Farah mengajak kedua adiknya pergi ke sebuah toko sepatu. Aisyah begitu senang saat melihat banyak sepatu yang berjajar begitu cantik,matanya berbinar seolah ia menginginkan semua itu.
Fadil yang awalnya hanya mengantar kini ikut melihat sepatu di bagian rak khusus pria. Ia melihat beberapa sepatu bola namun ia tidak berani untuk menyentuhnya.
"Kakak, ini bagus tidak?" tanya Aisyah dengan menyodorkan sepatu warna pink kombinasi putih kearah Farah.
" Aku suka sepatu ini." mata gadis kecil itu kembali berbinar
" Masa pilih warna pink gitu! Dasar adik manja." cibir Fadil saat ia melirik Aisyah yang memilih sepatu warna pink warna kesukaan Aisyah.
"Aku tidak manja!" cemberut Aisyah, " Kak Fadil yang rese!"
"Sudah, jangan bertengkar. Ini di toko sepatu bukan di rumah." Farah mencoba menengahi kedua adiknya
"Tapi kak, Aisyah kan beli sepatu untuk sekolah bukan untuk bermain. Kalau sepatu sekolah ya harus warna hitam, jika selain warna hitam yang ada nanti dimarahi guru lagi." Fadil
"Tapi kan aku ingin sepatu yang berbeda warna, warna hitam terus kan bosen. Sepatu ini sangat bagus dan Ai mau ini."
" Yang namanya peraturan sekolah harus ditaati, Ai. Kalau kamu tidak ingin patuh dengan aturan sekolah ya tidak usah sekolah! "ucap Fadil lagi
" Aku mau sepatu warna hitam putih saja deh, yang ini. " Aisyah mengambil sepatu model lain yang berwarna hitam dengan kombinasi putih dibagian bawah.
" Full hitam saja biar aman tidak ditegur guru lagi. "kekeh Fadil," Jangan macem- macem Ai, udah dibeliin sepatu aja seharusnya kamu bersyukur. "Fadil melotot pada adiknya
Aisyah merengut mendengar ucapan kakak lelakinya, ia mencoba meminta restu agar kak Farah mengijinkannya membeli sepatu itu.
" Boleh ya kak yang ini. "pinta Aisyah dengan wajah memelas
" Kali ini kakak setuju dengan Fadil,beli yang full hitam saja. " Farah menunjukan sepatu yang menurutnya cocok untuk adiknya.
" Ini bagus lho, sepatunya imut seperti adik kakak yang satu ini. "Farah merayu dan membujuk Aisyah dengan memeluknya dengan lembut
Aisyah masih dengan mode mengerucutkan bibir dan masih berharap bisa membeli sepatu dengan warna selain hitam.
" Kalau nggak nurut, nggak usah beli kak! " seru Fadil, ia sudah tahu Aisyah akan menggunakan mode cemberut agar kak Farah mau menuruti semua keinginannya.
"Pulang yuk kak, nggak usah beli sepatu biarin si Aisyah ditinggal disini." lanjut Fadil kembali, ia sengaja menata sepatu yang tadi Aisyah ambil ke dalam rak kembali.
"Kak Fadil!" Aisyah mencubit lengan kakaknya dengan gemas, kesal karena permintaannya ditolak . "Aisyah kesini mau beli sepatu, kak Fadil kan tahu sepatu Ais rusak."
"Maka nya nurut beli yang hitam untuk sekolah." Fadil menatap tajam adiknya
"Ya sudah, aku mau yang full hitam."
Fadil menahan tawanya, akhirnya dia menang melawan adik manjanya itu. Ia sangat berterima kasih pada Farah karena masih mau memperhatikan ia dan adiknya,mau repot-repot membelikan sepatu dengan uang tabungannya, coba andai saja Ais minta pada sang ibu tentu saja jawabannya nanti dan nanti seperti biasanya.
" Fadil mau sepatu yang mana?" tanya Farah sembari memberikan sepatu pilihan Aisyah ke karyawan toko untuk dibungkus
"Tidak usah kak, sepatu Fadil masih bagus." ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Saat melihat sepatu bola warna biru tadi, ingin rasanya Fadil membelinya namun harganya cukup mahal sedangkan uang di saku celana masih kurang untuk membelinya. Ingin meminta pada kak Farah rasanya terlalu malu karena Fadil tahu kakaknya tak punya banyak uang apalagi saat ini kakaknya harus menabung untuk acara pernikahan nya.
"Yang ini cukup tidak untuk ukuranmu?" Farah mengambil sepatu bola yang tadi sempat dilirik adiknya. Dari jauh ia selalu melihat gerak gerik Fadil yang selalu memandangi sepatu itu. Farah pun tahu adiknya menyukai sepak bola. Farah melihat label harga yang tertera dan otak matematikanya mulai menghitung berapa uang yang harus ia keluarkan untuk membayar dua pasang sepatu adik-adiknya.
"Masih cukup uangku untuk membayar dua pasang sepatu ini, aku bisa bekerja sampingan lagi untuk mendapatkan uang lebih, sudah lama juga aku tidak memberikan Fadil hadiah." gumam Farah dalam hati.
"Beneran kak tidak usah." tolak Fadil. Walaupun dalam hatinya menginginkan sepatu itu namun ia tidak mau membebani kakaknya dengan membayar sepatu itu. Ia bisa menabung lagi dan jika uangnya sudah terkumpul maka ia bisa pergi ke toko ini lagi dan membeli sepatu itu,pikirnya.
"Ini juga tidak gratis, kakak akan membelikan sepatu ini untuk kamu dengan syarat kamu harus juara tiga di semester ini,kalau gagal maka kamu harus membayar sepatu ini pada kakak."
Fadil berpikir ia tidak ada masalah dengan nilai akademisnya walaupun hanya bertengger di posisi ke lima dalam kelasnya. Fadil anak yang cukup pintar.
"Oke, aku akan buktikan ke kakak kalau aku bisa jadi juara tiga." ucapnya dengan penuh keyakinan
"Bagus! Buktikan pada kakak kalau kamu memang bisa juara tiga." Farah memeluk Fadil dengan hangat
"Apaan sih kak, malu tahu!" Fadil menoleh ke kanan kiri melihat orang sekitar, berada ditempat umum dan dipeluk kakaknya membuat dirinya canggung dan malu.
"Kalau dipeluk kakak malu, tapi kalau dipeluk pacar kamu tidak malu?" goda Farah
"Fadil tidak punya pacar."
"Yakin nih tidak punya pacar, kok kakak tidak percaya masa adik kakak yang ganteng ini jomblo permanen." Farah kembali menggoda adiknya, ia tahu Fadil adiknya yang berpikiran lurus. Farah tidak pernah sekalipun melihat Fadil membawa teman wanita ke rumah, yang selalu datang adalah teman pria Fadil yang slengean dan hobi bermain Play stasion di rumah. Mungkin salah satu alasan kenapa Fadil tidak pernah membawa teman wanita ke rumah karena sifat ibunya yang selalu bicara dengan nada ketus dan sedikit berteriak. Dan itu yang membuat Fadil tidak nyaman jika membawa teman wanita.
"Beneran tidak ada kak, Fadil ingin fokus sekolah dan kuliah."
"Baguslah, ini baru adik kakak." Farah mengacak rambut adiknya. Fadil sudah dewasa dan bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dan Farah merasa lega, setidaknya Fadil bisa diandalkan untuk menjaga keluarganya. Dengan fokus sekolah dan nantinya kuliah Farah ingin salah satu adiknya bisa sukses dan membanggakan keluarga.
"Kakak akan berusaha agar kamu tidak putus sekolah dan kakak harap kamu bisa kuliah di perguruan tinggi, meraih mimpimu yang ingin menjadi arsitek. Kakak pasti bangga punya adik seorang arsitek." Farah menggulum senyum, ia tahu orangtuanya lalai dalam mengurus anaknya bahkan terkadang pendidikan tidak terlalu penting bagi mereka, tapi Farah berjanji dengan dirinya sendiri. Ia akan berusaha lebih keras agar kedua adiknya sukses di masa yang akan datang tidak seperti dirinya yang hanya mencicipi bangku kuliah tanpa menamatkan nya. Menyedihkan.
"Kakak, a.. aku." kali ini Fadil yang berkaca-kaca, kakaknya benar-benar memperjuangkan pendidikannya dengan sang adik agar terus bisa bersekolah.
"Sudahlah, ayo kita bayar sepatu ini dan makan baso pak Irwan." Farah yang sempat melihat Fadil sedih kini mengajak kedua adiknya makan di tempat favorit mereka. Warung baso sederhana yang dulu pernah dikunjungi mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments