Bab 4

Kayla dan Raffa sudah berada di sebuah rumah megah dengan penampilannya yang sederhana.

Rumah itu paling megah yang ada di desa tersebut.

"Ini rumah siapa, Ma, Pa?" tanya Ranisa penasaran.

Dia baru kali ini datang ke rumah itu.

"Ini rumah teman mama sama papa," jawab Kayla.

Raffa menekan bel rumah tersebut.

Tak berapa lama seorang pria yang seumuran dengan Raffa.

"Hei, Bro," pekik Nick saat melihat sahabatnya datang ke rumahnya.

Raffa memang sudah memberitahukan akan kedatangannya tapi Raffa tidak memastikan harinya.

Nick langsung memeluk tubuh sang sahabat dengan erat. Begitu juga dengan Raffa.

Mereka saling berpelukan melepaskan rindu bertahun-tahun tak berjumpa, meskipun mereka masih berkomunikasi lewat grup chat.

Seketika Ranisa melihat sosok papanya yang tegas bersikap seperti anak muda biasanya.

Ranisa tersenyum melihat sikap mereka.

"Ayo, masuk. Gue udah nungguin lu dari kemarin. Gita sudah berkali-kali nanyain kalian jadi datang atau tidak." Nick mengajak sahabatnya masuk dan mempersilakan duduk di sofa ruang tamu.

"Sayang, Raffa dan Kayla sudah datang, nih." Nick memanggil istrinya.

Gita sedang sibuk di dapur, dia mendengar sang suami memanggil namanya.

"Hah, sepertinya itu Kayla yang datar," gumam Gita.

Gita pun langsung mengambil hijabnya lalu melangkah menuju ruang tamu.

"Kayla!" pekik Gita riang.

Gita mendekati sang sahabat, lalu memeluknya dengan erat.

"Kamu apa kabar? Kangen," ujar Gita riang.

Ranisa hanya diam memperhatikan keakraban kedua orang tuanya dengan pemilik rumah yang mereka datangi.

"Ternyata meskipun sudah punya anak-anak yang sudah pada dewasa, orang tua itu tetap aja seperti anak muda kalau bertemu dengan teman lamanya," gumam Ranisa di dalam hati.

"Eh, ada anak gadis. Rani, apa kabar?" tanya Gita pada Ranisa.

Ranisa mengernyitkan dahinya, dia bingung. Perasaan Rani belum pernah bertemu dengan Gita.

"Ya ampun, udah besar kamu, ya. Terakhirnya Tante ketemu kamu. Kamu masih TK." Gita mengenang masa yang sudah puluhan tahun berlalu.

Sejak Ranisa SD, mereka memang jarang bertemu dengan membawa anak-anak. Kalau pun mereka bertemu, palingan cuma mereka saja tanpa membawa anak-anak mereka karena anak-anak sudah masuk proses wajib belajar.

Ranisa tersenyum lalu dia berdiri menyalami sahabat mamanya.

"Iya, Tante," lirih Ranisa.

"Rani makin cantik saja, ya," ujar Gita sambil mencubit pipi putri bungsu sahabatnya itu.

"He, iya." Kayla mengelus lembut kepala gadis kecilnya.

"Oh, iya kalian duduk dulu, ya. Aku ambilkan minuman sama cemilan dulu," ujar Gita.

"Kamu enggak perlu repot-repot, Git. Keluarkan semua yang ada, sekalian oleh-oleh buat kami bawa pulang ke Padang," ujar Raffa.

"Siap, Bos," sahut Gita.

Mereka pun tertawa, kehangatan di antara mereka masih saja tercipta dengan candaan ringan yang dilontarkan oleh Raffa.

Gita masuk ke dalam rumahnya, dia melangkah masuk ke dalam kamar putrinya.

"Naya," panggil Gita.

Naya sedang asyik membaca komik kesukaannya langsung menutup komiknya.

Naya turun dari tempat tidurnya lalu melangkah membukakan pintu.

"Ada apa, Bu?" tanya Naya.

"Sayang, bantuin ibu, yuk!" ajak Gita.

"Ngapain, Bu? Aku lagi asyik baca komik," gerutu Kanaya kesal.

"Bantuin ibu buatkan minuman untuk teman ibu, ayo!" ajak Gita.

Gita langsung menarik tangan putrinya yang kini masih mengenakan piyama.

"Ibu, aku belum pakai hijab," bantah Kanaya.

"Ya ampun, ibu lupa. Ayo, pakai jilbabmu," ujar Gita menyuruh putrinya memakai hijabnya.

Kanaya menggelengkan kepalanya, dia sudah mengerti bagaimana sifat dan ibu yang super super pelupa.

Kanaya kembali masuk ke dalam kamar lalu mengambil hijabnya.

"Nah, ini tolong kamu bawa ke depan, ya. Teman mama baru saja datang," perintah Gita pada putrinya.

"Iya," lirih Kanaya.

Sebenarnya Kanaya merasa malas melakukan apa yang disuruh ibunya, tapi dia bukanlah tipe anak yang durhaka pada orang tua.

Mau tidak mau dia pun melakukan apa yang di suruh ibunya.

Kanaya membawa sebuah nampan berisi minuman serta cemilan ke luar dari dapur, dia melangkah menuju ruang tamu.

Kanaya tersenyum menyapa tamu kedua orang tuanya.

"Nah, ini yang namanya Kanaya," ujar Nick dengan semangat.

Raffa dan Kayla menatap kagum pada paras cantik putri dari sahabatnya.

"Wah, anak gadis ini cantik sekali," puji Kayla kagum dengan paras calon menantu mereka.

Kanaya tersenyum mendengar pujian dari sahabat orang tuanya, dia langsung mendekati Kayla lalu mengulurkan tangannya hendak menyalami Kayla.

"Ternyata lebih cantik aslinya," puji Kayla lagi.

Kanaya tertunduk malu mendengar pujian dari Kayla.

Ranisa menatap dalam gadis yang sudah membawakan mereka minuman.

Ranisa merasa wajah itu tidak asing baginya.

Dia merasa pernah mengenal sosok wanita itu, tapi dia lupa di mana pernah bertemu dengan Kanaya.

"Silakan diminum, Om, Tante," ujar Kanaya.

Setelah itu dia pun pergi meninggalkan Kayla dan Raffa beserta kedua orang tuanya.

"Naya, kamu coba bawa Rani ke dalam kamarmu, takutnya dia bingung di sini," ujar Gita pada putrinya sebelum Kanaya kembali ke kamarnya.

"Yuk, Dek," sahut Kanaya pada Ranisa.

Ranisa menoleh ke arah kedua orang tuanya, dia pun berdiri setelah Kayla dan Raffa mengangguk.

Setelah anak-anak mereka tidak lagi di sana, mereka pun mengobrol dan membahas acara pernikahan Kanaya dengan Raju.

Mereka sepakat akan melangsungkan pernikahan Raju dan Kanaya satu Minggu lagi.

"Lalu bagaimana dengan pernikahan Raja?" tanya Gita penasaran.

"Rencananya setelah Raju menikah di sini, kita akan langsung berangkat k Yogyakarta untuk pernikahan Raja dan Kania," jawab Raffa.

"Mhm, bagus juga kalau begitu sekalian kita liburan," seru Gita senang.

Nick menoleh ke arah istrinya, dia heran dengan istrinya selalu saja ingin berlibur.

Padahal satu kaki seminggu Nick selalu membawa Gita ke Jakarta untuk mengecek kafe yang ditanggung jawabi oleh Nick.

Bahkan Nick selalu membawa istrinya itu shoping di pusat perbelanjaan yang biasa jadi incaran para wanita.

"Ya, beda kan kalo kita liburan berdua dengan liburan bareng-bareng," ujar Gita membela diri.

Dia sudah mengerti dengan tatapan sang suami.

****

Satu minggu telah berlalu.

"Raja, Raju! Besok kita akan berangkat ke Bandung. Persiapkan semua hal yang kalian butuhkan," ujar Raffa tegas saat mereka makan malam.

"Ada apa, Pa?" tanya Raja.

"Kamu akan tahu setelah berada di Bandung," jawab Raffa tegas.

Mau tak mau Raja dan Raju terpaksa mengikuti apa yang dikatakan oleh papanya.

"Baiklah, Pa," sahut Raju.

Mau tak mau si kembar Raja dan Raju harus mengikuti apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya.

Keesokan paginya.

Raja dan Raju sudah siap untuk berangkat ke Bandung bersama kedua orang tuanya.

Sesampai di Bandara, Raja dan Raju heran melihat Ummi Dian dan Abi Agung ikut bersama mereka.

Mereka semakin heran saat melihat Bunda Irene dan ayah Alex juga ikut.

"Ada acara apa di Bandung? Kenapa semua keluarga jadi ikut?" bisik Raja bertanya pada Raju.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Aisyah Al Humairah 🧸☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

Aisyah Al Humairah 🧸☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

ya Allah masih ingat aja tuh Mak ketemu terakhir kalinya masih TK sekarang sudah jadi anak dara ya kan beda Mak.

2022-11-03

3

🥀ᴅᴡɪ_ɪᴍᴏᴇᴛ🌿

🥀ᴅᴡɪ_ɪᴍᴏᴇᴛ🌿

masih penisirin gmn reaksi si kembar klo ternyata mereka mau di nikahin..

2022-11-03

1

pantes mereka di jodohin orangtua mereka sahabatan yaaa ternyata..

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!