Mobil yang dipakai Sean, mengantarkannya sampai ke tempat persembunyian yang telah dipersiapkan oleh Jo. Beberapa berkas yang dibutuhkan untuk kemunculan Sean pada acara rapat pemegang saham esok pagi sudah siap.
Persiapkan Sean dan Jo benar-benar sudah matang. Prediksi Sean sangat akurat. Ia tahu jika hal ini cepat atau lambat akan terjadi.
"Waktu untuk menghilang dari dunia bisnis sudah selesai, kini saatnya kita muncul dipermukaan."
"Semangat, Bos! Kita pasti bisa memukul mundur para cecunguk itu!"
Keesokan harinya, GENEVA COMPANY.
Sean muncul tepat jam tujuh pagi. Semua orang tertegun akan kedatangan Sean yang terlihat segar bugar tanpa lecet sedikitpun. Aura yang sama darinya tidak pernah luntur meski telah lama menghilang.
"Bu-bukankah itu Sean?"
"Benarkah itu dia? Aku tidak sedang melihat hantunya, bukan?"
Salah seorang karyawan menyenggol bahu teman sebangkunya.
"Gi-la, tentu saja itu Sean asli, ternyata dia masih hidup."
"Akhirnya GENEVA Company tidak akan meredup sinarnya."
"Percayalah dengan kembalinya CEO Sean maka GENEVA tidak akan pernah tertandingi."
"Setuju."
Seketika semua orang di ruangan itu menunduk hormat kepada Sean. Apalagi mereka tahu CEO yang telah dikabarkan meninggal sebelumnya, kini bisa berdiri tegap di hadapan semua orang lagi. Ekspresi lain ditunjukkan Leo yang terlihat mengepalkan tangannya.
"Sial, bisa-bisanya ia kembali!" ucapnya dengan geram.
"Sean, benarkah itu kamu?" ucap Tuan John tidak percaya, bahkan ia menggerakkan kursi rodanya agar bisa mendekati putra angkatnya.
Tanpa menunda lagi, Tuan John langsung membalikkan tubuhnya selepas ia memeluk putranya yang sudah kembali itu.
"Kita semua bisa melihat jika putraku sudah kembali, maka dari itu tonggak kepemimpinan Perusahaan GENEVA Company akan tetap berada di bawah kepemimpinan Sean Alinskie."
Seketika suara gemuruh tepuk tangan terdengar memenuhi ruangan rapat. Semua orang tampak bersuka cita dengan kembalinya Sean.
Leo yang tampak kesal segera meninggalkan ruang rapat. Lain lagi dengan Chryst kakak Sean yang kedua, ia mendekati Sean dan mengucapkan selamat datang padanya.
"Selamat datang kembali, adikku. Kursi kepemimpinan ini memang pantas untukmu, selamat bekerja keras."
"Terima kasih, Kak."
Keduanya saling berpelukan lalu setelahnya tinggallah Sean dan Tuan John yang bercengkerama di sana. Sejenak melepaskan kerinduan antara anak dan ayah. Meskipun Sean hanya anak angkat, tetapi John justru lebih sayang padanya.
Setelah kembali, pekerjaan terlihat menumpuk di meja kerja. Sean menghela nafasnya, ia teringat gadis kecilnya yang mengemaskan itu. Ingin pergi tetapi tertahan. Sungguh penat rasanya jika harus menahan karena tidak bisa menemui Laluna secepatnya.
Di sisi lain, Laluna dalam masalah besar. Hutang yang ia tumpuk pada Bosnya membuat istri Pak Bos marah dan memecat Laluna.
"Enak saja minta bon lagi, emangnya toko bunga ini milik kamu!" gertak istri Pak Don.
Pak Don yang takut istri hanya bisa bersembunyi di balik pintu.
"Ta-tapi, Bu ...."
"Nggak pakai tapi-tapian, pokoknya kamu saya pecat hari ini!"
"Ha-ah, dipecat?" ucap Laluna tidak percaya.
Seketika lutut Laluna lemas, ingin berteriak tapi tercekat di tenggorokan apalagi melihat api kemarahan di mata Istri Pak Don.
"Ya sudah, saya pamit."
Tujuan utama Laluna hanya satu, rumah kost-kostan miliknya. Betapa terkejutnya ketika melihat Bu Rosmia berdiri sambil berkacak pinggang.
"Hei, gadis pengangguran cepat bayar kost, nggak usah cari alasan lagi, cepat bayar!"
"Astoge, sial amat hidup gue!" pekik Laluna.
"Bentar, Bu. Kemarin ibu saya bilang mau kirim uang besok pagi, secepatnya pasti saya akan bayar lunas kok, suer!" ucap Laluna sambil mengarahkan dua jarinya ke arah Bu Rosmia.
"Janji! Awas aja sampai meleset lagi, Lo gue end, paham!"
"Paham Bu Rosmia yang cantik menawan dan baik hati ...."
"Huft, untung aja Lo muji gue cantik, kalau kagak, sudah gue usir Lo dari dulu."
Laluna hanya meringis memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Seketika Bu Rosmia meninggalkan rumah kost Laluna.
Ditatapnya langit yang penuh dengan bintang-bintang yang bertaburan menghiasi angkasa. Namun semua itu terasa hambar.
"Kenapa sepi sekali disini, rasanya sangat tidak nyaman," ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya berkali-kali.
Laluna menendang kaleng bekas di depannya lalu segera masuk rumah. Esok pagi ia harus pergi ke rumah ibu angkatnya untuk meminjam uang.
Keesokan harinya.
"Hari ini aku kembali lagi ke rumah ini, semoga mereka masih mengingatku," gumamnya perlahan.
Rasa sakit dan terbuang itu masih membekas di hatinya. Ingin sekali Laluna pergi dan tidak kembali lagi ke rumah itu, sayang demi berhutang ia harus membuang egonya.
Baru saja membuka pintu, tatapan membunuh ia dapatkan dari ayah kandungnya.
"A-ayah ...."
"Siapa yang memberimu ijin memanggilku, Ayah?"
Suara Laluna benar-benar tercekat. Bagaimana bisa ia mempunyai seorang ayah yang bersikap seperti orang lain. Sejenak kemudian, Nyonya Han turun dan menemui Laluna.
"Hei, ada apa ini, bukankah itu putri kesayangan kita, Sayang?"
Tuan Han membuang muka, ia sudah tidak sudi melihat wajah Laluna.
"Katakan, ada apa kamu kesini, Sayang?"
Nyonya Han memang pandai bersandiwara, ia bahkan mendatangi Laluna seolah ia ibu peri untuknya.
"Kamu kesulitan uang? Sebentar ibu ambilkan cek untukmu."
Saat hendak melangkah, tangan Nyonya Han dicekal suaminya.
"Jangan sekali-kali kamu memberi hati pada anak ini, kita sudah tidak punya hubungan darah dengannya!"
"A-ayah?"
Laluna menutup mulutnya tidak percaya. Buliran kristal di pelupuk matanya sudah siap menganak sungai. Nyonya Han memasang wajah sendu.
"Maafkan Ibu Sayang, karena tidak bisa membantu saat ini, sebaiknya kamu pergi dulu. Biar aku menenangkan ayahmu dulu."
Hati Laluna menjerit, bukannya bantuan yang didapat justru kebencian ayahnya semakin meningkat. Langkah kaki Laluna semakin melemah. Derai hujan yang turun tidak membuatnya menggigil. Ia tetap melangkahkan kakinya.
Seketika ia terkejut ketika ada payung yang menaunginya. Sontak Laluna mendongak.
"Pak Don?"
"Kamu pasti kedinginan. Sebaiknya aku mengantarmu pulang."
"Ta-tapi saya takut sama istri Bapak, maaf Bapak menyingkir saja."
"Kamu menolakku!" bentak Pak Don.
Laluna memundurkan langkahnya. Namun, bukannya pergi, Pak Don justru menarik paksa Laluna dan mendorongnya hingga terjatuh. Seketika ia terlihat lebih bringas dari sebelumnya.
"Malam ini kamu tidak bisa lari lagi dariku, kamu harus menjadi milikku."
"Bapak mau apa!"
"Arghhhh!" teriak Laluna ketakutan.
Pak Don menarik paksa blazer milik Laluna. Namun, belum sempat Pak Don menyentuh tubuh Laluna, sebuah bogem mentah berhasil membuat Pak Don tersangkur.
"Sial-an!" pekik Pak Don mengusap sudut bibirnya yang berda-rah.
Tidak mau melihat Laluna terluka, ia segera memukul Pak Don hingga jatuh berulang kali. Setelah puas menghajarnya, Sean sesegera memeluk Laluna.
"Kamu nggak kenapa-napa, kan?"
"Huaaaa ...."
Tangis Laluna pecah, Sean yang tidak bisa melihat Laluna terluka segera memeluknya.
"Jangan menangis, Sayang, aku ada di sini."
Sean mendekap tubuh Laluna yang menggigil dan menggendongnya ke dalam mobilnya.
"Urus dengan segera lelaki itu, pastikan dia tidak bisa menyentuh tubuh Laluna lagi!"
"Asiap, Pak Bos."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kar Genjreng
mulai saat ini nasib mu di tangan Sean...aman 🤗🤗🤣🤣...belum tau kan siapa Sean...utang Mu akan segera lunas...tunjukan Bar Bar Mu Laluna.😁😁😁🤩🤩🤩
2022-12-23
1
󠇉
hahah maskhantu mau ngantor 😂
2022-10-25
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤᭄𒈒⃟ʟʙ⏤͟͟͞͞R
sean diasuh oleh ayah angkat yang menyayanginya sedangkan laluna tak dianggap oleh ayah kandungnya 🥺
2022-10-24
1