Rendra melirik uluran tangan itu namun tak ada niat untuk menyambutnya. Ia justru semakin menatap wanita itu tajam membuat Kirana salah tingkah.
"Ehm, bolehkah aku tau namamu Tuan?" kata Kirana lagi masih mencoba akrab dengan pria penolongnya.
"Tidak" kata Rendra ketus lalu mengambil ponselnya untuk di gunakan senter, tapi ponselnya hilang entah kemana.
"Sial!" umpat Rendra kesal, kalau begini bagaimana dia bisa mencari bantuan. "Apa kau punya ponsel?" kata Rendra menatap Kirana.
"Tidak" kata Kirana jujur saja.
"Bagaimana kita akan keluar dari tempat ini" kata Rendra begitu kesal rasanya.
"Kita bisa berteriak, siapa tau ada orang yang mau menolong kita" kata Kirana.
"Oh benar, sekarang berteriaklah sesukamu" kata Rendra melirik Kirana sinis merasa ide itu sangat konyol.
Tapi Kirana merasa kalau Rendra benar-benar mendukungnya membuatnya langsung berteriak keras.
"Halo!! Siapapun tolong! Disini ada orang!!!" teriak Kirana sangat keras.
Rendra menyumbat telinganya, ia semakin kesal dengan tingkah Kirana ini, untuk apa berteriak di tengah jurang seperti ini, apalagi ini malam hari, tentu tidak akan ada yang menolongnya.
"Tolong kami!!!! Help me ... help me ..." Kirana kembali berteriak-teriak.
"Diam! Berhentilah melakukan hal bodoh ini" kata Rendra menarik tangan Kirana dengan sedikit kasar.
"Eh, Kau bilang ingin secepatnya pergi darisini, jika aku terus berteriak pasti ada orang yang akan menolong kita" kata Kirana mengerutkan dahinya hingga bercak darah di dahinya tampak mengerut.
"Siapa yang menolong kita? Kau tidak lihat ini hutan? Lebih baik diamlah dan jangan buang energimu. Kita harus mencari jalan keluar lain" kata Rendra dengan nada bicara yang tidak bisa dikatakan lembut.
Kirana mengerucutkan bibirnya, kenapa sih dia serba salah dimata pria ini pikirnya. Ia akhirnya mengunci mulutnya dan mengikuti Rendra yang berjalan terlebih dulu. Namun baru beberapa langkah berjalan, mereka mendengar suara langkah kaki yang cukup banyak mendekat.
Rendra langsung waspada dan mendengarkan dengan pasti langkah kaki itu, dan ternyata benar kalau langkah kaki itu mendekati mereka.
"Tuan...sepertinya ada yang menolong kita" kata Kirana begitu girang karena berpikir ada orang yang akan menolongnya.
"Ssssstt...." Rendra memberikan gestur untuk wanita itu diam.
"Kenapa Tuan? Sebaiknya kita langsung kesana saja, ayo" kata Kirana semangat untuk berbalik pergi tapi dengan cepat Rendra menahan tangannya.
"Bukan" kata Rendra menajamkan telinganya lagi.
"Ha?"
"Itu dia mereka!" teriak seorang pria berbadan besar saat melihat Rendra dan Kirana.
"Lari!" kata Rendra secara impulsif langsung menarik tangan Kirana dan membawanya berlari menjauh dari sana.
Kirana tersentak saat Rendra menarik tangannya hingga tubuhnya sedikit terseret. Tapi Kirana langsung sadar dan ikut mempercepat langkah kakinya.
Mereka terus berlari melewati pohon-pohon yang begitu tinggi dan suasana yang sangat gelap membuat mereka cukup kesusahan berlari. Ingin berhenti pun tak bisa karena kedua penyerang tadi masih mengejar.
"Tuan! aku tidak sanggup, bisakah kita berhenti sebentar" kata Kirana menghentikan langkahnya hingga genggaman tangan mereak terentang.
"Tidak, mereka masih mengejar kita" kata Rendra tentu tak ingin sampai tertangkap, mungkin dia masih bisa melawan, tapi kedua pria tadi juga membawa senjata yang pastinya akan sangat berbahaya.
"Kalau begitu tinggalkan aku saja disini, mungkin memang aku ditakdirkan kembali ke tangan mereka" kata Kirana langsung mendudukkan tubuhnya di bawah, dia benar-benar sangat lelah.
Rendra menatap Kirana kesal, tapi mendengar suara Kirana yang putus asa itu, hatinya sedikit terketuk.
"Baiklah, tapi kita harus mencari tempat aman dulu" kata Rendra.
"Tapi kakiku sangat sakit, pergilah sendiri Tuan, aku akan tetap disini" kata Kirana menangis karena tak sanggup lagi rasanya, mungkin memang takdirnya untuk kembali ke neraka itu lagi.
Rendra diam menatap wajah Kirana yang tertimpa sorot cahaya rembulan. Ini pertama kalinya Rendra menatap wajah Kirana dengan jelas. Ada bercak darah yang mengering di pipi wanita itu, namun tetap saja tak mengurangi kesempurnaan wajahnya.
Rendra kemudian menghela nafasnya lalu berbalik dan berjalan menjauh, tak ada alasan untuknya menjaga wanita asing itu, pikirnya.
"Hei! Kau benar-benar ingin meninggalkanku! pria seperti apa kau ini yang tega meninggalkan seorang wanita di hutan seperti ini sendirian, kau juga membiarkan aku ditangkap para penjahat tadi. Kau ini pria macam apa sih?" cerca Kirana tak habis pikir dengan Rendra. Bagaimana bisa pira itu benar-benar ingin meninggalkannya yang sedang lemah. Dasar tidak peka sekali, pikirnya.
"Ssssstt....." Rendra memberikan gestur agar Kirana diam, tapi Kirana yang masih ngambek tak menggubrisnya.
"Tidak, aku tidak mau diam, kau benar-benar pria yang paling tidak...aduh ..." Kirana tak lagi melanjutkan ucapannya karena lagi-lagi tangannya ditarik dan di bawa berlari menjauh.
Pendengaran Rendra memang sangat tajam membuat ia tau kalau ada sekelompok orang yang mengejar mereka kembali. Ia terus menyeret Kirana dan membawanya pergi darisana.
Kirana sebenarnya masih begitu kesal, kakinya bahkan masih sangat sakit saat digunakan untuk berlari, tapi kalau dia berhenti, dia juga akan tertangkap. Akhirnya dia terus mengikuti langkah Rendra hingga mereka tiba disebuah sungai.
"Sial! Tidak ada jalan" umpat Rendra panik saat mendengar penyerang tadi kian dekat, tapi tidak ada jalan lain lagi.
"Bagaimana ini Tuan?" kata Kirana ikut panik dan juga ketakutan.
Rendra menekan bibirnya dan berpikir keras, jika dia lompat kedalam air itu sama saja dia mengantarkan nyawa karena tidak tau dalam atau dangkalnya sungai itu. Sementara, langkah itu semakin dekat.
"Gua yakin dia kesana! Arah sungai" teriakan penyerang itu terdengar kembali membuat kepanikan mereka meningkat.
"Tuan, apakah kita harus menyerah? Mereka semakin dekat" kata Kirana panik sekali.
"Oh shittt!!!" Rendra rasanya ingin sekali mengumpat kata-kata kasar namun hal itu tak ada gunanya.
"Ayo mikir Ren" kata Rendra menatap sekelilingnya untuk mencari tempat persembunyian.
Dengan mata tajamnya, Rendra bisa melihat ada sebuah cekungan di bawah pohon besar yang ada disana. Secara reflek Rendra menarik kembali tangan Kirana dan membawanya untuk masuk kedalam cekungan kecil itu dan bersembunyi disana. Cekungan itu sangat sempit namun ternyata ada sedikit ruang didalamnya.
"Masuk" kata Rendra.
"Tapi disana sangat gelap, aku takut" kata Kirana bergidik saat melihat gelapnya cekungan itu.
"Aku bilang masuk" kata Rendra menahan untuk tak membentak wanita manja ini.
"Iya iya aku masuk" kata Kirana setengah melompat karena takut dengan suara Rendra.
Setelah memastikan Kirana masuk kedalam, Rendra ikut menyusul dan duduk disamping Kirana. Ia bisa mendengarkan suara hembusan nafas Kirana yang sangat cepat, pertanda wanita itu sangat ketakutan. Entah apa yang dipikirkan Rendra saat itu, ia kemudian memegang tangan Kirana untuk sekedar mengatakan kalau ada dia bersamanya.
Kirana yang awalnya ketakutan pun langsung menatap Rendra, meskipun gelap tapi saat merasakan sentuhan hangat itu membuat ketakutannya perlahan mereda.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Hawa zaza
hadir lagi nih disini 🤩
2022-11-01
1
Lady Navier👸
tenang kirana. ini permulaanmu
2022-10-29
0
Lady Navier👸
kirana ga peka
2022-10-29
0