera berlari kembali ke arah Rendra, dan sesampainya disana Kirana kaget saat melihat tubuh Rendra yang ditindih oleh pria berbadan besar itu dengan tangan mencekik lehernya. Kirana memutar otaknya dan ia melihat kayu yang cukup besar. Kirana segera mengambilnya dan dengan cepat memukulkannya di kepala pria itu dengan keras.
"Argh........." Pria itu mengerang kesakitan ia lalu menatap Kirana dengan tajam.
Rendra kaget saat melihat hal itu, ia segera mendorong musuhnya lalu bangkit dan kembali memberikan pukulan diwajahnya lalu segera menarik kembali tangan Kirana dan membawanya pergi darisana.
"Kurang ajar! Lapor 02, mereka lari ke arah Timur" kata pria itu mengambil alat penghubung kepada teman lainnya.
Suasana dihutan itu sangat mencekam, Rendra dan Kirana sudah dikepung dari segala arah membuat mereka cukup kesusahan untuk bergerak. Saat ingin melanjutkan larinya, Rendra melihat ada dua orang musuh lagi berada didepannya, musuh itu belum melihatnya membuat ia bersembunyi dibelakang pohon yang sangat rimbun.
Jantung Kirana rasanya ingin lepas dari tempatnya saat tiba-tiba Rendra menarik kembali tangannya hingga tubuh mereka kembali menempel sangat erat. Wajah mereka pun sangat dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Lari kemana sih mereka, bikin repot aja"
"Komeng lapor katanya ke arah timur, ini kita udah di timur"
"Kita tunggu disini ajalah, gua capek nyari mereka"
"Gua juga capek banget"
Kedua musuh itu duduk tepat dibelakang pohon yang sedang digunakan bersembunyi oleh Rendra dan Kirana membuat keduanya panik dan takut jika sampai ketauan. Mereka berdua sebisa mungkin tidak menimbulkan suara, bahkan untuk bernafas pun rasanya takut sekali jika ada yang mendengar.
Namun tiba-tiba saja ada sesuatu yang dingin menyentuh kaki Kirana membuat wanita itu melihat ke bawah dimana ada ular yang ada dikakinya. Kirana hampir saja berteriak tapi Rendra dengan cepat menarik kepala wanita itu dan mencium bibirnya.
Mata Kirana membesar karena mendapatkan ciuman tiba-tiba ini, namun saat merasakan bagaimana Rendra menciumnya dengan sangat lembut, Kirana malah terbawa suasana hingga memejamkan matanya menikmati sapuan manis dibibirnya dengan kaki dirayapi oleh ular dan musuh yang siap menyerangnya benar-benar ciuman yang mendebarkan.
Rendra awalnya hanya ngin membuat Kirana diam agar mereka tidak tertangkap, tapi entah kenapa dia malah semakin mencium bibir Kirana sangat dalam, ini adalah ciuman pertamanya setelah umur 25 tahun, ternyata rasanya sangat luar biasa.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Rini Mustika
bisa gitu yah...😂😂
2023-09-17
2
komalia komalia
bisa bisa nya disaat panik ciuman hadeeh
2023-08-08
1
Nana Shin
kesempayan dalam kesempitan eh salah😃
2022-10-22
1