Bab 2 ( Dua cewek stress)

Keken

Ia memukul setir mobilnya dengan keras, raut wajahnya begitu kesal karena dirinya basah kuyup dan bau sabun. Ia tidak menyangka hari ini akan bertemu dengan dua gadis gila yang membuat harga dirinya jatuh. Hari sial baginya.

Saat ia memutari komplek perumahan, Keken tidak sengaja melihat dua orang gadis yang sedang membersihkan mobilnya. Terlihat dari jauh dua orang gadis itu lumayan cantik menurutnya. Niat hati ingin bertanya alamat Michelle sekaligus mencoba tebar pesona, namun kini dirinya harus menanggung malu.

Dan yang lebih menjengkelkan bagi Keken saat salah satu gadis itu menyamakan dirinya dengan tukang kredit dan menganggap semua barang yang menempel pada tubuhnya tidak original apalagi saat ia meminta ganti rugi sang gadis bertanya itu uang atau daun ditambah dirinya dilempar dengan kanebo basah bekas cucian mobil, sungguh sangat tidak terduga. Ini pertama kalinya Keken mendapat malu yang luar biasa. Andai saja dua gadis itu tidak berteriak dan membuat beberapa orang tetangganya keluar rumah pasti ia akan menyeret mereka ke kantor polisi.

"Dasar gadis gendeng! Beraninya melempar wajahku dengan kanebo basah. Awas aja nanti, tunggu pembalasan dariku!"

"Drt... Drt..." ponsel Keken berbunyi disaat hatinya masih dalam keadaan kesal dan marah. Satu panggilan dari Michelle.

"Sayang kamu dimana?" tanya Michelle

" Aku tidak jadi ke rumah kamu, ada sedikit kecelakaan."

" Kok bisa? Kecelakaan dimana? Kamu baik-baik saja kan sayang? Apa kamu perlu ke rumah sakit, aku akan mengantarkanmu, kamu dimana?" tanya Michelle bertubi-tubi

" Tidak apa-apa sayang, kamu tenanglah aku baik-baik saja. Hari ini aku badmood, tolong jangan telepon aku. "

" Tut... Tut.. Tut... " sambungan telepon terputus begitu saja.

Michelle hanya bisa menghela nafas panjangnya, sikap Keken yang keras tidak mungkin dia lawan. Dan ini jugalah yang membuat Keken betah berhubungan dengan Michelle, wanita itu yang selalu mengalah dan mengerti dengan sikapnya yang terkadang cepat berubah.

Keken pulang ke apartemennya dan melihat ibunya yang sedang memasak di dapur miliknya. Keken melihat jam tangannya, tidak seperti biasanya Mommy Imelda datang di hari Sabtu.

"Kamu kenapa berantakan seperti itu?" tanya Mommy Imel, ia menghampiri Keken yang sedang duduk membuka sepatunya.

"Ada dedemit gila Mih." ucapnya pendek

Mommy Imelda mengerutkan dahinya mencoba mencerna jawaban anaknya.Dedemit cantik? Ia menggulum senyum, anaknya tak pernah bersinggungan dengan wanita. Itu sudah pasti.

"Dedemit jelek mih, jelek banget malah. Dedemit paling jelek selama Keken hidup di dunia ini!

Imelda tersenyum melihat anaknya yang begitu kesal saat mengatakan nya," Ayo kita makan, Mommy sudah buat makanan untukmu. "

" Mommy ada apa kesini? Keken tidak menjawab pertanyaan ibunya, ia selalu to the point. Pasti ada hal penting yang ingin mommy tanyakan padanya karena Imelda bukan orang yang suka membuang waktunya.

" Tanya kek kabar Mommy atau Papi. Kamu selalu begitu tidak perhatian sama kami. " Imelda pura-pura cemberut

" Mami tidak usah basa-basi aku, ini bukan sifat Mommy yang sok-sok an merajuk, pasti Mami kesini ada alasan tersendiri. Ada apa Mih? Keken yang tahu sifat ibunya yang selalu tegas dan tidak bisa basa-basi kini hanya bisa menghela nafas panjangnya.

" Sudah putus sama Michelle? Mommy tidak mau kamu dengannya." raut wajah Imelda berubah serius dan ini adalah sifatnya yang asli.

"Belum."

"Putuskan dia, cari gadis yang baik dan menikahlah. Cari gadis yang sesuai dengan kriteria Mommy, kamu pasti tahu kan. Tidak perlu membuang waktu dengan gadis itu, cari yang seiman Ken. Kalau si Michelle mau mengikuti agama kita, Mommy tidak masalah. Tapi sepertinya itu tidak mungkin karena tuan Michael tidak akan merestui kalian. " Imelda tahu betul sosok dari ayah Michelle yang tegas dan tidak mau dibantah dan Imelda menyadari anaknya tidak akan mungkin bisa bersama dengan Michelle karena perbedaan keyakinan.

" Aku tidak mau putus dengannya Mih."

"Keken,mau berapa banyak wanita yang ingin kamu pacari. Sudah cukup Nak! Jangan pikir Mommy tidak tahu kelakuan kamu di luar sana!" Imelda menaikkan pita suaranya karena geram

"Kamu penerus keluarga kita, penerus dari DaFe properti. Ingat, tindak tandukmu akan selalu disorot orang banyak. Mommy tidak ingin mendengar kamu menghamili anak orang, kalau kamu mau menikahlah sekarang juga."

" Aku tidak mungkin menghamili anak orang Mih, mami tenang saja sih! " kekeh Keken dengan tenang

Imelda mencubiti tubuh anaknya dengan gemas." Kamu itu kalau dikasih tahu selalu ngeyel, kamu pikir dengan memakai pengaman semuanya bisa aman gitu saja!"

"Ishh.. Ampun mih, sakit." desis Keken, " Aku cuma icip - icip doang. Mereka saja yang menawarkan diri." Dan Keken mendapatkan pelototan dari sang mommy .

"Jika kau berani menghamili seorang gadis, pergi dari mansion ini!" ancam mommy Imelda. " Jangan pernah berharap bisa kembali dengan kehidupanmu yang layak, semua fasilitas dan uangmu akan dibekukan, kamu dimiskinkan!"

" Belajarlah bertanggung jawab, bekerja yang serius jangan bercanda terus Ken. Capek Mami sama kamu, kita sudah tua hanya kamu harapan kami."

" Kan ada Inha. " celetuk Keken

" Inha anak tante Navysah, dia memang sudah Mami anggap anak Mommy tapi kamulah anak kandung Mommy. Semua harta Mommy akan menjadi milikmu, Inha hanya sebagian kecil. "

" Tapi Mommy selalu menyayangi dia daripada aku! " jiwa iri Keken kembali muncul

"Karena dia penurut, pintar, bisa diandalkan dan mandiri tidak seperti kamu yang pecicilan dan gila dengan banyak wanita!"

"Kamu harus tahu cari uang itu susah, dan ini semua salah papah karena terlalu memanjakanmu. Pokoknya Mommy tidak mau tahu, kamu harus berubah lebih bertanggung jawab tidak hanya menghambur - hamburkan uang saja!"

"Mungkin kalau kamu menikah bisa insyaf seperti Fafa, Mommy lihat sejak dia menikah dengan Hanin si Fafa berubah."

"Berubah jadi superman atau batman!" kelakar Keken dengan kesal.

"Mommy tahu, Fafa memang berubah menjadi lebih bertanggung jawab tapi itu dengan istrinya bukan dengan perusahaan. Makanya Mommy turun ke lapangan, lihat yang bener jangan hanya pakai kacamata kuda."

Imelda kembali mencubiti lengan anaknya.

"Ya sudah, kamu menikah saja agar terhindar dari dosa. Malu masa predikat Pangeran Modosa selalu menempel padamu!, bikin dosa terus kapan insyaf nya."

" Nggak, Keken belum mau menikah. Yang ada nanti seperti si Fafa, ogah! " Keken mengedikan bahunya, membayangkan sepupunya yang selalu menuruti semua keinginan istrinya membuat dirinya geli dan menurutnya tidak masuk akal.

" Besok coba ketemuan ya sama anak temen Mommy . Dia lulusan Harvard, anaknya cantik, putih. Sesuai tipemu dan yang terpenting dia penerus dari salah satu stasiun televisi ternama dan pemilik perkebunan sawit di Kalimantan.

" Keken tidak mau! Wanita yang selalu Mommy kenalkan selalu berkelas,tetapi mereka lebih keras kepala dan sombong dari Keken. Satu lagi, mereka AMBISIUS oh No!"

" Lalu kamu maunya wanita seperti apa? Mommy tidak menerima wanita kelas bawah yang tidak punya bakat. Kamu anak mommy satu-satunya masa mau menikah asal-asalan. "

" Mami tenang aja, yang pasti nantinya istri Keken pilihan terbaik. " Keken membuka kemejanya dan menaruhnya di keranjang baju kotor.

" Amin...!!!"teriak Keken pada pembantunya

" Iya Den. " Amin buru - buru menghampiri majikannya dengan cepat, ia takut andai telat sedikit Keken akan mengomeli dirinya dengan keras.

" Buang semua pakaian dan celana ini, sepatunya kamu laundry ke tempat langganan. Ngerti?!"

"Baik Den." jawab Amin, "Maaf Den daripada baju ini dibuang buat anak saya boleh?" tanyanya

"Boleh, terserah lu mau diapain!"

"Alhamdulillah, barang bagus lagi sayang kalau dibuang hihihi." Selama ini Amin selalu mendapatkan pakaian yang tidak digunakan oleh Keken, ia selalu melaundry dan memberikan pakaian untuk anaknya yang terkesan baru padahal itu bekasan dari majikannya.

Imelda hanya menghela nafas panjangnya, sifat anaknya tidak pernah berubah. Pakaian yang Keken tidak sukai pasti untuk asisten rumah tangga. Keken tidak pernah pelit.

" Keken, ingat! Jika kamu menghamili anak orang, kamu tahu konsekuensinya kan. " Imelda berkata dengan tegas pada anaknya yang hampir masuk ke dalam kamar mandi.

" Iya mommy, aku akan selalu ingat. Mommy akan mengusirku dari apartemen, tidak memberiku uang sepeser pun dan mencoretku dalam kartu keluarga. "Keken selalu mengingat ancaman ibunya yang selalu dikatakan berulang - ulang namun baginya hanya masuk ke telinga kiri keluar ke telinga kanan. Masa bodo.

" Bagus , kalau begitu Mommy pulang dulu. Jangan lupa dimakan sayurnya. "

Keken hanya mengangguk patuh pada ibunya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Disisi lain,

Disebuah Mall di Jakarta Utara,

Terlihat dua orang gadis yang terduduk lemas setelah menghabiskan semua makanannya. Mereka terlihat muram seolah tidak bertenaga. Kejadian tadi sore seperti mimpi bagi mereka. Tidak ada satu jam bertemu dengan pria asing yang datang ke rumahnya, kini mereka harus kehilangan puluhan juta untuk membayar ganti rugi atas apa yang telah mereka perbuat.

"Hari ini beneran apes banget, dapat uang tiga ratus ribu dari cuci mobil tapi aku harus membayar dua puluh juta pada pria gila itu." Farah merebahkan kepalanya di meja restoran

"Bener, kok kita hari ini sial banget! Dua puluh juta, kita bagi dua karena salahku juga. Aku sudah bilang Mommy, dia akan pinjemin kita uang dan nantinya dibayar dengan cara dicicil. Uangku sudah habis Dip, buat beli mobil." Vania ikut merebahkan kepalanya di meja

" Yang bikin mumet itu cicilannya. Beli barang kagak setor iya. Mana si Aisyah minta beli sepatu lagi. Terpaksa deh beli di pasar saja yang murah dan aku harus kerja lebih keras untuk membayar hutang. "

" Kamu tenang saja, mommy orangnya santai." Vania mencoba menguatkan dan memberi semangat pada Farah

" Aku tahu, tapi namanya hutang harus dibayar. Dan si pria gila itu tidak memberiku nomer telepon, aku harus menunggu dia meneleponku dulu. "

" Semoga Hilman tidak tahu kalau cincin pertunangan kita disita pria itu." sambung Farah lagi

"Farah lu beneran tahun ini nikah sama si Hilman?"

"Insya allah akhir tahun ini, emang kenapa?"

"Wow... yang mau jadi nyonya Hilman, ntar gue nyumbang deh. Nyumbang bra bolong satu lusin, hihihi..." kelakar Vania

Farah menonyor kepala Vania, "Nyumbang yang bermanfaat, masa bra bolong sih!"

"Eh! PE'A bra bolong juga bermanfaat, lu tinggal nyoh... nyoh... nyoh tanpa buka pengait. Tinggal sedot si Hilman langsung kenyang deh minum s*su dari pabriknya" Mulut Vania tanpa filter, hingga beberapa orang melirik kearahnya.

"Kecilin suara lu s*tan!" Farah mencubiti tangan Vania dengan gemas

"Ampun Samsonwati, tangan lu ada sengatan listrik bikin sakit tangan gue." Vania selalu meledek Farah dengan sebutan Samsonwati karena Farah selalu semangat dan seolah tidak pernah lelah dalam bekerja.

"Si Hilman udah nyicipin pabrik s*su belum?" goda Vania kembali

"Lu kira si Hilman pria brengs*k yang suka icip-icip. Dia kagak berani macem-macem sama gue. Prinsipnya sebelum halal dilarang untuk mencoba, dia pria baik."

" Bagus tuh si Hilman belum nyicipin pabrik s*su, kalau dia udah nyicipin pasti gumoh. Nen lu bikin kenyang, hihihi... "

" ****** emang lu, cewek gendeng!! " Farah menjitak kepala Vania karena gemas

" Gue sexy gaes, makanya gue ogah pakai pakean ketat takut para lelaki pada khilaf. Mendingan gini pada kaos longgar jadi mata mereka kagak jelalatan. "

" Bagi buat gue setengah Dip! " Vania merem*s buah d*da Farah dengan gemas

"Awww... sakit Vania, berani nya remes-remes entar merembes nih." kelakar Farah sembari berakting kesakitan.

"Dih apaan,sih bikin gue gemes!" Vania kembali menoyor kepala Farah. "Lu kadang pinter, kadang polos nya kebangetan. Eh, lu tau nggak itu si pria geblek tadi sore beneran orang kaya tahu."

"Seriusan lu?"

"Iya lu tahu kan, ilmu ekonomi gue tingkat tinggi. Otak matematika gue langsung bekerja menghitung semua brand yang menempel pada tubuh dia. Luar biasa, itu beneran original no KW KW kayak si Aldi!"

"Wah, tamat riwayat gue mana udah gue lempar pake kanebo tuh cowok. Biaya laundrian dia pasti mahal, jangan - jangan lebih dari dua puluh juta." Farah menepuk dahinya, ia membayangkan berapa banyak lagi uang yang harus ia keluarkan untuk membayar ganti ruginya.

" Nyesek banget ya, uang sebanyak itu cuma buat ganti rugi . "

" Lu mah enak Van, tinggal minta Mommy. Kalau aku harus bekerja keras lagi. " Farah menghela nafas panjangnya

"Hari ini gue mau pulang ke rumah, Aisyah tadi telepon dia tanya sudah beli sepatu belum." sambung Farah lagi

"Capek deh, kalau aku jadi lu. Gue nggak bakalan masuk ke rumah neraka itu lagi, apalagi ketemu ibu tiri lu itu ih Najis!" ucap Vania dengan kesal. " Lu juga jangan terlalu baik sama adik tiri lu sih, mereka itu kan anaknya mak lampir kalau mereka butuh apa-apa ya mintalah sama emak bapaknya, bukan ke lu. Sudah saatnya lu bahagia Dip. "

" Adik tiriku tidak tahu apa - apa dan mereka sangat baik kepadaku walaupun wanita itu selalu menyebalkan dan ayah selalu saja diam, terkadang aku heran aku ini anak kandung ayah atau anak tirinya. " Farah menghembuskan nafas kasarnya, membayangkan masuk ke dalam rumah ayahnya sendiri seolah masuk ke dalam neraka. Setiap hari hanya ada teriakan dari ibu tirinya yang menunjukan ketidaksukaanya padanya. Farah juga harus berhenti kuliah karena tidak ada biaya dan dukungan dari keluarganya. Ia seolah mesin pekerja yang harus menafkahi keluarga. Penghasilan dari sang ayah yang bekerja di swasta seolah tidak pernah cukup untuk menghidupi keluarganya, ibu tirinya seolah tidak pernah bersyukur dengan hasil yang selalu ayah dan Farah berikan untuknya.

" Andai ibu masih hidup, pasti aku tidak akan seperti ini ya Van." Farah mulai berkaca-kaca mengingat almarhum ibunya yang telah meninggal.

"Kamu tidak usah sedih, masih ada aku dan Mommy. Kita sudah seperti keluarga, Mommy juga sayang sama kamu. Kalau kamu butuh sandaran, rumahku terbuka untuk kamu Dip." Vania merasa prihatin, kisah hidup dari Farah begitu menyedihkan. Ibunya meninggal karena kebakaran di tempat tinggalnya yang dahulu, saat itu Farah berusia enam tahun. Dan ayahnya menikah dengan wanita lain dan memiliki dua anak Fadil dan Aisyah.

Fadil kini duduk di bangku sekolah menengah atas sedangkan Aisyah duduk di sekolah dasar kelas lima. Ayah Farah tidak terlalu peduli dengan kehidupan Farah, ia seolah lepas tangan. Sejak kematian ibunya, sang ayah depresi dan mulai tidak peduli dengan Farah. Maka dari itu Farah harus menghidupi dirinya sendiri, mencari uang untuk dirinya tanpa mengandalkan bantuan sang ayah.

"Kita keliling yuk, cari sesuatu yang enak daripada disini. Tuh, lihat Om Om disana dari tadi liatin kita mulu."

"Dih Najis! Sudah tua bangka genit pake acara kedipin mata lagi!" Farah melihat pria itu yang sedang tersenyum dan mengerlingkan mata dengannya

" Ayo kita pergi, gue mencium bau tanah kuburan. Ini nih sebentar lagi ada tua bangka yang bakalan dikubur disini nih! "Vania sengaja mengeraskan suaranya hingga beberapa orang kembali melirik kearah mereka.Termasuk pria paruh baya itu.

" Kalau sudah tua banyakin zikir ya Van bukan nya jelalatan. "timpal Farah

Mereka hanya menahan senyum saat pria paruh baya itu salah tingkah dan berusaha untuk pindah tempat duduk. Sudah pasti ia mendengar sindiran mereka yang terang-terangan. Dasar dua cewek stres.

Episodes
1 Bab 1 ( Awal mula bertemu)
2 Bab 2 ( Dua cewek stress)
3 Bab 3 ( Pulang ke rumah)
4 Bab 4 ( Cerita Fadil)
5 Bab 5 ( Pergi ke toko sepatu)
6 Bab 6 (Rumah bagai neraka)
7 Bab 7
8 Bab 8 ( Bertemu pangeran baik)
9 Bab 9 ( Persahabatan tiga wanita)
10 Bab 10 (Curhat malam hari)
11 Bab 11 ( Tiga teman gila)
12 Bab 12 ( Kencan bersama Hilman)
13 Bab 13 ( Bertemu pria gila lagi)
14 Bab 14 ( Ternyata dia bos)
15 Bab 15 ( Merasa diabaikan)
16 Bab 16 ( Berdebat dengan Pria Songong)
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20 ( Bertemu Nona Inha)
21 Bab 21
22 Bab 22 ( Drama yang tidak lucu)
23 Bab 23 ( Princess kembar di apartemen)
24 Bab 24 ( Debatnya Kakak beradik )
25 Bab 25
26 Bab 26 ( Sakit)
27 Bab 27 ( Impian bersama Hilman)
28 Bab 28
29 Bab 29 ( Ingin mengurus proyek Utara)
30 Bab 30 ( Putus dari Michelle)
31 Bab 31 ( Komplen masakan)
32 Bab 32 ( Debat dengan Dini)
33 Bab 33 ( Rumah sakit)
34 Bab 34
35 Bab 35 ( Perasaan yang campur aduk)
36 Bab 36 ( Papih dan anak yang sama gilanya)
37 Bab 37 (Berbuat ulah di restoran lagi)
38 Bab 38 ( Bertemu Nyonya besar )
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41 (Si gadis bunuh diri)
42 Bab 42
43 Bab 43 (Debat di ruang kerja)
44 Bab 44 (Membuat cake)
45 Bab 45 ( Jauhi Dia)
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48 ( Pria menyebalkan)
49 Bab 49
50 Bab 50 ( Berkata jujur)
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53 (Pergi bersama untuk yang terakhir kalinya)
54 Bab 54
55 Bab 55 (Kecewa kedua kalinya)
56 Bab 56 ( Kisah dimasa lalu)
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59 ( Bisikan Setan)
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62 ( Gejala Kehamilan)
63 Bab 63 ( Janin ini milik pria itu)
64 Bab 64 (Aku tidak ingin mengandung bayi ini!)
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68 ( Ikut dengan pengawal)
69 Bab 69 ( Bertemu Nyonya Besar lagi)
70 Bab 70
71 Bab 71 ( Kembali dari Malang)
72 Bab 72
73 Bab 73 (Kita harus berpisah)
74 Bab 74 (Bertemu lagi)
75 Bab 75
76 Bab 76 ( Terpuruk)
77 Bab 77
78 Bab 78 ( Pingsan)
79 Bab 79 ( Aku membencimu!!)
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83 ( Cerita versi bapak)
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88 (Maaf)
89 Bab 89 ( Ayo kita menikah)
90 Bab 90 (konsep pernikahan yang tidak masuk akal)
91 Bab 91 ( Pernikahan)
92 Bab 91.2 ( Biduan yang aneh)
93 Bab 92 (Teman gila)
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 95.2 ( Dia istriku)
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Draft
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108 ( Angkot)
111 Bab 109
112 Bab 110 ( Ghibahin Tetangga)
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115 (Temen Setan)
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118 (Mie instan)
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124 (Gara - gara cerita putri salju)
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128 (Kamu pihak ketiga, bukan dia!)
131 Bab 129
132 Bab 130 ( Dikasih hati minta jantung)
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134 (Bertemu Wina)
137 Bab 135 (Di rumah keluarga Farah)
138 Bab 136 (Hadiah)
139 Bab 137 ( Kamar)
140 Bab 138 ( Gangguan dua adik Farah)
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144 ( Bertemu Hilman lagi)
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148 ( Di Cafe Michelle)
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151 (Wina lagi)
154 Bab 152 ( Hatiku begitu sakit)
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155 (Aku mau...)
158 Bab 156
159 Bab 157 (Aku yang kurang tampan)
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 Bab 163 ( Bantu aku)
166 Bab 164 (Mengeluh)
167 Bab 165 ( Merayu suami ala Farah)
168 Bab 166
169 Bab 167
170 Bab 168 ( Amarah papih Feri)
171 Bab 169 (Kesempatan kedua)
172 Bab 170
173 Bab 171
174 Bab 172 (Pasar)
175 Bab 173 ( Memasak ala Dini)
176 Bab 174
177 Bab 175 (Pasar malam)
178 Bab 176
179 Bab 177
180 Bab 178
181 Bab 179
182 Bab 180
183 Bab 181
184 Bab 182
185 Bab 183 (Pembalasan dari Hilman)
186 Bab 184
187 Bab 185
188 Bab 186
189 Ban 187
190 Bab 188
191 Bab 189
192 Bab 190 ( Hilangnya Keken)
193 Bab 191 (Mencari Keken)
194 Bab 192
195 Bab 193
196 Bab 194 ( Hanya aku yang tidak tahu)
197 Bab 195
198 Bab 196
199 Bab 197
200 Bab 198
201 Bab 199
202 Bab 200 ( Menemukan Keken)
203 Bab 201
204 Bab 202
205 Bab 203
206 Bab 204
207 Bab 205
208 Bab 206
209 Bab 207
210 Bab 208
211 Bab 209
212 Bab 210
213 Bab 211
214 Bab 212
215 Bab 213
216 Bab 214
217 Bab 215
218 Bab 216
219 Bab 217
220 Bab 218
221 Bab 219
222 Bab 220
223 Bab 221
224 Bab 222
225 Bab 223
226 Bab 224
227 Bab 225
228 Bab 226
229 Bab 227
230 Draft
231 Bab 229
232 Bab 230
233 Bab 231
234 Bab 232
235 Bab 233
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Bab 1 ( Awal mula bertemu)
2
Bab 2 ( Dua cewek stress)
3
Bab 3 ( Pulang ke rumah)
4
Bab 4 ( Cerita Fadil)
5
Bab 5 ( Pergi ke toko sepatu)
6
Bab 6 (Rumah bagai neraka)
7
Bab 7
8
Bab 8 ( Bertemu pangeran baik)
9
Bab 9 ( Persahabatan tiga wanita)
10
Bab 10 (Curhat malam hari)
11
Bab 11 ( Tiga teman gila)
12
Bab 12 ( Kencan bersama Hilman)
13
Bab 13 ( Bertemu pria gila lagi)
14
Bab 14 ( Ternyata dia bos)
15
Bab 15 ( Merasa diabaikan)
16
Bab 16 ( Berdebat dengan Pria Songong)
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20 ( Bertemu Nona Inha)
21
Bab 21
22
Bab 22 ( Drama yang tidak lucu)
23
Bab 23 ( Princess kembar di apartemen)
24
Bab 24 ( Debatnya Kakak beradik )
25
Bab 25
26
Bab 26 ( Sakit)
27
Bab 27 ( Impian bersama Hilman)
28
Bab 28
29
Bab 29 ( Ingin mengurus proyek Utara)
30
Bab 30 ( Putus dari Michelle)
31
Bab 31 ( Komplen masakan)
32
Bab 32 ( Debat dengan Dini)
33
Bab 33 ( Rumah sakit)
34
Bab 34
35
Bab 35 ( Perasaan yang campur aduk)
36
Bab 36 ( Papih dan anak yang sama gilanya)
37
Bab 37 (Berbuat ulah di restoran lagi)
38
Bab 38 ( Bertemu Nyonya besar )
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41 (Si gadis bunuh diri)
42
Bab 42
43
Bab 43 (Debat di ruang kerja)
44
Bab 44 (Membuat cake)
45
Bab 45 ( Jauhi Dia)
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48 ( Pria menyebalkan)
49
Bab 49
50
Bab 50 ( Berkata jujur)
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53 (Pergi bersama untuk yang terakhir kalinya)
54
Bab 54
55
Bab 55 (Kecewa kedua kalinya)
56
Bab 56 ( Kisah dimasa lalu)
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59 ( Bisikan Setan)
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62 ( Gejala Kehamilan)
63
Bab 63 ( Janin ini milik pria itu)
64
Bab 64 (Aku tidak ingin mengandung bayi ini!)
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68 ( Ikut dengan pengawal)
69
Bab 69 ( Bertemu Nyonya Besar lagi)
70
Bab 70
71
Bab 71 ( Kembali dari Malang)
72
Bab 72
73
Bab 73 (Kita harus berpisah)
74
Bab 74 (Bertemu lagi)
75
Bab 75
76
Bab 76 ( Terpuruk)
77
Bab 77
78
Bab 78 ( Pingsan)
79
Bab 79 ( Aku membencimu!!)
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83 ( Cerita versi bapak)
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88 (Maaf)
89
Bab 89 ( Ayo kita menikah)
90
Bab 90 (konsep pernikahan yang tidak masuk akal)
91
Bab 91 ( Pernikahan)
92
Bab 91.2 ( Biduan yang aneh)
93
Bab 92 (Teman gila)
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 95.2 ( Dia istriku)
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Draft
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108 ( Angkot)
111
Bab 109
112
Bab 110 ( Ghibahin Tetangga)
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115 (Temen Setan)
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118 (Mie instan)
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124 (Gara - gara cerita putri salju)
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128 (Kamu pihak ketiga, bukan dia!)
131
Bab 129
132
Bab 130 ( Dikasih hati minta jantung)
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134 (Bertemu Wina)
137
Bab 135 (Di rumah keluarga Farah)
138
Bab 136 (Hadiah)
139
Bab 137 ( Kamar)
140
Bab 138 ( Gangguan dua adik Farah)
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144 ( Bertemu Hilman lagi)
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148 ( Di Cafe Michelle)
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151 (Wina lagi)
154
Bab 152 ( Hatiku begitu sakit)
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155 (Aku mau...)
158
Bab 156
159
Bab 157 (Aku yang kurang tampan)
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
Bab 163 ( Bantu aku)
166
Bab 164 (Mengeluh)
167
Bab 165 ( Merayu suami ala Farah)
168
Bab 166
169
Bab 167
170
Bab 168 ( Amarah papih Feri)
171
Bab 169 (Kesempatan kedua)
172
Bab 170
173
Bab 171
174
Bab 172 (Pasar)
175
Bab 173 ( Memasak ala Dini)
176
Bab 174
177
Bab 175 (Pasar malam)
178
Bab 176
179
Bab 177
180
Bab 178
181
Bab 179
182
Bab 180
183
Bab 181
184
Bab 182
185
Bab 183 (Pembalasan dari Hilman)
186
Bab 184
187
Bab 185
188
Bab 186
189
Ban 187
190
Bab 188
191
Bab 189
192
Bab 190 ( Hilangnya Keken)
193
Bab 191 (Mencari Keken)
194
Bab 192
195
Bab 193
196
Bab 194 ( Hanya aku yang tidak tahu)
197
Bab 195
198
Bab 196
199
Bab 197
200
Bab 198
201
Bab 199
202
Bab 200 ( Menemukan Keken)
203
Bab 201
204
Bab 202
205
Bab 203
206
Bab 204
207
Bab 205
208
Bab 206
209
Bab 207
210
Bab 208
211
Bab 209
212
Bab 210
213
Bab 211
214
Bab 212
215
Bab 213
216
Bab 214
217
Bab 215
218
Bab 216
219
Bab 217
220
Bab 218
221
Bab 219
222
Bab 220
223
Bab 221
224
Bab 222
225
Bab 223
226
Bab 224
227
Bab 225
228
Bab 226
229
Bab 227
230
Draft
231
Bab 229
232
Bab 230
233
Bab 231
234
Bab 232
235
Bab 233

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!