Pangeran Modosa
Langit begitu cerah walaupun waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Udara terasa panas ditambah dengan kemacetan yang tidak bisa terhindarkan di daerah Jekardah.
Disebuah mobil sport kini melaju ke daerah perumahan elite di daerah Jakarta Utara. Dengan pakaian casual yang rapi Keken tersenyum sumringah saat ia mengingat beberapa kejadian minggu yang lalu bersama kekasihnya.
Masih teringat jelas saat ia merasakan sentuhan bibir tipis milik sang kekasih, entah ini pacar yang keberapa, hingga Keken benar-benar lupa untuk menghitungnya. Bibir tipis nan menggoda yang selalu ia rasakan setiap kali bertemu sang pacar. Bagi Keken bergonta - ganti dengan wanita sudah seperti kebiasaan yang tidak bisa ia tinggalkan. Sentuhan dari lawan jenis membuat ia selalu haus akan kasih sayang dan selalu membuatnya ingin lagi dan lagi.
Bibir tipis nan menawan milik kekasihnya, Michelle Angela selalu membuat seorang Kendrew Pratama Feriansyah bertekuk lutut. Dan ini pertama kalinya Keken memecahkan rekor dengan predikat pacaran terlama yakni satu tahun. Kendrew atau lebih dikenal dengan nama Keken tidak pernah serius dalam berhubungan dengan wanita. Ia selalu mendua dan bermain dengan banyak wanita, Ia selalu berfikir bahwa hidup adalah senang - senang. Dan bersama dengan banyak wanita salah satu hobinya.
Playboy julukan yang tepat untuknya,wanita manapun tidak akan menolak ketampanan dari seorang Keken.
Hidupnya selalu sesuka hati, ia seorang petualang dan selalu membuat huru - hara di club malam. Dengan semua fasilitas yang diberikan orangtuanya, menjadikan ia sosok yang songong, tajir, banyak uang hingga banyak sekali gadis - gadis yang mendekati dirinya bahkan rela menyerahkan diri untuk menikmati uangnya.
Seorang pangeran yang tidak pernah merasakan susahnya hidup karena semuanya selalu dipenuhi oleh kedua orangtuanya.
Menjadi anak tunggal membuat dirinya seorang yang keras kepala, sulit diatur hingga membuat ibunya kewalahan. Gayanya yang slengean, terkadang songong dan jarang serius dalam pekerjaan membuat orang - orang di sekitarnya selalu mengelus dada karena tidak ada satu pekerjaan yang hasilnya memuaskan. Namun, disisi lain dia seorang kakak yang selalu perhatian pada adik sepupunya yang selalu dia anggap adik kandungnya. Inha, gadis itu yang selalu mengingatkan Kendrew agar tidak bermain terlalu jauh dengan para wanita. Inha tidak ingin Keken sampai menghamili gadis dan terusir dari keluarganya. Namun Keken adalah Keken, ia seolah ingin berpeluang dengan masa mudanya.
Keken pun terkadang merasa cemburu karena ibunya lebih menyayangi adik sepupunya itu, namun ia tahu bahwa sikap dan kelakuan dirinya yang selalu membuat orangtuanya kesal.
Dan sekarang disinilah kisah itu dimulai.
Keken yang mengendarai mobilnya kini menepi di bahu jalan untuk melihat GPS di handphone. Hari ini ia akan menjemput Michelle di rumah orangtuanya, tidak seperti biasanya ia selalu menjemput pacarnya di apartemen karena hari ini Michelle meminta Keken untuk sekedar menyapa orangtuanya.
Awalnya Keken tidak mau, karena baginya ini tidak penting. Hanya sekedar pacaran bukan untuk serius, itu yang selalu ada dalam pikirannya selama ini. Namun karena desakan Michelle , kali ini Keken mengiyakan permintaannya. Toh hanya sekedar menyapa tidak lebih.
Keken menghela nafasnya dan memijit kepalanya yang terasa pusing, memejamkan matanya sejenak untuk mengusir rasa pusing yang tiba-tiba mendera nya. Pekerjaan di kantor yang semakin hari semakin padat membuat dirinya kewalahan, apalagi disaat Fafa mendadak cuti. Drama rumah tangga sepupunya itu yang selalu membuat ia enggan untuk berumah tangga. Hari ini masuk, besok libur, lusa Hanin ini itulah yang membuat Fafa stres tujuh keliling, Fafa seolah hanya bayangan di kantor. Satu jam di ruangan, siang sudah tidak berada di tempat hingga membuat Keken pusing menghandle pekerjaan dan rapat dadakan. Keken dipaksa untuk bekerja lebih serius dan cepat. Menyebalkan.
Ia melihat GPS di handphonenya, namun dia merasa bingung. Seolah berputar - putar di area komplek perumahan, ia mematikan mobil dan kembali menghembuskan nafas kasarnya.
" Kok hari ini gue merasa bodoh, baca GPS aja kagak bisa!" Keken merutuki kebodohannya.
"Demi apa coba dibela - belain kesini. Pengen mingguan sama si Michelle tapi nyampe rumahnya saja kagak!" gerutunya.
Ia menjalankan mesin mobilnya kembali dan mencoba mencari alamat yang dituju.
Disisi lain,
Seorang gadis dengan kaos longgar dan dengan rambut yang diikat cepol kini sedang mencuci mobil di depan garasi rumah. Dengan telaten ia mencuci setiap bagian mobil SUV milik orangtua temannya. Hari ini ia libur kerja dan setiap ada tawaran mencuci mobil ia selalu ambil. Pekerjaan sampingan, lumayan untuk menambah uang jajan pikirnya.
" Nak Farah, ini teh nya diminum dulu. Rotinya jangan lupa dihabiskan ya. Mommy mau pergi ke salon dulu." ujar seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusia senjanya. Orangtua dari Vania, temannya.
"Terima kasih Mommy." Farah tersenyum lebar
"Nanti kalau mau pulang jangan lupa bawa makanan yang di dapur,minta saja sama bibi bungkusan warna biru,sudah Mommy siapkan."
" Oke Mih,terima kasih banyak." Farah tidak berhenti tersenyum lebar, ia selalu mendapatkan makanan saat datang dan bekerja di rumah temannya. Lumayan bisa berhemat untuk beberapa hari ke depan, pikirnya.
" Aku mana mih, kok cuma Farah yang dikasih makanan. Mommy pilih kasih, masa aku tidak dikasih uang jajan tambahan." cebik Vania dengan mengerucutkan bibirnya. Ia menadahkan tangannya, meminta uang tambahan untuk jalan malam mingguan.
" Ini anak matre juga, sudah kerja masih minta uang jajan sama Mommy."gerutu sang ibu," Nih, jangan lupa nanti Farah dibayar uang cuci mobilnya. " Mommy Vania mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan dan memberikannya pada anaknya.
"Asyik! Uangnya banyak, Farah setelah ini kita pergi malam mingguan. Ayo kita jalan ke mall." Vania begitu sumringah melihat uang di tangannya , ia melambai - lambaikan uang kertas tepat di wajah Farah
"Siap!"
"Mommy mau dianter tidak, tapi ada ongkos jalanya lho." Vania menaik turunkan alisnya
"Kagak! Mommy mau naik mobil online aja, rese emang punya anak gadis mata duitan." gerutunya
"Tapi Momy sayang kan." Vania memeluk ibunya dengan erat seraya mengelitiki tubuhnya. Vania memang gadis yang suka menggoda ibunya.
"Terpaksa sayang, sudah gede segini masa mau dimasukan lagi." kelakar Mommy, " Ya sudah jaga rumah ya, jangan lupa cuci semua mobil yang bersih ya Farah. Mommy pergi dulu, tuh mobilnya sudah datang."
" Siap Mih..!!" jawab mereka bersamaan. Mereka melihat mommy nya melambaikan tangan saat mobil mulai jalan. Dan mereka membalasnya.
"Ah, akhirnya Mami pergi juga." Vania mengikat rambutnya keatas dan membantu Farah mencuci mobil.
"Udah deh Van, lu duduk aja kan ini tugas gue. Tinggal ini doang kok, yang dua dah kinclong." Farah mengambil lap yang dipegang Vania, ia merasa tidak enak karena Vania selalu membantu dirinya.
"Nah, karena ini yang terakhir makanya gue mau bantu lu. Coba kalo ini yang pertama, gue sih ogah ye." Vania menyiram mobilnya yang penuh dengan busa hingga bersih
" Makasih, lu udah mau bantuin gue." satu ucapan yang selalu Farah lontarkan setiap kali ia mencuci mobil milik sahabatnya. Farah begitu berterima kasih karena Vania selalu membantunya disaat susah. Bisa saja keluarga Vania mengirim mobilnya ke tempat pencucian mobil, namun enggan mereka lakukan karena mereka tahu Farah lebih membutuhkan pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup. Lebih dari lima tahun mereka berteman hingga tahu kehidupan masing-masing. Perbedaan diantara mereka begitu jauh, namun Vania selalu merangkul Farah tanpa membedakan status sosialnya.
"Besok mau ke gereja? Mau dianter nggak? Sekalian aku mau cari lowongan kerja lagi" tanya Farah sembari menggosok mobil.
"Tidak usah, gue mau ke gereja bareng Andrew." Vania mengeluarkan sebuah cincin dari kantong celananya. Sebuah cincin dari pacarnya yang baru saja ia terima. Satu langkah menuju hubungan yang lebih serius
"Emang Andrew udah pulang dari Singapura?" Farah masih menggosok mobil itu tanpa melirik kearah Vania
"Sudah dong baru pulang kemarin tadi pagi dia kesini, aduh.. Aduh jariku kok sakit banget sih! Ini kenapa ya." Vania seolah meringis kesakitan. Farah bergegas menghampiri sahabatnya yang meringis sakit.
"Kamu kenapa? Coba sini aku lihat." ucap Farah begitu panik, ia mencoba memeriksa jari tangan Vania dan melihat sebuah cincin permata tersemat di jari manis sahabatnya.
"Set*n Alas!!" Farah menghentakan tangan Vania dengan kasar. " ****** Lu! sengaja kan pamer sama aku!"
"Hahahaha... Lu lucu banget Dip kalau panik begitu. Vania lebih suka memanggil nama Dipta, seperti nama laki-laki sesuai dengan gaya Farah yang tomboy dan penuh semangat.
" Tadi Andrew kesini eh ngelamar dadakan. "Vania tersenyum lebar dan menunjukan cincin di jarinya." Emang lu aja yang bisa tunangan, gue juga bisa kali. "
" Kalah gue sama lu, jangan - jangan entar lu nikah duluan. " Farah mengerucutkan bibirnya.
" Farahdilla Dipta please ya, gue masih muda kagak mau nikah dulu. Kali ini gue ngalah deh, biar lu duluan sama si Hilman. "
" Gue seneng banget akhirnya lu bisa selangkah lebih serius dengan Andrew,selamat ya sayangkuh. " Farah memeluk Vania dengan erat.
" Lepasin nggak, lepas! Pengap tahu dada lu gede" Vania memberontak ingin dilepaskan.
"Set*n lu! Ini bukan gede tapi berisi, hihihi" Mereka sudah terbiasa perang mulut dan saling bercanda.
"Coba lu cowok, gue pasti bilang Mommy buat nikah sama lu."
"Gue yang ogah, lu kalau tidur ngorok dan ngiler, ih.. geli banget." Farah memutar bola matanya dengan malas
Mendengar ucapan Farah, Vania dengan usil memutar kran air dan menyemprotkan ke wajah Farah hingga basah.
"Syukurin, basah lu hahahaha..." Vania tertawa keras dengan menyemprotkan kembali air kearah Farah.
"Eh, ****** banget ini bocah. Sini lu..." Farah mengejar Vania hingga mengelilingi mobil. "Awas ya aku balas!"
"Hahahaha... kagak kena weee..." Vania kembali meledek Farah dengan menyiramkan air kran.
Dan tidak mereka sadari ada seorang pria yang datang di depan mereka. Baru dua langkah ia ingin mengucapkan salam, namun tanpa diduga ia disambut dengan satu ember sabun cucian mobil.
" Rasakan ini..." Farah mencoba membalas dengan menyiram satu ember sabun bekas cucian mobil namun Vania yang kurus begitu gesit menghindarinya.
"Byurrrrr...." air sabun itu mendarat di wajah Keken dan membasahi seluruh badannya.
"Oh my God." Vania dan Farah begitu terkejut saat air itu menyiram seorang pria asing di depannya.
Keken yang sengaja turun dari mobilnya dan mencoba untuk bertanya alamat yang dituju kini hanya bisa pasrah saat basah kuyup dan terlihat sangat memalukan. Ia melepas kacamata hitamnya dan melihat tubuhnya yang kini kotor dan bau sabun.
"Maafkan aku pak." Farah mendekati pria tersebut dan mencoba menyentuh tubuh Keken yang basah.
"What!! Kau panggil aku apa! Bapak!" suara Keken naik beberapa oktaf
Vania melongo melihat ketampanan seorang Keken, ia menelisik dari atas hingga bawah.Otaknya mulai menghitung penampilan pria yang terlihat keren itu. Kemeja branded, sepatu branded, jam dan kacamata hitam bermerk. Vania tahu pria di depannya itu tajir dengan segala benda yang menempel pada tubuhnya.
"Van... Van..." Farah memanggil temannya agar tersadar dari lamunan nya. " Gimana ini?"
Farah begitu takut karena wajah pria di depannya menatapnya dengan tajam.
"Eh, maaf kak. Teman saya tidak sengaja menyiram kakak, kami hanya bercanda tadi."
"Aku sudah basah seperti ini kalian bilang hanya bercanda dan cukup bilang maaf!" murka Keken
"Lu tahu nggak, sepatu gue harganya tiga puluh juta, kemeja ini lima juta, jam tangan ini dua ratus juta, belum harga kacamata hitam ini dan celana jeans ini. Dan kalian hanya minta maaf." Jiwa sombong Keken kembali muncul, ia begitu kesal karena penampilannya sangat berantakan.
" Mana tahu itu barang KW semua, seperti si Aldi yang ngaku- ngaku barang ori padahal KW. " Farah tak mau kalah,ia mengingat temannya yang selalu berbohong tentang barang branded demi status sosial.
" Kamu kira aku bohong kalau semua ini ori! " kesal Keken
" Ya sudah kak, nanti saya laundry agar bersih." ucap Farah lagi
" Eh, cewek gendeng! Lu kira bayar laundrian dari semua barang gue murah! " Keken dengan senyum mengejek. " Belum harga diri gue yang lu jatuhin kayak gini. Lu nggak tahu gue siapa? Gue Keken! "
" Aku nggak tahu siapa kakak, yang aku tahu nama Keken di tempat tinggalku seorang tukang kredit, nama panjangnya Keken Asepi, orang sunda ganteng lagi, dia biasa dipanggil Kasep." celoteh Farah
Vania hanya menepuk jidatnya, kepolosan Farah benar-benar membuatnya ingin tertawa namun ia urungkan karena saat ini mereka sedang berhadapan dengan seorang pria kaya yang menatap mereka dengan tajam dan mematikan.
" Ya ampun! Kamu benar-benar bikin aku kesal, masa aku disamakan dengan tukang kredit." geram Keken sembari mengepalkan tangannya.
"Berikan aku uang dua puluh juta untuk membersihkan semua ini,seharusnya sih lebih tapi tidak masalah. Ayo bayar dua puluh juta." ucap Keken kembali
"Itu uang semua?" celetuk Farah
" Daun!" Keken bertambah kesal dengan gadis gila di depannya, bisa - bisanya disaat seperti ini gadis itu bercanda.
"Tolonglah maafkan kami, teman ku tidak sengaja, kakak kan orang kaya masa masih minta uang sama kita." Vania mencoba bernegosiasi dan meminta maaf kembali agar sang pria itu mau memaafkan mereka. Vania berpikir saat ini tidak mungkin membayar ganti rugi kerugian pria itu karena uang tabungannya habis untuk membeli mobil baru.
"Tidak! Pokoknya gue nggak mau tahu, bayar sekarang atau serahkan identitas kalian sebagai jaminan!"
Farah menunduk lemas, bayangan uang tiga ratus ribu dari hasil ia mencuci mobil tidak sebanding dengan ganti rugi yang harus ia bayarkan pada pria itu.
" Padahal aku ingin beli sepatu baru untuk Aisyah. " ucap Farah dengan lirih, ia masuk ke dalam rumah Vania dengan lemas dan tidak bersemangat.
Keken mendengar suara lirih Farah, namun ia tidak peduli.
"Ini KTP aku, nanti kalau aku punya uang aku bayar." Farah menyodorkan salah satu tanda pengenal
"Enak saja cuma KTP, mana kartu atm mu? Aku tidak percaya kalau kamu tidak punya uang.Masa tinggal di rumah elite begini tidak punya uang."
" Aku beneran tidak punya uang, ini rumah Vania bukan rumahku!"
Keken melirik ke arah Vania dan melihatnya dari ujung rambut ke ujung kaki,kemudian ia melirik Farah kembali, melihatnya dari ujung rambut ke ujung kaki.
" Gue kerjain lu, siapa suruh bikin aku malu dan basah seperti ini. "gumam Keken dalam hati, ia tersenyum licik
" KTP dan nomer handphone, sini berikan padaku! Oh iya sebagai tambahan jaminan, berikan cincin itu. " Keken menunjuk jari manis Farah sebelah kiri.
" Enak saja! Ini cincin pertunanganku, ini sangat berharga. Kakak tidak perlu khawatir, aku tidak akan lari dari tanggung jawab pasti aku bayar. " Farah enggan memberikan cincin pertunangannya.
" Jaman sekarang mana ada yang bisa dipercaya, sekarang lu berikan atau gue telepon polisi dengan dakwaan perbuatan tidak menyenangkan. "ancam Keken
Mau tak mau Farah segera melepaskan cincin tersebut dan memberikannya pada Keken, mendengar kata polisi membuat dirinya enggan berurusan dengan pihak berwajib yang sudah pasti akan membuang waktu dan biaya untuknya.
" Jaga baik-baik cincin itu, aku pasti akan mengambilnya kembali.Ini nomer ponselku, nanti aku cicil setiap bulannya." Farah tampak sedih saat mengucapkannya, entah berapa lama ia harus mencicilnya.
"Cih! Ini pasti bukan berlian yang mahal, dijual aja paling laku murah. Jadi, siapkan uangmu untuk membayarku!"
" Tidak perlu menghina seperti itu, walaupun cincin itu bukan berlian tapi cincin itu sangat berharga untuk temanku, kamu tidak perlu sombong! " seru Vania, ia begitu geram karena pria arogan di depannya begitu menyebalkan.
Keken hanya memutar bola matanya dengan malas, ia tidak ingin berlama-lama di tempat ini.
" Jangan lupa dicicil, semakin lama kamu membayarnya maka akan ada bunga berjalan dan bisa saja cincin ini aku jual." teriak Keken sebelum masuk ke mobil sportnya.
"Bangs*t lu...!!" teriak Vania
Farah merasa tersulut dengan kata-kata bunga berjalan dan cincin yang akan dijual jika tidak dibayar. Ia melemparkan kanebo basah bekas cucian mobil kearah ke pria gila itu. Dengan cepat dan tepat kanebo mendarat dengan sempurna di wajah tampan Keken.
"Woi...!! Brengsek lu!" teriak Keken, ia tidak terima wajah tampannya dilempar sebuah lap basah.
Farah bergegas masuk ke dalam rumah dan diikuti Vania yang berlari kencang, umpatan keras dari Keken terdengar hingga ke dalam rumah.
"Gue rasa lu lagi kagak waras Dip." Vania terengah - engah mencoba mengatur nafasnya
"Ya, aku pasti sudah gila. Pria itu pasti akan membunuhku jika bertemu, tamatlah riwayatku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Juliana Zukri
awal mula bertemu
2023-03-11
0