Arkan menghela nafas berat saat melihat mamanya menangisi untuknya, begitu menyedihkannya ia sekarang, bukan hanya di hina, tapi ia seperti sampah sekarang. Suci yang melihat semua itu dadanya sangat sakit.
"Kak, pikirkan ulang, jangan membuat keputusan dengan kepala emosi, pikirkanlah dan setelah yakin kaka baru membuat keputusan."
"Keputusan kaka sudah bulat! Kaka tidak akan menikah! Kalau kamu merasa kasihan, menikahlah dengan Arkan!"
Suci mejadi bingung, ia menatap ke arah Keyla, ia merasa iba.
"Tante, maaf atas perbuatan kaka saya, bagi saya semua orang itu sama saja di mata Allah, hanya iman kita yang berbeda. Allah tidak pernah membeda-bedakannya, tidak ada seorang hamba yang sangat sempurna Tan, jangan buang air mata berhargamu untuk masalah ini, tidak pantas seorang ibu untuk menangisi hal seperti ini, dan percayalah di depan sana kak Arkan akan mendepatkan kebahagiaan, setelah menerima semua ujian dengan lapang dada."
Sebenarnya Suci tidak tau, ucapanya benar apa salah, otaknya sudah tidak bisa bekerja saat melihat kakanya yang sudah menghina dan membuat orang lain menangis. Sedangkan Anisa dari tadi bungkam, tapi tidak bisa di pungkuri setiap kata yang di ucapan oleh putri ke duanya, mampu mewakili ucapannya pada Keyla. Keyla menatap ke arah Suci sambil menghapus air matanya.
"Nak Suci, boleh tante meminta sesuatu padamu?"
Suci hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum di balik cadar.
"Apa kamu mau menikah dengan putra tante? Arkan sudah cukup untuk mejadi lelucon karena lumpuh oleh keluarga om tirinya, tante tidak ingin membuat ia tersisihkan, kalau masalah perusahaan, tante memang bisa buat ikhlas, tapi masalah penghinaan, tante tidak sanggup untuk menanggungnya."
Suci menatap Arkan sekilas, lalu ia langsung menunduk lagi.
"Suci, kalau keberatan jangan dengarkan ucapan mama, saya tidak ingin kamu terbebani oleh masalah saya, tidak seharunya mama saya menyeretmu."
Suci memejamkan mata, ia mengucapkan bismillah dan berdo'a, agar langkah yang ia ambil tidak salah.
"Saya mau menikah dengan kak Arkan."
Suci menjawabnya dengan mantap walau pun hatinya tidak mantap, karena ia harus menghapus nama lelaki yang ia cintai selama ini, yaitu Gus Ali, lelaki yang ia cintai dari pertama masuk pesantren, tapi ia tidak mau melihat orang lain menangis, apa lagi kalau ia bisa membantunya, biarkan ia mengorbankan kebahagiannya, karena ia selalu percaya, kalau rencana Allah itu lebih indah dari pada rencana manusia.
Flashback on
Suci memutuskan masuk ke pesantren yang ada di bandung, di pesantren Alhusa, ia ingin melupakan masa kelamnya dan dunia hitamnya yang hampir membuat ia menyesal dalam seumur hidupnya. Suci berangkat dengan supir, karena ia tidak ingin di antarkan Bundanya, alasannya jaraknya terlalu jauh, jakarta ke bandung. Suci menarik kopernya masuk ke dalam pesantren saat berusia 16 tahun, termasuk ia juga pindah sekolah di sana. Suci melihat lelaki yang memakai sarung, baju koko dan peci.
"Mas, pendaftaran di mana iya?"
"Di sebelah sana teh."
Yang di anggap oleh Suci santri itu tetap menundukan kepalanya. Suci yang melihat perlakuan santri itu, ia langsung jatuh cinta dengan pandangan pertama, jantungnya berdetak sangat cepat saat melihatnya, ia belum pernah melihat lelaki yang mudah membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
"Mas kenalan dong."
Suci mengulurkan tangannya pada lelaki yang ada di hadapannya. Sedangkan lelaki itu hanya menungkupkan tangannya di dada.
"Nama saya Muhamad Ali Alfauzi, panggil saja Ali, saya selaku ketua dewan santri di sini."
"Mas, usianya berapa tahun?"
"Usia saya 20 tahun."
Suci langsung menurunkan tangannya karena tidak di jabat oleh lelaki di depannya.
"Mas kenapa tidak mejabat tangan saya? Tangan saya tidak kotor."
"Tangan teteh memang bersih, tapi teteh bukan makhrom saya."
"Kalau biar jadi makhrom itu gimana?"
Jiwa kepo Suci terus saja meronta-ronta.
"Harus memiliki ikatan pernikahan teh."
"Jangan panggil teteh dong, panggil saja Suci atau Uci. Nama saya Suci Septiani Susanti. Baiklah mas kalau begitu tunggu saya untuk merubah diri saya, tunggu saya hingga membuat saya pantas untuk mas nikahi, saya jamin dalam waktu 2 tahun saya akan bisa menghapal 30 juz dan bisa membuktikan kalau saya memang pantas untuk mas yang sebagai ketua dewan santri."
"Uci, berubahlah dan bertoubatlah karena Allah, jangan karena saya, saya percaya kamu cepat hapal dalam waktu 1 tahun."
"Tapi saya mencintai mas dalam pandangan pertama, memang saya salah mencintai mas?"
Gus Ali menggeleng pelan.
"Tidak salah, cinta adalah fitrah Uci."
"Mas harus melamar Uci di usia Uci 19 tahun."
"Insya Allah, kalau Allah mengijinkan kita untuk bersama, pasti kita akan bersama, tapi cintai Allah lah terlebih dahulu sebelum kamu mencintai saya, cinta karena Allah akan membuat kita lebih lama untuk mencintai, sedangkan cinta karena rasa kagum pada diri saya, cepat atau lambat akan hilang."
"Baik mas saya akan berusaha."
Setelah itu Suci pamit dari sana, hari demi hari bulan demi bulan, Suci selalu mengagumi Gus Ali, rasa cintanya semakin bertambah dan berbicara tanpa ada rasa malu dengan Gus Ali, tapi semejak Gus Ali memiliki kelas mengajar di kelasnya, ia jadi tau siapa sebenarnya lelaki yang ia cintai selama ini. Ternyata lelaki yang Suci cintai adalah seorang Gus, putra tunggal dari pesantren tempatnya menimba ilmu, dari situlah Suci mulai melangkah mundur, ia mulai tidak lagi terbuka dengan perasaannya, tapi rasa giat belajarnya semakin menggebu-gebu setelah tau kalau lelaki itu adalah seorang Gus.
Benar apa yang Gus Ali ucapkan, Suci dalam satu tahun mampu menghapal 30 juz, dan setelah 1 tahun setengah mondok Suci sudah mulai bisa mengajar, ia mejadi senior yang patut di acungi dua jempol, tutur bahasa dan kecerdasannya mampu membuat siapa saja merasa kagum, dan mulai di situlah akhirnya Suci memutuskan menutup dirinya memakai cadar, ia masih terus memperbaiki dirinya. Kalau dulu memperbaki diri karena Gus Ali, tapi sekarang ia memperbaiki diri karena sudah mejadi terbiasa.
Flashback off
Keyla tersenyum saat mendengar jawaban dari Suci, matanya berbinar, ia sangat senang, setidaknya ia di buang oleh emas dan mendapatkan berlian.
"Kamu serius nak?"
"Saya serius tante, tapi ada syarat yang harus kak Arkan penuhi."
Arkan juga merasa sangat senang saat mendengar jawaban dari Suci, bukan karena ia senang bisa mempertahankan perusahaannya, tapi ia seperti pernah mencintai Suci sebelumnya.
"Katakan, biar saya tau syarat apa yang ingin kamu ajukan."
"Syarat pertama, apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah ada kata perceraian, syarat ke dua, belajarlah mencintai Uci karena Allah kak, syarat ke tiga, biarkan Uci melajutkan pendidikan Uci yang baru semester empat. Uci memang tidak bisa janji kalau Uci bisa mejadi istri yang baik untuk kak Arkan, tapi Uci akan belajar mejadi istri yang baik sesuai yang kak Arkan inginkan."
"Saya tidak keberatan atas syarat yang kamu ajukan, lalu ingin pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?"
"Cukup pernikahan sederahana, cukup keluarga saja yang tau, dan saya mau kita menikah di rumah ini."
"Baiklah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Juan Sastra
keberatan dengan kata iya thorr,,
umpama,, bertanya, "tempat pendaftarannya dimana ya ? gitu thorr !!
bukan di mana iya ?..🙏🙏🙏
2023-06-20
1
Ummi Alfa
Mungkinkah Arkan yang dulu telah menyelamatkan Uci saat dikerjain sama teman2nya yang mabuk dan membawa Uci ke rumah sakit.
2023-02-08
2
Spyro
Masih adakah wanita spt Suci? Karna jujur, saya pgnnya nikah dirayain 😂 maapkeun saya yg masih kebawa duniawi 😅
2023-01-06
2