Lampu gemerlap berwarna warni memenuhi setiap sudut ruangan serta suara musik yang memekakkan telinga menggema di club malam tersebut.
Tempat dua lantai ini sangat ramai dipenuhi orang. Dilantai dasar diisi oleh para tamu yang sedang menikmati pesta dengan menari dan meminum alkohol sedangkan di lantai dua adalah tempat VIP yang dikhususkan untuk orang tertentu saja.
Disalah satu ruangan VIP Tristan bersama teman-temannya bersantai menghabiskan malam. Tristan duduk di tengah-tengah sofa sedangkan Yunjon duduk disampingnya sambil bermesraan dengan Tristiana.
"Tris kok lo nggak ngajak gandengan?" Tanya Daniel yang juga ikut bergabung bersama mereka.
Menghembuskan nafas "Gue nggak suka menghabiskan waktu dengan makhluk berisik kayak mereka"
Daniel dan yang lainnya tercengang mendengar perkataan Tristan. "Bisa-bisanya lo ngomong gitu padahal lo sendiri punya adik cewek" Sahut Yunjon.
"Apa jangan-jangan lo suka sama cowok ya?"
Sontak saja perkataan Tristiana membuat Yunjon dan Daniel tertawa terbahak-bahak apalagi ekspresi yang dikeluarkan Tristiana membuat perkataan itu seperti sebuah ejekan.
Tristan hanya menggelengkan kepalanya saat yang lain mentertawakan dirinya. Dia terlalu malas untuk berdebat dengan Tristiana. Tapi beda cerita kalau Tristiana mengejeknya dirumah, mungkin mereka sudah gelud sekarang.
Tristan bukannya tidak menyukai wanita, dia hanya malas berurusan dengan mereka. Tristan menggap wanita itu makhluk yang berisik, merepotkan, suka seenaknya, dan tidak mau mengalah. Itu sebabnya dia tidak memiliki pacar meskipun banyak wanita yang mengangumi dirinya, dia hanya belum menemukan wanita yang sesuai dengan seleranya.
Meskipun terkenal dingin kepada wanita, siapa sangka kalau Tristan pernah memiliki pacar saat dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia pernah berpacaran dengan seorang wanita cantik yang juga dikenal banyak orang di sekolah meskipun mereka sama-sama di kenal banyak orang, tidak ada yang mengetahui hubungan mereka karena Tristan maupun wanita itu tidak pernah mengekspos hubungan mereka ke publik.
Setelah beberapa bulan mereka menjalin hubungan tiba tiba saja wanita itu memutuskan hubungan dan langsung pindah sekolah keluar negeri. Hal itu membuat Tristan merasa tidak adil dengan sikap wanita itu.
Mereka menghabiskan malam di club malam sampai larut malam.
*****
Pagi harinya..
Elyse berjalan dengan santai di koridor kampusnya. Meskipun kelas baru akan dimulai satu setengah jam lagi, dia sengaja datang lebih awal agar bisa belajar begitu sampai di kelas.
Elyse bernapas lega saat melihat kelas masih dalam keadaan kosong, dia lalu meletakkan tasnya di atas meja. "Senangnya" Elyse merentangkan kedua tangannya. Jarang jarang dia bisa sebebas ini saat berada di kelas.
"Kira kira mereka kapan datang ya? Aku harap mereka tidak sekolah" Ucapnya dengan diri sendiri.
"Siapa sih orang yang menyebarkan rumor kalau ibu selingkuhan? Rasanya aku ingin menyobek mulutnya. Tau apa mereka tentang aku dan ibu" Ucapnya geram.
"Kok lama-lama aku nyesel ya kuliah disini. Coba aja kalau aku kuliah di kampus biasa mungkin aku nggak bakal ngalamin hal kayak gini"
"Bener kata orang penyesalan emang datang belakangan"
"Eh? Buku siapa ini?" Ucapnya saat mengeluarkan buku tulis yang tidak dia ketahui.
"Pasti ada namanya kan?" Elyse membulak balikkan buku tersebut. "Ternyata punya anak manja itu. Kenapa bukunya nggak dia ambil sih, nambah beban di tas aja."
"Hah! Aku jadi nggak bisa belajar karena kesal. Dasar si b*ng*at s*alan..."
Tak...
Suara benda jatuh terdengar dari belangkangnya. Sontak saja hal itu membuat Elyse kaget dan langsung menoleh kearah belakang.
Betapa terkejutnya dia melihat Ethan berjongkok mengambil pulpen yang dijatuhkannya.
"Ka...ka-kamu sejak kapan disini?" Elyse begitu gugup saat melihat Ethan berada dikelasnya.
'Sejak kapan orang ini dikelas? Kenapa aku tidak menyadarinya? Apa dia mendengar semua perkataan ku?' banyak hal yang terlintas diotaknnya saat ini.
Ethan hanya melihat Elyse sekilas lalu kembali duduk di kursinya tanpa menjawab pertanyaan Elyse.
"Wah sialan" Ucap Elyse dengan suara kecil setelah diabaikan begitu saja. Elyse kembali membalikkan badannya.
"Gue nggak nyangka, cewe yang disebut penakut dan dijadikan kacung sekolah ternyata bisa ngomong kasar juga" Celetuk Ethan.
Elyse hanya terdiam mendengar ucapan Ethan, dia tidak berani menjawab takut jika nanti salah bicara.
Ditengah kecanggungan itu, Tristan masuk kedalam kelas. "Wah pemandangan apa nih. Dua orang ambis lagi berduaan di kalas" Ucap Tristan begitu memasuki kelas.
Ethan hanya menatapnya sekilas lalu kembali fokus pada buku-bukunya. "Cih" Tristan mendecih saat diabaikan begitu saja oleh Ethan.
Tak beberapa lama satu persatu mahasiswa dan mahasiswi mulai memasuki kelas sehingga suasana kelas menjadi ramai.
Mapel pertama hari ini adalah bahasa Inggris dimana dosen yang mengajar masih sangat muda, dan beliau juga terkenal akan ketampanannya dikalangan mahasiswi dan dosen perempuan lainnya. Namanya adalah Oliver Roderick atau yang biasa dipanggil Mr. Oliver.
Meski pelajaran sudah dimulai tapi masih saja ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang asik sendiri. Salah satu diantaranya ada yang memainkan ponsel atau mengobrol dengan teman disampingnya.
Namun tak sedikit diantaranya juga memperhatikan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh Oliver.
"Eli nanti gue pinjem catatan lo ya. Gue lagi males nulis sekarang" Ujar Tristan.
Elyse mengangguk pelan "Iya, nanti aku kasi kalo udah selesai" Sahutnya.
Tiba-tiba saja Keyla menyodorkan catatannya ke bangku Tristan. "Nih! Pinjem punya gue aja" Ujar Keyla.
Tristan menatap buku didepannya itu "Dih tumben lo rajin, habis mimpi apa lo semalem?" Tanyanya.
"Emang kenapa? Ga boleh?" Keyla menoleh sejenak ke arah Tristan.
"Ya nggak apa-apa sih cuma jarang aja gitu gue liat lo inisiatif belajar sendiri"
"Ya udah kalo lo ga mau ya udah sini buku gue" Keyla menjulurkan tangannya hendak mengambil buku miliknya. "Eh jangan jangan" Tristan menahan buku yang hendak Keyla ambil.
"Kalian berdua kalo mau bicara silahkan bicara diluar jangan buat keributan dikelas saya" Ucap Oliver tegas.
Keyla dan Tristan langsung terdiam begitu ditegur oleh Oliver. Kini kelas kembali hening setelah keduanya berhenti bicara.
"Oke pelajaran hari ini kita akhiri sampai disini. Kalian boleh istirahat sekarang, dan jangan lupa kalian kerjakan tugas yang saya berikan tadi" Ucap Oliver dan mulai merapikan buku-buku di mejanya.
Satu persatu mahasiswa dan mahasiswi beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kelas.
"Elyse, tolong bantu saya bawakan buku ini" Ucap Oliver.
"Oh iya pak" Elyse pun beranjak dari duduknya dan mengambil buku di atas meja dosen lalu mengikuti Oliver.
Sepanjang perjalanan banyak orang orang menatap Elyse dengan sinis dan jijik. Bahkan mereka tak ragu untuk melontarkan penghinaan kepada Elyse.
"Jangan dengarkan perkataan mereka!" Celetuk Oliver.
Elyse menoleh Oliver sekilas dan kembali menundukkan kepalanya.
"Jangan biarkan orang lain menjatuhkan kamu! Ingatlah..... bagaimana perjuangan orang tua kamu agar kamu bisa berdiri"
"Mereka berani menghina kamu karena mereka tahu tidak ada orang yang akan membela dan melindungi kamu. Dan mereka tahu kamu memiliki latar belakang keluarga yang lebih rendah dari mereka"
"Kadang hidup bisa jadi sangat menyenangkan atau bahkan sangat menyedihkan. Hal ini terjadi karena perbedaan sudut pandang yang dipengaruhi latar belakang setiap orang. Tapi kamu jangan berkecil hati karena berasal dari latar belakang keluarga yang lebih rendah dari mereka"
Mendengar perkataan Oliver, mata Elyse mulai berkaca-kaca. Dia mengingat bagaimana perjuangan ibunya membesarkan dirinya seorang diri, dan selalu dicemooh orang-orang karena melahirkan anak tanpa seorang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
ʀᴏʀᴜⁿʸᵃᴇɴᴏᴋʏ
mulai aktif ya bund😅
2022-11-22
0
Jian Mei
hadiroh 🧜♀️🧜♀️🧜♀️
2022-11-19
0
anak Ragil❤️💕
hadir 🥰
2022-10-16
2