5. Sakitnya Andung

Perlahan-lahan andung dipapah turun dari rumah. Setelah mengunci pintu dan pagar, montor yang membawa andung, meluncur pergi.

"Bawa ke klinik Wak Sabar aja. Belok sini!" Hanna menunjukkan arah jalan menuju klinik.

"Kau punya dokter pribadi? Hebat!"

Perkataan orang itu terdengar seperti ejekan di telinga Hanna. Darahnya tersirap sedikit, tetapi dia berhasil menahan diri. Demi rasa terima kasih pada orang yang bersedia mengantarkan andungnya ke klinik.

"Itu kliniknya di kanan!" tunjuk Hanna.

Pria itu melirik plang nama klinik kecil itu. "Kau yakin di sini bisa mengatasi keadaan nenekmu?" tanya orang itu ragu.

"Biasanya juga kemari. Cepatlah!" Hanna sudah tak sabaran.

Montor pria itu berbelok ke halaman klinik. Dengan sigap dibukanya pintu belakang, tempat Hanna dan andung duduk. Dipapahnya nenek gadis jutek itu berjalan ke klinik. Sementara Hanna sudah lari ke dalam lebih dulu. Kemudian dia keluar lagi sambil mendorong kursi roda.

Andung didudukkan di kursi roda dan didorong masuk.

Resepsionis sudah hapal wajah Hanna dan andung. Wanita tua itu adalah pelanggan tetap klinik. Seorang perawat keluar dari sebuah ruangan. Dia terkejut melihat keadaan andung.

"Kenapa?" tanyanya pada Hanna dengan mata menyelidik.

"Obatnya habis!" sahut Hanna, sambil mencoba alat semprotan di tangannya.

"Bawa masuk!" perintahnya.

Detektif swasta itu mendorong kursi roda andung ke dalam sebuah ruangan tertutup yang mirip ugd. Tempat itu cukup luas. Bisa menampung hingga sepuluh tempat tidur. Ada seorang dokter wanita di situ, dan seorang perawat pria.

"Kenapa?" tanya dokter pada perawat yang mengikuti.

"Asma kambuh tapi obatnya habis!" perawat itu menunjuk botol obat di tangan Hanna.

Dokter dan perawat segera membaringkan andung. Memeriksanya, kemudian memasang masker oksigen yang dihubungkan ke tabung gas besar di bagian samping tempat tidur.

"Pigi daftar dulu. Biar kami tangani di sini!" anjur seorang perawat lain.

Hanna mengangguk. Dia bergegas keluar ruangan, untuk mendaftar di loket. Hatinya mulai tenang sekarang.

"Daftar pasien masuk, Kak." kata Hanna pada petugas loket. Tak banyak pasien yang mengantri di ruangan darurat itu.

"Nama pasien? Punya kartu periksa di sini tidak?" tanya petugas.

"Ada, Kak. Bentar ...." Hanna membuka tas pinggang yang sejak dia berangkat subuh belum dilepas. Dipilihnya beberapa kartu periksa, kartu puskesmas, rumah sakit dan klinik ini.

"Ini!" Diulurkannya kartu periksa klinik dengan nama andung.

"Atas nama ibu Saripah ya?" Ulang petugas tadi.

"Iya!" Angguk Hanna.

Petugas tadi mulai bekerja dan mengetik di komputernya. Tak lama dia mengangkat kepala. "Sudah ada tindakan dan bantuan darurat di ruangan. Ini biaya administrasinya." Sebuah kertas dengan angka tercetak, disodorkan pada Hanna.

Kepala Hanna sedikit berputar melihat angka yang tertera. Dibukanya tas pinggang. Uang hasil dagang hari ini, bahkan belum dihitungnya.

"Sebentar ya, Kak ... awak hitong dulu duetnya." Hanna menyingkir ke samping agar tidak mengganggu pendaftaran orang lain.

Petugas loket itu membiarkan Hanna menghitung uangnya. Lembaran demi lembaran uang yang kusut, dikeluarkan di meja kecil dekat loket. Hanna merapikan uang-uang kertas itu dengan mata berkaca-kaca. "Semoga cukup, ya Allah ... tolong kami," harapnya dalam hati.

Pria, detektif swasta itu melihat apa yang dilakukan gadis kasar itu. Dia memotretnya diam-diam dan mengirimkan pada Tuan Kamal Prabuseno, foto Hanna yang sedang menghitung uang receh di meja klinik. Disebutkannya juga apa yang terjadi pada nenek gadis itu.

Sebuah pesan balasan masuk dengan segera. Detektif itu tersenyum. Dia menyimpan ponselnya dan melangkah mendekati loket yang kosong.

"Berapa biaya untuk nenek gadis itu?" tanya Daniel, si detektif swasta.

Petugas loket mengangkat wajahnya dan memandang penuh tanda tanya. "Anda siapa?" tanyanya.

"Saya orang asing yang ingin membantu membayar biaya nenek gadis itu!" jawab Daniel jujur.

"Bicarakan dulu dengan keluarga pasien. Kami tidak---"

Ucapan petugas loket mengambang di udara, karena Daniel sudah meninggalkannya, dan berjalan ke arah Hanna.

"Sini kertas pendaftarannya!" Daniel mengambil kertas yang tergeletak di meja.

"Hei!" seru Hanna terkejut. "Balekkan sini!" perintah Hanna dengan mata tajam.

"Tuan Kamal menyuruhku membayar biaya nenekmu. Jadi, simpan saja uangmu itu." Daniel melirik ke arah uang-uang kertas kusut dan logaman bulat di meja.

Hanna tersinggung melihat lirikan merendahkan yang dilayangkan Daniel.

"Ini uang halal yang awak dapat dengan kerja keras sejak pagi subuh. Ko tak berhak merendahkan hasil keringat orang lain!" bentak Hanna emosi.

"Ssttt ... jangan berisik di sini!" tegur salah seorang keluarga pasien yang sedang menunggu.

"Dengar, Nona. Ayahmu hanya ingin membantu biaya perawatan nenekmu!" kata Daniel dengan suara rendah.

"Aku tak butuh bantuannya!" sahut Hanna ketus, sambil terus menghitung uangnya.

"Masih kurang sedikit, pikirnya. Nanti minta tempo dulu. Trus buka celengan," pikir Hanna.

Hanna merebut kertas pembayaran dari tangan Daniel. Dia berbalik menuju loket pendaftaran.

"Kak, duet awak masih kurang dua puluh tiga ribu lagi. Bisa tempo sebentar? Awak balek rumah ambil celengan...." tawar Hanna.

Petugas itu tersenyum dan mengangguk. Dia telah hapal wajah Hanna yang selalu membawa neneknya periksa ke situ. Dan selalu minta tempo bayar. Tapi semua tagihan tetap dilunasinya. Terlebih lagi, Dokter Sabar sudah mengingatkan untuk tidak mempersulit Hanna. Itu sebabnya dia tak langsung menerima tawaran bantuan dari pria asing itu.

Pembayaran pendaftaran andung sudah selesai. Petugas loket menyerahkan kwitansi dengan jumlah yang dibayar Hanna. Gadis itu masih berhutang dua puluh tiga ribu lagi.

"Persiapkan juga biaya obat, dan rawat inapnya," pesan petugas.

Hanna mengangguk. "Terima kasih, Kak. Akan kuusahakan, kalau memang harus rawat inap," jawab Hanna getir.

Hanna mengambil kertas kwitansinya. Sekarang dia harus pulang untuk membuka celengan. Tapi sebelumnya, harus lihat kondisi andung dulu. Dia masuk ke ruangan darurat. Dilihatnya keadaan andung yang sudah bisa bernapas dengan baik.

"Andung ...."

Hanna berjalan cepat ke arah tempat tidur di ujung ruangan. Dipeluknya tubuh renta yang terlihat lelah itu. Hanna bisa lihat kalau andung sangat lemah. Entah berapa lama paru-parunya kekurangan oksigen. Tapi jari-jari tangan andung yang mengusap punggungnya, telah memberinya kekuatan.

Hanna mengangkat kepala, menatap sedih ke arah wanita tua itu dan berjanji dalam hati. "Aku harus berusaha lebih keras lagi. Tak boleh membiarkan andung terus menderita!"

"Kak, dipanggil Dokter!" seorang perawat berdiri di depan tempat tidur.

Hanna menoleh dan menyeka air matanya. "Iya!" sahutnya. Perawat itu pergi lagi.

"Andung, Hanna pergi tanya Dokter dulu yaa...." bisiknya di dekat telinga andung, yang dijawab dengan anggukan kepala.

Hanna meninggalkan nenek, dan berjalan ke meja dokter di dekat pintu masuk ruangan.

"Ya, Dokter," sapa Hanna.

"Duduklah...." Dokter itu mengangkat kepalanya sebentar, kemudian menulis lagi.

Hanna duduk di kursi depan meja dokter. Dia menunggu. Tapi dokter itu masih sibuk menulis. Itu membuat perasaan Hanna makin gelisah. "Apakah itu catatan kesehatan andung? Apakah ada penyakit lain?" pikirnya risau.

Pada akhirnya, dokter menutup kertas catatan itu, menyusunnya dalam tumpukan, kemudian mengambil kertas lain. "Nenek apa tadi namanya?" tanya dokter mencari-cari berkas.

"Saripah!" kata Hanna.

"Saripah ...," gumaman dokter terdengar. Dia sedang mencari berkas dengan nama andung. Dokter akhirnya menemukannya. Kertas itu dibaca ulang sebentar. Lalu dokter mengangkat kepala dan melihat pada Hanna.

"Apa Kakak punya keluarga yang lain?" tanyanya serius. Hanna menggeleng sedih dan menunduk.

"Ada! Dia masih punya ayah!" terdengar satu suara pria yang memaksa ikut serta dalam pembicaraan.

Dokter dan Hanna menoleh terkejut. Hanna melotot ke arah Daniel, tetapi pria itu tak peduli.

"Anda siapa?" tanya dokter dengan dahi mengerut.

"Saya orang yang bekerja pada ayahnya," jawab Daniel percaya diri.

"Awak tak kenal sama dia, Dok!" kata Hanna tegas.

"Dia bilang, dia orang ayahnya Kakak ...." Dokter itu ingin memastikan lagi.

"Awak pon tak tahu ayah yang disebutkannya siapa! Awak tak pernah melihatnya. Takotnya mengaku-ngaku, nanti awak diculeknya pulak!"

Jawaban Hanna sangat pedas. Dia menolak mengenal pria asing dan orang lain yang disebutkannya.

Dokter itu menatap tajam pada pria asing itu. Dia ikut waspada. "Karena anda bukan keluarga pasien, silakan keluar!" ujarnya tegas.

Dokter mengangguk pada security. Pria itu mendekat. "Ada yang bisa dibantu, Dok?" tanyanya.

"Yang bukan keluarga pasien, dilarang masuk ke sini!" kata tajam itu diarahkan pada Daniel yang terperangah.

Security langsung sigap, mengajak Daniel keluar. "Tolong jangan ribut di sini. Pasien perlu istirahat!" katanya dingin.

"Aku disuruh ayah gadis itu membantu. Aku memang bukan keluarganya, tapi mewakili ayahnya!" bantah Daniel, menolak pergi.

"Jangan kek gitu, Bang. Ini tempat orang sakit berobat. Kalok abang biken ribut di sini, aku pun tak segan lagi!" Security itu bergeming. Dua lengannya dibentang, menghadang Daniel mendekati Hanna.

"Bang, jangan betekak di sini. Keluar!" kata seorang perawat, melihat Daniel masih ingin protes.

*

*

Ket.:

Montor : mobil.

Pigi : pergi.

Minta tempo : minta tenggang waktu.

Culek : culik. Langgam bahasa Melayu di Sumatera Utara, sering mengganti huruf i di akhir suku kata, menjadi e, dalam percakapan. Misal: Balik, jadi balek.

Betekak : beradu argumen. Berbantahan.

********

Terpopuler

Comments

Alim Hadi rahmat

Alim Hadi rahmat

ttp semangat y thor..ttp jga kesahatan..salam succes sllu..
para penyintas 2 smg akan muncul berikutnya..ttp blm bs move on dri karya itu tuk yg laen sepenuhnya..🙂🙂

2022-10-04

6

Tety Novianty

Tety Novianty

padahal udah update banyak tp pembaca mana puas hahaha, semangat kk

2022-10-04

6

Rosnila Sari

Rosnila Sari

ok Thor.... next... semangat up-nya👍

2022-10-04

6

lihat semua
Episodes
1 1. Hanna, Bakul Kue
2 2. Ziarah
3 3. Orang asing
4 4. Kamal Prabuseno
5 5. Sakitnya Andung
6 6. Menyingkirkan Ego
7 7. Hantu Belau
8 8. Tempoyak Asam
9 9. Perawatan Andung
10 10. Pangeran Berkuda
11 11. Ayah
12 12. Suara Yang Menenteramkan
13 13. Ziarah 2
14 14. Toko Online Hanna
15 15. Luluh
16 16. Sehari Bersama Hanna
17 17. Upaya Pembunuhan
18 18. Klinik Wak Sabar
19 19. Menyusun Gugatan Hukum
20 20. Mengambil Sikap
21 21. Mempersiapkan Kejutan
22 22. Persiapan Toko Kue
23 23. Be Positif
24 24. Hukuman Clara
25 25. Pengawal
26 26. Penculikan Hanna
27 27. Mencari Hanna
28 28. Pencarian Hanna 2
29 29. Pencarian Hanna 3
30 30. Ruang-ruang Jebakan
31 31. Ruang rahasia, di dalam ruangan rahasia
32 32. Menemukan Hanna
33 33. Menyelamatkan Hanna
34 33. Hanna Sadar
35 34. Bukti Rekaman
36 35. Penangkapan Clara
37 36. Laksmi
38 37. Bukan Muhrim
39 38. Syarat Menjadi Muhrim
40 39. Perjodohan
41 40. Guru Mengaji
42 41. Belajar Mengaji
43 42. Belajar Mengaji 2
44 43. Kekecewaan Daniel
45 44. Tidak Berambisi
46 45. Perjodohan
47 46. Takdir
48 47. Tak Bersedia
49 48. Menikah
50 49. Menginap di Hotel
51 50. Malam Pertama
52 51. Pengantin Baru
53 52. Dua Orang Asing yang Kos Bareng
54 53. Kartu Merah
55 54. Upaya Mengambil Hati Hanna
56 55. Bertengkar Lagi
57 56. Janji Makan Siang
58 57. Nasehat Papa
59 58. Sambutan Hanna
60 59. Berziarah
61 60. Bertemu Keluarga Besar Hanna
62 61. Sehari di Kampung
63 62. Teguran Tuan Kamal
64 63. Pesta Pernikahan
65 64. Ancaman Kakek
66 65. Kepribadian Ganda
67 66. Makan Malam Keluarga
68 67. Malam Mengesankan
69 68. Malam Pertama 2
70 Pengumuman Give Away
71 69. Kebahagiaan Pernikahan
72 70. Hari Wisuda Hanna
73 71. Persalinan Hanna
74 Pengumuman
Episodes

Updated 74 Episodes

1
1. Hanna, Bakul Kue
2
2. Ziarah
3
3. Orang asing
4
4. Kamal Prabuseno
5
5. Sakitnya Andung
6
6. Menyingkirkan Ego
7
7. Hantu Belau
8
8. Tempoyak Asam
9
9. Perawatan Andung
10
10. Pangeran Berkuda
11
11. Ayah
12
12. Suara Yang Menenteramkan
13
13. Ziarah 2
14
14. Toko Online Hanna
15
15. Luluh
16
16. Sehari Bersama Hanna
17
17. Upaya Pembunuhan
18
18. Klinik Wak Sabar
19
19. Menyusun Gugatan Hukum
20
20. Mengambil Sikap
21
21. Mempersiapkan Kejutan
22
22. Persiapan Toko Kue
23
23. Be Positif
24
24. Hukuman Clara
25
25. Pengawal
26
26. Penculikan Hanna
27
27. Mencari Hanna
28
28. Pencarian Hanna 2
29
29. Pencarian Hanna 3
30
30. Ruang-ruang Jebakan
31
31. Ruang rahasia, di dalam ruangan rahasia
32
32. Menemukan Hanna
33
33. Menyelamatkan Hanna
34
33. Hanna Sadar
35
34. Bukti Rekaman
36
35. Penangkapan Clara
37
36. Laksmi
38
37. Bukan Muhrim
39
38. Syarat Menjadi Muhrim
40
39. Perjodohan
41
40. Guru Mengaji
42
41. Belajar Mengaji
43
42. Belajar Mengaji 2
44
43. Kekecewaan Daniel
45
44. Tidak Berambisi
46
45. Perjodohan
47
46. Takdir
48
47. Tak Bersedia
49
48. Menikah
50
49. Menginap di Hotel
51
50. Malam Pertama
52
51. Pengantin Baru
53
52. Dua Orang Asing yang Kos Bareng
54
53. Kartu Merah
55
54. Upaya Mengambil Hati Hanna
56
55. Bertengkar Lagi
57
56. Janji Makan Siang
58
57. Nasehat Papa
59
58. Sambutan Hanna
60
59. Berziarah
61
60. Bertemu Keluarga Besar Hanna
62
61. Sehari di Kampung
63
62. Teguran Tuan Kamal
64
63. Pesta Pernikahan
65
64. Ancaman Kakek
66
65. Kepribadian Ganda
67
66. Makan Malam Keluarga
68
67. Malam Mengesankan
69
68. Malam Pertama 2
70
Pengumuman Give Away
71
69. Kebahagiaan Pernikahan
72
70. Hari Wisuda Hanna
73
71. Persalinan Hanna
74
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!