MY CRAZY LOVE (CEO AMNESIA)
"Kirim orderan dengan tepat waktu, jangan sampai membuat mereka menunggu terlalu lama. Ingat pembeli adalah raja!"
"Siap, laksanakan dengan baik. Saya berangkat dulu, papayo!" ucap Laluna dengan riang.
Tanpa rasa sungkan, Laluna melambaikan tangannya ke arah Pak Don. Atasannya sekaligus pemilik toko bunga tempatnya bekerja.
"Alhamdulillah, hari ini dapat banyak orderan, aku harus semangat! Ingat cicilan menunggu," ucap Laluna menyemangati dirinya.
Di keranjang motor maticnya terdapat beberapa rangkaian bunga segar untuk dibawa ke kota besar. Hari ini toko bunga milik Pak Don kebanjiran orderan bunga segar. Mau tidak mau Laluna yang mempunyai SIM harus mengantar bunga ke kota besar sendirian.
Perjalanan selama dua jam terasa singkat, karena ia mengendarai dengan hati yang gembira. Sesekali Laluna terkagum memandang hamparan gedung pencakar langit yang berdiri menantang langit.
Beruntung Laluna sangat cekatan dalam mengendarai motor maticnya. Sehingga orderan datang tepat waktu.
"Yeay, orderan sampai dengan selamat, kini saatnya pulang!"
Tidak mau berlama-lama di kota besar, Laluna memilih segera pulang. Lagi pula di kota terlalu bising, ia lebih suka tinggal di desa yang masih asri dan orang-orangnya ramah tamah.
Sean Alinskie, 25-th seorang CEO muda baru saja melakukan perjalanan bisnis dari luar kota. Karena sesuatu hal, asistennya pulang terlebih dahulu, sehingga harus menyetir mobilnya sendirian.
"Bos, maaf aku harus pulang dulu! Banyak laporan keuangan yang harus aku selesaikan sebelum aku serahkan padamu!"
"Iya, iya, dasar bawel, cepat sana pulang! Pacarmu menunggu!"
"He he he, tau aja, ini kan malming Pak Boss, mumpung lagi di kota si Eneng pula," ucap Jo sambil meringis.
"Hm, hati-hati, salam buat si Eneng, ya Paijo!"
"Asiap, Pak Bos!" teriak Jo sambil hormat layaknya seorang prajurit.
Selepas berpamitan, ternyata Sean langsung masuk mobil. Ia kembali ke kota hari itu juga. Sean adalah penggila kerja, baginya tidak ada hari libur untuk bersenang-senang, sehingga selepas urusan beres dia bergegas pulang.
Terlihat jalanan cukup lengang, Sean menambah kecepatan mobilnya. Tidak di sangka saat itu pula muncul sebuah truk yang melaju kencang dari arah berlawanan, jalannya terlihat ugal-ugalan. Mungkin saja sopirnya mengantuk atau sedang kejar setoran.
Ternyata, mobilnya disabotase seseorang. Saat menginjak rem, ternyata remnya blong.
"Sial! Kenapa nggak bisa di rem!" pekiknya kesal.
Mau tidak mau, Sean membanting stir kemudinya ke kiri. Mencoba menyelematkan diri, tetapi naasnya di sisi kiri adalah jurang. Mobilnya yang terlanjur melaju dengan kecepatan tinggi, kehilangan kendali hingga masuk jurang.
"Arghhh!"
Sean melihat percikan api di bagian depan, ia segera membuka pintu dan melompat keluar dari mobil. Tubuhnya tersangkut di batang pohon besar. Sesaat kemudian mobilnya benar-benar meledak. Kepulan asap membubung tinggi, apinya menari-nari terkena hembusan angin.
Sean memegangi kepalanya yang berdenyut, dengan sisa kekuatan dan kesadaran yang dimiliki, ia mencoba menaiki tebing. Akhirnya Sean berhasil sampai di tepian jalan raya.
Namun, Sean justru berjalan ke tengah. Sementara itu dari arah berlawanan muncul sepeda motor matic milik Laluna yang kembali dari kota. Kebetulan Laluna sedang mengebut karena cuaca mendung.
Laluna yang terkejut dengan kemunculan laki-laki berbaju putih di tengah jalan tidak bisa mengerem mendadak.
"Minggiirrrr!" teriak Laluna.
Namun, sayang motornya justru menabrak Sean hingga berguling-guling di jalanan. Naasnya, kepala Sean terantuk batu besar di pinggir jalan hingga keluar banyak darah.
Panik karena ia baru saja menabrak orang, Laluna bergegas meminggirkan motornya dan melihat korbannya.
Tubuh Sean dibalik paksa oleh Laluna. Luka di kening dan beberapa bagian tubuhnya membuat Laluna semakin panik.
"Hei, Pak, Mas ... bangun dong, jangan mati, aku nggak mau masuk penjara karena nabrak orang!"
Sean yang terlanjur pingsan tentu saja tidak bisa menjawab, karena bingung dan takut Laluna menelpon ambulans.
Tidak lama kemudian, mobil ambulans datang dan membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat. Sean langsung dilarikan ke UGD. Ternyata Sean harus dioperasi, Laluna terpaksa setuju.
Panik, bingung dan cemas menjadi satu, kini Laluna hanya bisa menunggu di depan ruang operasi. Akhirnya penantiannya berujung petaka.
Dari hasil pemeriksaan lanjutan, dokter menyatakan jika Sean terluka parah, bahkan kemungkinan besar terjadi kerusakan di kepala. Operasi yang baru saja selesai tidak menjamin ia bisa kembali seperti semula.
"Saat ini, pasien akan dirawat intensif di sini, Nona silakan ikut saya untuk mengurus biaya administrasinya," ucap Suster.
"Biaya Rumah Sakit? Gue yang nanggung, astaga Tuhan aku ingin pulang?"
Kini Laluna hanya bisa terduduk lemas. Bayangan bisa melanjutkan kuliahnya pupus sudah. Lembaran kertas yang ia pegang merenggut paksa semua impiannya dalam sekejap.
Nominal angka yang tertera di sana sangat besar, bahkan bisa menghabiskan seluruh tabungannya.
"Kalau tahu biaya Rumah Sakit sebesar ini, mendingan gue tinggal kabur aja tadi!" pekiknya kesal.
Laluna memukul-mukul kepalanya dengan keras, berharap ia hanya mimpi buruk hari itu. Akan tetapi tepukan halus dari suster di sampingnya membuat Laluna sadar dan berdiri.
"Ada apa lagi, Suster?"
"Pasien sudah siuman, mungkin Nona ingin bertemu dengannya," ucap Suster sambil tersenyum.
"Oh."
Tanpa sadar kaki Laluna mengantarkannya ke ruang rawat Sean. Dilihatnya lelaki yang baru saja ditabrak, tetapi kepala Laluna semakin berdenyut kencang ketika Sean menolak kehadiran Laluna.
"Kamu siapa, jaga pandanganmu!" teriak Sean dengan angkuh.
"Ha-ah, lelaki angkuh kayak gitu yang barusan gue tolongin, nyesel gue!" ucap Laluna hendak berbalik.
"Tuan, sebaiknya Anda berbicara yang lebih lembut pada Nona itu, karena dia telah menyelamatkan Anda dari kecelakaan."
Sean menatap suster dan dokter di hadapannya lalu berusaha untuk menurunkan egonya.
"Hei, mau kemana, kamu yang menolongku bukan, aku mau bicara!"
Langkah Laluna terhenti ketika Sean mengajaknya berbicara.
"Ada apa lagi?"
"Nona, Tuan ini tidak mengingat siapapun, sehingga hanya Anda yang saya rasa pantas untuk merawatnya."
"A-apa!" pekiknya kesal.
Sekesal apapun hati Laluna dan sekeras apapun ia menolak, hasilnya tetap sama. Setelah Sean dirasa sudah pulih, mau tidak mau Laluna wajib membawa Sean pulang.
Melihat rumah Laluna yang sangat kecil membuat Sean kurang leluasa bergerak.
"Ini rumah apa sih, kecil banget kayak kandang kuda!"
"What's, lu ngomong apa, enak aja ngatain rumah gue kaya kandang kuda!" pekiknya kesal.
Laluna menaruh semangkok mie instan lengkap dengan teh hangat yang baru saja matang ke hadapan Sean.
"Harusnya kamu bersyukur udah gue bawa pulang, setidaknya enggak gue lempar ke jalanan, nih makan nggak usah banyak komen."
Meskipun Laluna garang dan bar-bar, tetapi Sean merasa nyaman padanya.
"Oh, iya kamu kan amnesia, enaknya aku manggil kamu siapa, ya?" tanya Laluna sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke pipi.
"Gimana kalau aku panggil kamu Mr. Arogant?"
......................
Hai-hai, kali ini Fany bawa novel baru lagi, kisah cinta yang berbau perbucinan, semoga kalian suka ya, dan jangan lupa mampir ke karya othor yang masih on going.
Karena ini karya lomba, jangan lupa dukungannya selalu. Like, komen dan favorit dari kalian sangat mendukung, terima kasih banyak ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kar Genjreng
nyoba mampir semoga bagus 💪💪...
2022-12-23
1
󠇉
cicilan kredit panci ya 🙄🤭🤭
2022-10-25
1
pensi
serius deh ceritanya seru banget. aku baru baca bab awal pun jadi penasaran kelanjutannya
2022-10-24
3