4. Kamal Prabuseno

Pria asing itu sekarang mengarahkan perhatiannya pada Hanna. Pandangan menilai yang tampak jelas di matanya, membuat Hanna emosi.

"Kalau ada urusan, bilang la. Kalok tak ada urusan, berambus la!" ujar Hanna kasar.

"Sssttt!" tegur kepling. "Jangan cakap kek gitu! Dia ini---" Kepling menghentikan kata-katanya saat tangan orang asing itu terbuka di depannya.

"Saya Daniel, detektif swasta. Diminta Pak Kamal Prabuseno untuk mencari putrinya ... yaitu, Anda!" kata orang asing itu sambil menunjuk Hanna.

"Apa!" pekik Hanna tertahan.

Pria itu mengambil ponsel dan memeriksanya sejenak. Kemudian menunjukkan beberapa bukti yang dimilikinya.

Hanna melihat dengan jelas, sebuah foto pernikahan. Di sana ada almarhum ibunya berdiri berdampingan dengan seorang pria gagah. Keduanya tersenyum bahagia.

Detektif itu menggeser foto lain. Itu sukses membuat mulutnya terbuka. Ada foto berempat, dimana almarhum atok dan andungnya berada dalam satu bingkai dengan pasangan pengantin.

Hanna melotot melihat kedua foto itu. Tapi detektif itu tampaknya masih belum selesai. Dia terus menggeser foto-foto lain di dalam ponselnya.

Ada foto buku nikah dengan nama ibunya dan pria bernama Kamal Prabuseno, ada foto saat ibunya mengandung. Foto di depan sebuah rumah besar. Yang terakhir adalah foto bertiga, pria yang di pernikahan serta seorang bayi yang berada dalam gendongan ibunya.

"Bayi siapa yang digendong Mamak?" tunjuknya ingin tahu.

"Dirimu!" jawab detektif itu cepat.

Hanna terdiam cukup lama. Pak Kepling tak enak hati dengan tamu yang dibiarkan berdiri di halaman. Hanna bahkan mencegah mereka untuk masuk ke teras.

"Wak Ipah di mana? Baiknya kita becakap di dalam aja," saran kepling lagi.

Hanna menggeleng. "Udah malam kali, Pak'e. Andung udah tidur. Besok aja balek lagi," katanya tanpa ragu.

"Ko tak tertarek sama info yang dibawanya?" tanya kepling heran. Dia tak mengira Hanna akan bereaksi sedingin itu.

Hanna menggeleng. "Bertaon-taon awak ngarap ayah datang dan jemput kami. Tapi sampek mamak meninggal pon, dia tak muncol. Udah awak buang harapan itu. Awak tak mau ada urusan lagi sama orang tu," kata Hanna dingin.

"Ko bilang sama orang tu ya. Jan ganggu kami lagi. Biar cemana pon hidup kami di matamu, tapi kami tenang di sini!"

Sampekan kata-kataku itu. Jan ko tambah dan kurangi!" Hanna memperingatkan dengan mengacungkan jari telunjuknya. Dia lalu berjalan ke pintu pagar, dan membukanya lebar, mengisyaratkan waktu bertamu sudah habis.

"Ah ... kasar kali ko sama tamu!" sesal kepling sambil mendorong keretanya keluar halaman. Detektif swasta itu ikut keluar.

"Maaf, Pak Kepling, bukan awak tak sopan. Tapi ini udah malam. Apa kata tetangga kalok awak buka pintu untuk laki-laki jam segini? Jadi silakan besok balek lagi kalok masih ada urusan."

Hanna menutup pintu pagar besi dan memasang kuncinya. Dia berbalik dan langsung naik ke rumah. Setelah dia mengunci pintu depan, barulah didengarnya suara kereta kepling berderum pergi.

"Hah ... Ya Allah. Muncongku ini!" gumamnya sambil menepuk mulutnya. Hanna menata deburan jantungnya yang sudah seperti mau meledak.

Semenjak detektif itu bilang kalau ayahnya mencari, jantung Hanna seperti berdentam-dentam kencang. Terlebih lagi ketika melihat semua bukti di ponsel orang itu. Ada foto ibunya semasih muda di situ. Dan Hanna mengingat jelas setiap lekukan halus wajah ibunya.

Hanna mengambil cermin lipat di kamar. Selama ini dia selalu merasa tidak secantik ibunya. Sekarang, diamatinya wajah yang ada di pantulan cermin. "Betol, ada sedikit garis tegas wajah pria di foto itu di wajahku." Hanna mengingat-ingat foto yang dilihatnya di ponsel tadi.

"Apa maunya mencariku sekarang?" pikir Hanna. Ditolehnya pintu kamar andung yang tertutup. Dia khawatir, kehadiran detektif itu akan menggoreskan luka di hati andungnya.

Hanna melirik ponselnya di meja. Beberapa pesanan kue, masuk. Wajahnya tersenyum senang. "Rejeki anak sholeha," gumamnya.

*

*

Pukul setengah sepuluh pagi, Hanna sudah masuk lorong rumahnya. Dia heran melihat ada montor terparkir di tanah kosong depan petak rumahnya. Tak biasanya ada kendaraan tamu tetangga diparkir di luar rumah tujuan. Rata-rata tetangga Hanna punya rumah bagus dan pintu pagar dorong yang cukup untuk dilalui montor dan parkir di halaman rumah masing-masing.

Hanna membuka kunci pagar dan memasukkan keretanya. Terus diparkir agak ke dalam, dekat rumpun tanaman pisang batu yang mengarah ke dapur dan kamar mandi di belakang rumah.

Hanna kembali sambil menggendong kotak-kotak plastik jualannya. Dia terheran-heran melihat seorang pria sudah ikut masuk halamannya. Pria itu berdiri menunggu di muka teras.

"Bapak, detektif swasta yang datang tadi malam?" tanya Hanna memastikan.

"Ya!" sahutnya sambil mengangguk.

"Ooo ...." Hanya itu yang keluar dari mulut Hanna.

Dia bergegas naik tangga rumah. Andung pasti sudah menunggu lama. Biarpun Hanna sudah menyiapkan cemilan roti dan seteko teh di meja, tetap saja Hanna khawatir.

Dia telah berangkat sejak sebelum subuh, berbarengan dengan andungnya bangun untuk tahajud. Beberapa jam setiap pagi, pintu rumah dikunci Hanna dan andung tinggal sendirian saja.

Terkadang, andung keluar melalui pintu dapur, dan memeriksa bunga-bunganya. Dan itu jelas membuat Hanna khawatir. Memikirkan andung menuruni sendiri tangga kayu di dapur ke arah kamar mandi, membuat keringatnya menetes sebesar biji jagung.

"Assalamu'alaikum.... Andung, Hanna pulang...." begitu sapaannya saban hari.

Tak terdengar sahutan, Hanna menuju kamar andung. "Andung!" panggilnya terkejut.

Hanna berlari masuk kamar, sebab melihat andung rebah di lantai kamar. Dibantunya orang tua itu untuk bangun, agar bisa dipindahkan ke tempat tidur. Tapi Hanna tak kuat. Kekuatannya makin hilang, melihat andung kesulitan bernapas.

"Asma andung kambuh!" pikirnya cepat. Diperiksanya laci meja kecil, tempat obat asma biasa ditaruh. Hanna tak menemukannya.

"Di mana obat semprot itu!" pikirnya mulai panik.

Dia melongok ke bawah meja, tak ada. Diperiksa Hanna juga di bawah kolong tempat tidur. Mungkin alat itu jatuh saat andung memegangnya.

"Itu dia!"

Hanna menyuruk ke bawah kolong tempat tidur. Dijangkaunya alat semprot yang terpental jauh hingga ke dinding seberang.

"Dapat!" Gadis itu segera keluar dari kolong tempat tidur. Dibersihkannya alat yang berdebu itu dengan tangan gemetar.

"Bantu Andung, ya Allah...." harapnya hampir menangis.

Dicobanya menyemprotkan obat dari botol. Tapi tak ada yang keluar. Ketakutan mulai merambati hatinya. "Obat ini sudah habis. Makanya andung jatuh di lantai," batinnya penuh sesal. Bagaimana bisa, dia sampai melupakan persediaan obat andung?

Hanna berlari keluar untuk minta tolong tetangga. Namun Dia melihat detektif swasta itu masih berdiri di teras rumah.

"Tolong ... tolong Andung!" mohon Hanna dengan air mata yang sudah tumpah.

Pria itu bereaksi dengan cepat. Dia menaiki tangga batu tanpa ragu. "Di mana?" tanyanya pada Hanna yang terbengong di depan pintu.

"Hei, sadar!" Pria itu menjentikkan jari di depan wajah Hanna.

"Hah?"

Hanna tersadar dan langsung balik ke kamar andung. Pria itu mengikuti. Dengan segera dibantunya andung untuk bersandar di kepala tempat tidur.

"Ini nenekmu?" tanyanya. Hanna mengangguk khawatir. Andung masih kesulitan bernapas.

"Sakit apa?" tanya pria itu lagi.

"Asma! Tapi obatnya habis...." Hanna berurai air mata. Bayangan kepergian ibu dan kakek mulai menghantuinya.

"Andung ...," bisik Hanna sambil mengusap-usap punggung tangan wanita tua itu.

"Ayo, bawa ke Rumah Sakit!" ajak pria itu.

Dia sudah berdiri dan memapah andung ke luar kamar. Hanna menyusul dan meraih botol obat yang kosong di meja. Dia harus membeli yang baru.

Perlahan-lahan andung dipapah turun dari rumah. Setelah mengunci pintu dan pagar, montor yang membawa andung, meluncur pergi.

 

Ket.:

Berambus : Pergi. Dalam konteks di atas, tamu asing itu diusir pergi.

Lorong : gang.

Jan : bentuk ringkas dari jangan.

Montor : mobil

*******

Terpopuler

Comments

Mr. Scary

Mr. Scary

Aku baru mulai baca yg ini, Thor. keren, dikasih keterangan kata" yg tdk biasa digunakan. jd makin mudah dimengerti pembaca lain

2022-11-07

6

Mr. Scary

Mr. Scary

wahh.. gawat klo obatnya habis

2022-11-07

6

Seruling Emas

Seruling Emas

Bab ini harusnya muncul subuh.. tp tertahan di editor, termasuk bab berikutnya. Gak tau apanya yg melanggar aturan

2022-10-04

6

lihat semua
Episodes
1 1. Hanna, Bakul Kue
2 2. Ziarah
3 3. Orang asing
4 4. Kamal Prabuseno
5 5. Sakitnya Andung
6 6. Menyingkirkan Ego
7 7. Hantu Belau
8 8. Tempoyak Asam
9 9. Perawatan Andung
10 10. Pangeran Berkuda
11 11. Ayah
12 12. Suara Yang Menenteramkan
13 13. Ziarah 2
14 14. Toko Online Hanna
15 15. Luluh
16 16. Sehari Bersama Hanna
17 17. Upaya Pembunuhan
18 18. Klinik Wak Sabar
19 19. Menyusun Gugatan Hukum
20 20. Mengambil Sikap
21 21. Mempersiapkan Kejutan
22 22. Persiapan Toko Kue
23 23. Be Positif
24 24. Hukuman Clara
25 25. Pengawal
26 26. Penculikan Hanna
27 27. Mencari Hanna
28 28. Pencarian Hanna 2
29 29. Pencarian Hanna 3
30 30. Ruang-ruang Jebakan
31 31. Ruang rahasia, di dalam ruangan rahasia
32 32. Menemukan Hanna
33 33. Menyelamatkan Hanna
34 33. Hanna Sadar
35 34. Bukti Rekaman
36 35. Penangkapan Clara
37 36. Laksmi
38 37. Bukan Muhrim
39 38. Syarat Menjadi Muhrim
40 39. Perjodohan
41 40. Guru Mengaji
42 41. Belajar Mengaji
43 42. Belajar Mengaji 2
44 43. Kekecewaan Daniel
45 44. Tidak Berambisi
46 45. Perjodohan
47 46. Takdir
48 47. Tak Bersedia
49 48. Menikah
50 49. Menginap di Hotel
51 50. Malam Pertama
52 51. Pengantin Baru
53 52. Dua Orang Asing yang Kos Bareng
54 53. Kartu Merah
55 54. Upaya Mengambil Hati Hanna
56 55. Bertengkar Lagi
57 56. Janji Makan Siang
58 57. Nasehat Papa
59 58. Sambutan Hanna
60 59. Berziarah
61 60. Bertemu Keluarga Besar Hanna
62 61. Sehari di Kampung
63 62. Teguran Tuan Kamal
64 63. Pesta Pernikahan
65 64. Ancaman Kakek
66 65. Kepribadian Ganda
67 66. Makan Malam Keluarga
68 67. Malam Mengesankan
69 68. Malam Pertama 2
70 Pengumuman Give Away
71 69. Kebahagiaan Pernikahan
72 70. Hari Wisuda Hanna
73 71. Persalinan Hanna
74 Pengumuman
Episodes

Updated 74 Episodes

1
1. Hanna, Bakul Kue
2
2. Ziarah
3
3. Orang asing
4
4. Kamal Prabuseno
5
5. Sakitnya Andung
6
6. Menyingkirkan Ego
7
7. Hantu Belau
8
8. Tempoyak Asam
9
9. Perawatan Andung
10
10. Pangeran Berkuda
11
11. Ayah
12
12. Suara Yang Menenteramkan
13
13. Ziarah 2
14
14. Toko Online Hanna
15
15. Luluh
16
16. Sehari Bersama Hanna
17
17. Upaya Pembunuhan
18
18. Klinik Wak Sabar
19
19. Menyusun Gugatan Hukum
20
20. Mengambil Sikap
21
21. Mempersiapkan Kejutan
22
22. Persiapan Toko Kue
23
23. Be Positif
24
24. Hukuman Clara
25
25. Pengawal
26
26. Penculikan Hanna
27
27. Mencari Hanna
28
28. Pencarian Hanna 2
29
29. Pencarian Hanna 3
30
30. Ruang-ruang Jebakan
31
31. Ruang rahasia, di dalam ruangan rahasia
32
32. Menemukan Hanna
33
33. Menyelamatkan Hanna
34
33. Hanna Sadar
35
34. Bukti Rekaman
36
35. Penangkapan Clara
37
36. Laksmi
38
37. Bukan Muhrim
39
38. Syarat Menjadi Muhrim
40
39. Perjodohan
41
40. Guru Mengaji
42
41. Belajar Mengaji
43
42. Belajar Mengaji 2
44
43. Kekecewaan Daniel
45
44. Tidak Berambisi
46
45. Perjodohan
47
46. Takdir
48
47. Tak Bersedia
49
48. Menikah
50
49. Menginap di Hotel
51
50. Malam Pertama
52
51. Pengantin Baru
53
52. Dua Orang Asing yang Kos Bareng
54
53. Kartu Merah
55
54. Upaya Mengambil Hati Hanna
56
55. Bertengkar Lagi
57
56. Janji Makan Siang
58
57. Nasehat Papa
59
58. Sambutan Hanna
60
59. Berziarah
61
60. Bertemu Keluarga Besar Hanna
62
61. Sehari di Kampung
63
62. Teguran Tuan Kamal
64
63. Pesta Pernikahan
65
64. Ancaman Kakek
66
65. Kepribadian Ganda
67
66. Makan Malam Keluarga
68
67. Malam Mengesankan
69
68. Malam Pertama 2
70
Pengumuman Give Away
71
69. Kebahagiaan Pernikahan
72
70. Hari Wisuda Hanna
73
71. Persalinan Hanna
74
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!