Pangeran Modosa

Pangeran Modosa

Bab 1 ( Awal mula bertemu)

Langit begitu cerah walaupun waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Udara terasa panas ditambah dengan kemacetan yang tidak bisa terhindarkan di daerah Jekardah.

Disebuah mobil sport kini melaju ke daerah perumahan elite di daerah Jakarta Utara. Dengan pakaian casual yang rapi Keken tersenyum sumringah saat ia mengingat beberapa kejadian minggu yang lalu bersama kekasihnya.

Masih teringat jelas saat ia merasakan sentuhan bibir tipis milik sang kekasih, entah ini pacar yang keberapa, hingga Keken benar-benar lupa untuk menghitungnya. Bibir tipis nan menggoda yang selalu ia rasakan setiap kali bertemu sang pacar. Bagi Keken bergonta - ganti dengan wanita sudah seperti kebiasaan yang tidak bisa ia tinggalkan. Sentuhan dari lawan jenis membuat ia selalu haus akan kasih sayang dan selalu membuatnya ingin lagi dan lagi.

Bibir tipis nan menawan milik kekasihnya, Michelle Angela selalu membuat seorang Kendrew Pratama Feriansyah bertekuk lutut. Dan ini pertama kalinya Keken memecahkan rekor dengan predikat pacaran terlama yakni satu tahun. Kendrew atau lebih dikenal dengan nama Keken tidak pernah serius dalam berhubungan dengan wanita. Ia selalu mendua dan bermain dengan banyak wanita, Ia selalu berfikir bahwa hidup adalah senang - senang. Dan bersama dengan banyak wanita salah satu hobinya.

Playboy julukan yang tepat untuknya,wanita manapun tidak akan menolak ketampanan dari seorang Keken.

Hidupnya selalu sesuka hati, ia seorang petualang dan selalu membuat huru - hara di club malam. Dengan semua fasilitas yang diberikan orangtuanya, menjadikan ia sosok yang songong, tajir, banyak uang hingga banyak sekali gadis - gadis yang mendekati dirinya bahkan rela menyerahkan diri untuk menikmati uangnya.

Seorang pangeran yang tidak pernah merasakan susahnya hidup karena semuanya selalu dipenuhi oleh kedua orangtuanya.

Menjadi anak tunggal membuat dirinya seorang yang keras kepala, sulit diatur hingga membuat ibunya kewalahan. Gayanya yang slengean, terkadang songong dan jarang serius dalam pekerjaan membuat orang - orang di sekitarnya selalu mengelus dada karena tidak ada satu pekerjaan yang hasilnya memuaskan. Namun, disisi lain dia seorang kakak yang selalu perhatian pada adik sepupunya yang selalu dia anggap adik kandungnya. Inha, gadis itu yang selalu mengingatkan Kendrew agar tidak bermain terlalu jauh dengan para wanita. Inha tidak ingin Keken sampai menghamili gadis dan terusir dari keluarganya. Namun Keken adalah Keken, ia seolah ingin berpeluang dengan masa mudanya.

Keken pun terkadang merasa cemburu karena ibunya lebih menyayangi adik sepupunya itu, namun ia tahu bahwa sikap dan kelakuan dirinya yang selalu membuat orangtuanya kesal.

Dan sekarang disinilah kisah itu dimulai.

Keken yang mengendarai mobilnya kini menepi di bahu jalan untuk melihat GPS di handphone. Hari ini ia akan menjemput Michelle di rumah orangtuanya, tidak seperti biasanya ia selalu menjemput pacarnya di apartemen karena hari ini Michelle meminta Keken untuk sekedar menyapa orangtuanya.

Awalnya Keken tidak mau, karena baginya ini tidak penting. Hanya sekedar pacaran bukan untuk serius, itu yang selalu ada dalam pikirannya selama ini. Namun karena desakan Michelle , kali ini Keken mengiyakan permintaannya. Toh hanya sekedar menyapa tidak lebih.

Keken menghela nafasnya dan memijit kepalanya yang terasa pusing, memejamkan matanya sejenak untuk mengusir rasa pusing yang tiba-tiba mendera nya. Pekerjaan di kantor yang semakin hari semakin padat membuat dirinya kewalahan, apalagi disaat Fafa mendadak cuti. Drama rumah tangga sepupunya itu yang selalu membuat ia enggan untuk berumah tangga. Hari ini masuk, besok libur, lusa Hanin ini itulah yang membuat Fafa stres tujuh keliling, Fafa seolah hanya bayangan di kantor. Satu jam di ruangan, siang sudah tidak berada di tempat hingga membuat Keken pusing menghandle pekerjaan dan rapat dadakan. Keken dipaksa untuk bekerja lebih serius dan cepat. Menyebalkan.

Ia melihat GPS di handphonenya, namun dia merasa bingung. Seolah berputar - putar di area komplek perumahan, ia mematikan mobil dan kembali menghembuskan nafas kasarnya.

" Kok hari ini gue merasa bodoh, baca GPS aja kagak bisa!" Keken merutuki kebodohannya.

"Demi apa coba dibela - belain kesini. Pengen mingguan sama si Michelle tapi nyampe rumahnya saja kagak!" gerutunya.

Ia menjalankan mesin mobilnya kembali dan mencoba mencari alamat yang dituju.

Disisi lain,

Seorang gadis dengan kaos longgar dan dengan rambut yang diikat cepol kini sedang mencuci mobil di depan garasi rumah. Dengan telaten ia mencuci setiap bagian mobil SUV milik orangtua temannya. Hari ini ia libur kerja dan setiap ada tawaran mencuci mobil ia selalu ambil. Pekerjaan sampingan, lumayan untuk menambah uang jajan pikirnya.

" Nak Farah, ini teh nya diminum dulu. Rotinya jangan lupa dihabiskan ya. Mommy mau pergi ke salon dulu." ujar seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusia senjanya. Orangtua dari Vania, temannya.

"Terima kasih Mommy." Farah tersenyum lebar

"Nanti kalau mau pulang jangan lupa bawa makanan yang di dapur,minta saja sama bibi bungkusan warna biru,sudah Mommy siapkan."

" Oke Mih,terima kasih banyak." Farah tidak berhenti tersenyum lebar, ia selalu mendapatkan makanan saat datang dan bekerja di rumah temannya. Lumayan bisa berhemat untuk beberapa hari ke depan, pikirnya.

" Aku mana mih, kok cuma Farah yang dikasih makanan. Mommy pilih kasih, masa aku tidak dikasih uang jajan tambahan." cebik Vania dengan mengerucutkan bibirnya. Ia menadahkan tangannya, meminta uang tambahan untuk jalan malam mingguan.

" Ini anak matre juga, sudah kerja masih minta uang jajan sama Mommy."gerutu sang ibu," Nih, jangan lupa nanti Farah dibayar uang cuci mobilnya. " Mommy Vania mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan dan memberikannya pada anaknya.

"Asyik! Uangnya banyak, Farah setelah ini kita pergi malam mingguan. Ayo kita jalan ke mall." Vania begitu sumringah melihat uang di tangannya , ia melambai - lambaikan uang kertas tepat di wajah Farah

"Siap!"

"Mommy mau dianter tidak, tapi ada ongkos jalanya lho." Vania menaik turunkan alisnya

"Kagak! Mommy mau naik mobil online aja, rese emang punya anak gadis mata duitan." gerutunya

"Tapi Momy sayang kan." Vania memeluk ibunya dengan erat seraya mengelitiki tubuhnya. Vania memang gadis yang suka menggoda ibunya.

"Terpaksa sayang, sudah gede segini masa mau dimasukan lagi." kelakar Mommy, " Ya sudah jaga rumah ya, jangan lupa cuci semua mobil yang bersih ya Farah. Mommy pergi dulu, tuh mobilnya sudah datang."

" Siap Mih..!!" jawab mereka bersamaan. Mereka melihat mommy nya melambaikan tangan saat mobil mulai jalan. Dan mereka membalasnya.

"Ah, akhirnya Mami pergi juga." Vania mengikat rambutnya keatas dan membantu Farah mencuci mobil.

"Udah deh Van, lu duduk aja kan ini tugas gue. Tinggal ini doang kok, yang dua dah kinclong." Farah mengambil lap yang dipegang Vania, ia merasa tidak enak karena Vania selalu membantu dirinya.

"Nah, karena ini yang terakhir makanya gue mau bantu lu. Coba kalo ini yang pertama, gue sih ogah ye." Vania menyiram mobilnya yang penuh dengan busa hingga bersih

" Makasih, lu udah mau bantuin gue." satu ucapan yang selalu Farah lontarkan setiap kali ia mencuci mobil milik sahabatnya. Farah begitu berterima kasih karena Vania selalu membantunya disaat susah. Bisa saja keluarga Vania mengirim mobilnya ke tempat pencucian mobil, namun enggan mereka lakukan karena mereka tahu Farah lebih membutuhkan pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup. Lebih dari lima tahun mereka berteman hingga tahu kehidupan masing-masing. Perbedaan diantara mereka begitu jauh, namun Vania selalu merangkul Farah tanpa membedakan status sosialnya.

"Besok mau ke gereja? Mau dianter nggak? Sekalian aku mau cari lowongan kerja lagi" tanya Farah sembari menggosok mobil.

"Tidak usah, gue mau ke gereja bareng Andrew." Vania mengeluarkan sebuah cincin dari kantong celananya. Sebuah cincin dari pacarnya yang baru saja ia terima. Satu langkah menuju hubungan yang lebih serius

"Emang Andrew udah pulang dari Singapura?" Farah masih menggosok mobil itu tanpa melirik kearah Vania

"Sudah dong baru pulang kemarin tadi pagi dia kesini, aduh.. Aduh jariku kok sakit banget sih! Ini kenapa ya." Vania seolah meringis kesakitan. Farah bergegas menghampiri sahabatnya yang meringis sakit.

"Kamu kenapa? Coba sini aku lihat." ucap Farah begitu panik, ia mencoba memeriksa jari tangan Vania dan melihat sebuah cincin permata tersemat di jari manis sahabatnya.

"Set*n Alas!!" Farah menghentakan tangan Vania dengan kasar. " ****** Lu! sengaja kan pamer sama aku!"

"Hahahaha... Lu lucu banget Dip kalau panik begitu. Vania lebih suka memanggil nama Dipta, seperti nama laki-laki sesuai dengan gaya Farah yang tomboy dan penuh semangat.

" Tadi Andrew kesini eh ngelamar dadakan. "Vania tersenyum lebar dan menunjukan cincin di jarinya." Emang lu aja yang bisa tunangan, gue juga bisa kali. "

" Kalah gue sama lu, jangan - jangan entar lu nikah duluan. " Farah mengerucutkan bibirnya.

" Farahdilla Dipta please ya, gue masih muda kagak mau nikah dulu. Kali ini gue ngalah deh, biar lu duluan sama si Hilman. "

" Gue seneng banget akhirnya lu bisa selangkah lebih serius dengan Andrew,selamat ya sayangkuh. " Farah memeluk Vania dengan erat.

" Lepasin nggak, lepas! Pengap tahu dada lu gede" Vania memberontak ingin dilepaskan.

"Set*n lu! Ini bukan gede tapi berisi, hihihi" Mereka sudah terbiasa perang mulut dan saling bercanda.

"Coba lu cowok, gue pasti bilang Mommy buat nikah sama lu."

"Gue yang ogah, lu kalau tidur ngorok dan ngiler, ih.. geli banget." Farah memutar bola matanya dengan malas

Mendengar ucapan Farah, Vania dengan usil memutar kran air dan menyemprotkan ke wajah Farah hingga basah.

"Syukurin, basah lu hahahaha..." Vania tertawa keras dengan menyemprotkan kembali air kearah Farah.

"Eh, ****** banget ini bocah. Sini lu..." Farah mengejar Vania hingga mengelilingi mobil. "Awas ya aku balas!"

"Hahahaha... kagak kena weee..." Vania kembali meledek Farah dengan menyiramkan air kran.

Dan tidak mereka sadari ada seorang pria yang datang di depan mereka. Baru dua langkah ia ingin mengucapkan salam, namun tanpa diduga ia disambut dengan satu ember sabun cucian mobil.

" Rasakan ini..." Farah mencoba membalas dengan menyiram satu ember sabun bekas cucian mobil namun Vania yang kurus begitu gesit menghindarinya.

"Byurrrrr...." air sabun itu mendarat di wajah Keken dan membasahi seluruh badannya.

"Oh my God." Vania dan Farah begitu terkejut saat air itu menyiram seorang pria asing di depannya.

Keken yang sengaja turun dari mobilnya dan mencoba untuk bertanya alamat yang dituju kini hanya bisa pasrah saat basah kuyup dan terlihat sangat memalukan. Ia melepas kacamata hitamnya dan melihat tubuhnya yang kini kotor dan bau sabun.

"Maafkan aku pak." Farah mendekati pria tersebut dan mencoba menyentuh tubuh Keken yang basah.

"What!! Kau panggil aku apa! Bapak!" suara Keken naik beberapa oktaf

Vania melongo melihat ketampanan seorang Keken, ia menelisik dari atas hingga bawah.Otaknya mulai menghitung penampilan pria yang terlihat keren itu. Kemeja branded, sepatu branded, jam dan kacamata hitam bermerk. Vania tahu pria di depannya itu tajir dengan segala benda yang menempel pada tubuhnya.

"Van... Van..." Farah memanggil temannya agar tersadar dari lamunan nya. " Gimana ini?"

Farah begitu takut karena wajah pria di depannya menatapnya dengan tajam.

"Eh, maaf kak. Teman saya tidak sengaja menyiram kakak, kami hanya bercanda tadi."

"Aku sudah basah seperti ini kalian bilang hanya bercanda dan cukup bilang maaf!" murka Keken

"Lu tahu nggak, sepatu gue harganya tiga puluh juta, kemeja ini lima juta, jam tangan ini dua ratus juta, belum harga kacamata hitam ini dan celana jeans ini. Dan kalian hanya minta maaf." Jiwa sombong Keken kembali muncul, ia begitu kesal karena penampilannya sangat berantakan.

" Mana tahu itu barang KW semua, seperti si Aldi yang ngaku- ngaku barang ori padahal KW. " Farah tak mau kalah,ia mengingat temannya yang selalu berbohong tentang barang branded demi status sosial.

" Kamu kira aku bohong kalau semua ini ori! " kesal Keken

" Ya sudah kak, nanti saya laundry agar bersih." ucap Farah lagi

" Eh, cewek gendeng! Lu kira bayar laundrian dari semua barang gue murah! " Keken dengan senyum mengejek. " Belum harga diri gue yang lu jatuhin kayak gini. Lu nggak tahu gue siapa? Gue Keken! "

" Aku nggak tahu siapa kakak, yang aku tahu nama Keken di tempat tinggalku seorang tukang kredit, nama panjangnya Keken Asepi, orang sunda ganteng lagi, dia biasa dipanggil Kasep." celoteh Farah

Vania hanya menepuk jidatnya, kepolosan Farah benar-benar membuatnya ingin tertawa namun ia urungkan karena saat ini mereka sedang berhadapan dengan seorang pria kaya yang menatap mereka dengan tajam dan mematikan.

" Ya ampun! Kamu benar-benar bikin aku kesal, masa aku disamakan dengan tukang kredit." geram Keken sembari mengepalkan tangannya.

"Berikan aku uang dua puluh juta untuk membersihkan semua ini,seharusnya sih lebih tapi tidak masalah. Ayo bayar dua puluh juta." ucap Keken kembali

"Itu uang semua?" celetuk Farah

" Daun!" Keken bertambah kesal dengan gadis gila di depannya, bisa - bisanya disaat seperti ini gadis itu bercanda.

"Tolonglah maafkan kami, teman ku tidak sengaja, kakak kan orang kaya masa masih minta uang sama kita." Vania mencoba bernegosiasi dan meminta maaf kembali agar sang pria itu mau memaafkan mereka. Vania berpikir saat ini tidak mungkin membayar ganti rugi kerugian pria itu karena uang tabungannya habis untuk membeli mobil baru.

"Tidak! Pokoknya gue nggak mau tahu, bayar sekarang atau serahkan identitas kalian sebagai jaminan!"

Farah menunduk lemas, bayangan uang tiga ratus ribu dari hasil ia mencuci mobil tidak sebanding dengan ganti rugi yang harus ia bayarkan pada pria itu.

" Padahal aku ingin beli sepatu baru untuk Aisyah. " ucap Farah dengan lirih, ia masuk ke dalam rumah Vania dengan lemas dan tidak bersemangat.

Keken mendengar suara lirih Farah, namun ia tidak peduli.

"Ini KTP aku, nanti kalau aku punya uang aku bayar." Farah menyodorkan salah satu tanda pengenal

"Enak saja cuma KTP, mana kartu atm mu? Aku tidak percaya kalau kamu tidak punya uang.Masa tinggal di rumah elite begini tidak punya uang."

" Aku beneran tidak punya uang, ini rumah Vania bukan rumahku!"

Keken melirik ke arah Vania dan melihatnya dari ujung rambut ke ujung kaki,kemudian ia melirik Farah kembali, melihatnya dari ujung rambut ke ujung kaki.

" Gue kerjain lu, siapa suruh bikin aku malu dan basah seperti ini. "gumam Keken dalam hati, ia tersenyum licik

" KTP dan nomer handphone, sini berikan padaku! Oh iya sebagai tambahan jaminan, berikan cincin itu. " Keken menunjuk jari manis Farah sebelah kiri.

" Enak saja! Ini cincin pertunanganku, ini sangat berharga. Kakak tidak perlu khawatir, aku tidak akan lari dari tanggung jawab pasti aku bayar. " Farah enggan memberikan cincin pertunangannya.

" Jaman sekarang mana ada yang bisa dipercaya, sekarang lu berikan atau gue telepon polisi dengan dakwaan perbuatan tidak menyenangkan. "ancam Keken

Mau tak mau Farah segera melepaskan cincin tersebut dan memberikannya pada Keken, mendengar kata polisi membuat dirinya enggan berurusan dengan pihak berwajib yang sudah pasti akan membuang waktu dan biaya untuknya.

" Jaga baik-baik cincin itu, aku pasti akan mengambilnya kembali.Ini nomer ponselku, nanti aku cicil setiap bulannya." Farah tampak sedih saat mengucapkannya, entah berapa lama ia harus mencicilnya.

"Cih! Ini pasti bukan berlian yang mahal, dijual aja paling laku murah. Jadi, siapkan uangmu untuk membayarku!"

" Tidak perlu menghina seperti itu, walaupun cincin itu bukan berlian tapi cincin itu sangat berharga untuk temanku, kamu tidak perlu sombong! " seru Vania, ia begitu geram karena pria arogan di depannya begitu menyebalkan.

Keken hanya memutar bola matanya dengan malas, ia tidak ingin berlama-lama di tempat ini.

" Jangan lupa dicicil, semakin lama kamu membayarnya maka akan ada bunga berjalan dan bisa saja cincin ini aku jual." teriak Keken sebelum masuk ke mobil sportnya.

"Bangs*t lu...!!" teriak Vania

Farah merasa tersulut dengan kata-kata bunga berjalan dan cincin yang akan dijual jika tidak dibayar. Ia melemparkan kanebo basah bekas cucian mobil kearah ke pria gila itu. Dengan cepat dan tepat kanebo mendarat dengan sempurna di wajah tampan Keken.

"Woi...!! Brengsek lu!" teriak Keken, ia tidak terima wajah tampannya dilempar sebuah lap basah.

Farah bergegas masuk ke dalam rumah dan diikuti Vania yang berlari kencang, umpatan keras dari Keken terdengar hingga ke dalam rumah.

"Gue rasa lu lagi kagak waras Dip." Vania terengah - engah mencoba mengatur nafasnya

"Ya, aku pasti sudah gila. Pria itu pasti akan membunuhku jika bertemu, tamatlah riwayatku."

Terpopuler

Comments

Juliana Zukri

Juliana Zukri

awal mula bertemu

2023-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Awal mula bertemu)
2 Bab 2 ( Dua cewek stress)
3 Bab 3 ( Pulang ke rumah)
4 Bab 4 ( Cerita Fadil)
5 Bab 5 ( Pergi ke toko sepatu)
6 Bab 6 (Rumah bagai neraka)
7 Bab 7
8 Bab 8 ( Bertemu pangeran baik)
9 Bab 9 ( Persahabatan tiga wanita)
10 Bab 10 (Curhat malam hari)
11 Bab 11 ( Tiga teman gila)
12 Bab 12 ( Kencan bersama Hilman)
13 Bab 13 ( Bertemu pria gila lagi)
14 Bab 14 ( Ternyata dia bos)
15 Bab 15 ( Merasa diabaikan)
16 Bab 16 ( Berdebat dengan Pria Songong)
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20 ( Bertemu Nona Inha)
21 Bab 21
22 Bab 22 ( Drama yang tidak lucu)
23 Bab 23 ( Princess kembar di apartemen)
24 Bab 24 ( Debatnya Kakak beradik )
25 Bab 25
26 Bab 26 ( Sakit)
27 Bab 27 ( Impian bersama Hilman)
28 Bab 28
29 Bab 29 ( Ingin mengurus proyek Utara)
30 Bab 30 ( Putus dari Michelle)
31 Bab 31 ( Komplen masakan)
32 Bab 32 ( Debat dengan Dini)
33 Bab 33 ( Rumah sakit)
34 Bab 34
35 Bab 35 ( Perasaan yang campur aduk)
36 Bab 36 ( Papih dan anak yang sama gilanya)
37 Bab 37 (Berbuat ulah di restoran lagi)
38 Bab 38 ( Bertemu Nyonya besar )
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41 (Si gadis bunuh diri)
42 Bab 42
43 Bab 43 (Debat di ruang kerja)
44 Bab 44 (Membuat cake)
45 Bab 45 ( Jauhi Dia)
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48 ( Pria menyebalkan)
49 Bab 49
50 Bab 50 ( Berkata jujur)
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53 (Pergi bersama untuk yang terakhir kalinya)
54 Bab 54
55 Bab 55 (Kecewa kedua kalinya)
56 Bab 56 ( Kisah dimasa lalu)
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59 ( Bisikan Setan)
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62 ( Gejala Kehamilan)
63 Bab 63 ( Janin ini milik pria itu)
64 Bab 64 (Aku tidak ingin mengandung bayi ini!)
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68 ( Ikut dengan pengawal)
69 Bab 69 ( Bertemu Nyonya Besar lagi)
70 Bab 70
71 Bab 71 ( Kembali dari Malang)
72 Bab 72
73 Bab 73 (Kita harus berpisah)
74 Bab 74 (Bertemu lagi)
75 Bab 75
76 Bab 76 ( Terpuruk)
77 Bab 77
78 Bab 78 ( Pingsan)
79 Bab 79 ( Aku membencimu!!)
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83 ( Cerita versi bapak)
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88 (Maaf)
89 Bab 89 ( Ayo kita menikah)
90 Bab 90 (konsep pernikahan yang tidak masuk akal)
91 Bab 91 ( Pernikahan)
92 Bab 91.2 ( Biduan yang aneh)
93 Bab 92 (Teman gila)
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 95.2 ( Dia istriku)
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Draft
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108 ( Angkot)
111 Bab 109
112 Bab 110 ( Ghibahin Tetangga)
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115 (Temen Setan)
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118 (Mie instan)
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124 (Gara - gara cerita putri salju)
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128 (Kamu pihak ketiga, bukan dia!)
131 Bab 129
132 Bab 130 ( Dikasih hati minta jantung)
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134 (Bertemu Wina)
137 Bab 135 (Di rumah keluarga Farah)
138 Bab 136 (Hadiah)
139 Bab 137 ( Kamar)
140 Bab 138 ( Gangguan dua adik Farah)
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144 ( Bertemu Hilman lagi)
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148 ( Di Cafe Michelle)
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151 (Wina lagi)
154 Bab 152 ( Hatiku begitu sakit)
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155 (Aku mau...)
158 Bab 156
159 Bab 157 (Aku yang kurang tampan)
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 Bab 163 ( Bantu aku)
166 Bab 164 (Mengeluh)
167 Bab 165 ( Merayu suami ala Farah)
168 Bab 166
169 Bab 167
170 Bab 168 ( Amarah papih Feri)
171 Bab 169 (Kesempatan kedua)
172 Bab 170
173 Bab 171
174 Bab 172 (Pasar)
175 Bab 173 ( Memasak ala Dini)
176 Bab 174
177 Bab 175 (Pasar malam)
178 Bab 176
179 Bab 177
180 Bab 178
181 Bab 179
182 Bab 180
183 Bab 181
184 Bab 182
185 Bab 183 (Pembalasan dari Hilman)
186 Bab 184
187 Bab 185
188 Bab 186
189 Ban 187
190 Bab 188
191 Bab 189
192 Bab 190 ( Hilangnya Keken)
193 Bab 191 (Mencari Keken)
194 Bab 192
195 Bab 193
196 Bab 194 ( Hanya aku yang tidak tahu)
197 Bab 195
198 Bab 196
199 Bab 197
200 Bab 198
201 Bab 199
202 Bab 200 ( Menemukan Keken)
203 Bab 201
204 Bab 202
205 Bab 203
206 Bab 204
207 Bab 205
208 Bab 206
209 Bab 207
210 Bab 208
211 Bab 209
212 Bab 210
213 Bab 211
214 Bab 212
215 Bab 213
216 Bab 214
217 Bab 215
218 Bab 216
219 Bab 217
220 Bab 218
221 Bab 219
222 Bab 220
223 Bab 221
224 Bab 222
225 Bab 223
226 Bab 224
227 Bab 225
228 Bab 226
229 Bab 227
230 Draft
231 Bab 229
232 Bab 230
233 Bab 231
234 Bab 232
235 Bab 233
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Bab 1 ( Awal mula bertemu)
2
Bab 2 ( Dua cewek stress)
3
Bab 3 ( Pulang ke rumah)
4
Bab 4 ( Cerita Fadil)
5
Bab 5 ( Pergi ke toko sepatu)
6
Bab 6 (Rumah bagai neraka)
7
Bab 7
8
Bab 8 ( Bertemu pangeran baik)
9
Bab 9 ( Persahabatan tiga wanita)
10
Bab 10 (Curhat malam hari)
11
Bab 11 ( Tiga teman gila)
12
Bab 12 ( Kencan bersama Hilman)
13
Bab 13 ( Bertemu pria gila lagi)
14
Bab 14 ( Ternyata dia bos)
15
Bab 15 ( Merasa diabaikan)
16
Bab 16 ( Berdebat dengan Pria Songong)
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20 ( Bertemu Nona Inha)
21
Bab 21
22
Bab 22 ( Drama yang tidak lucu)
23
Bab 23 ( Princess kembar di apartemen)
24
Bab 24 ( Debatnya Kakak beradik )
25
Bab 25
26
Bab 26 ( Sakit)
27
Bab 27 ( Impian bersama Hilman)
28
Bab 28
29
Bab 29 ( Ingin mengurus proyek Utara)
30
Bab 30 ( Putus dari Michelle)
31
Bab 31 ( Komplen masakan)
32
Bab 32 ( Debat dengan Dini)
33
Bab 33 ( Rumah sakit)
34
Bab 34
35
Bab 35 ( Perasaan yang campur aduk)
36
Bab 36 ( Papih dan anak yang sama gilanya)
37
Bab 37 (Berbuat ulah di restoran lagi)
38
Bab 38 ( Bertemu Nyonya besar )
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41 (Si gadis bunuh diri)
42
Bab 42
43
Bab 43 (Debat di ruang kerja)
44
Bab 44 (Membuat cake)
45
Bab 45 ( Jauhi Dia)
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48 ( Pria menyebalkan)
49
Bab 49
50
Bab 50 ( Berkata jujur)
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53 (Pergi bersama untuk yang terakhir kalinya)
54
Bab 54
55
Bab 55 (Kecewa kedua kalinya)
56
Bab 56 ( Kisah dimasa lalu)
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59 ( Bisikan Setan)
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62 ( Gejala Kehamilan)
63
Bab 63 ( Janin ini milik pria itu)
64
Bab 64 (Aku tidak ingin mengandung bayi ini!)
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68 ( Ikut dengan pengawal)
69
Bab 69 ( Bertemu Nyonya Besar lagi)
70
Bab 70
71
Bab 71 ( Kembali dari Malang)
72
Bab 72
73
Bab 73 (Kita harus berpisah)
74
Bab 74 (Bertemu lagi)
75
Bab 75
76
Bab 76 ( Terpuruk)
77
Bab 77
78
Bab 78 ( Pingsan)
79
Bab 79 ( Aku membencimu!!)
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83 ( Cerita versi bapak)
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88 (Maaf)
89
Bab 89 ( Ayo kita menikah)
90
Bab 90 (konsep pernikahan yang tidak masuk akal)
91
Bab 91 ( Pernikahan)
92
Bab 91.2 ( Biduan yang aneh)
93
Bab 92 (Teman gila)
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 95.2 ( Dia istriku)
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Draft
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108 ( Angkot)
111
Bab 109
112
Bab 110 ( Ghibahin Tetangga)
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115 (Temen Setan)
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118 (Mie instan)
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124 (Gara - gara cerita putri salju)
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128 (Kamu pihak ketiga, bukan dia!)
131
Bab 129
132
Bab 130 ( Dikasih hati minta jantung)
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134 (Bertemu Wina)
137
Bab 135 (Di rumah keluarga Farah)
138
Bab 136 (Hadiah)
139
Bab 137 ( Kamar)
140
Bab 138 ( Gangguan dua adik Farah)
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144 ( Bertemu Hilman lagi)
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148 ( Di Cafe Michelle)
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151 (Wina lagi)
154
Bab 152 ( Hatiku begitu sakit)
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155 (Aku mau...)
158
Bab 156
159
Bab 157 (Aku yang kurang tampan)
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
Bab 163 ( Bantu aku)
166
Bab 164 (Mengeluh)
167
Bab 165 ( Merayu suami ala Farah)
168
Bab 166
169
Bab 167
170
Bab 168 ( Amarah papih Feri)
171
Bab 169 (Kesempatan kedua)
172
Bab 170
173
Bab 171
174
Bab 172 (Pasar)
175
Bab 173 ( Memasak ala Dini)
176
Bab 174
177
Bab 175 (Pasar malam)
178
Bab 176
179
Bab 177
180
Bab 178
181
Bab 179
182
Bab 180
183
Bab 181
184
Bab 182
185
Bab 183 (Pembalasan dari Hilman)
186
Bab 184
187
Bab 185
188
Bab 186
189
Ban 187
190
Bab 188
191
Bab 189
192
Bab 190 ( Hilangnya Keken)
193
Bab 191 (Mencari Keken)
194
Bab 192
195
Bab 193
196
Bab 194 ( Hanya aku yang tidak tahu)
197
Bab 195
198
Bab 196
199
Bab 197
200
Bab 198
201
Bab 199
202
Bab 200 ( Menemukan Keken)
203
Bab 201
204
Bab 202
205
Bab 203
206
Bab 204
207
Bab 205
208
Bab 206
209
Bab 207
210
Bab 208
211
Bab 209
212
Bab 210
213
Bab 211
214
Bab 212
215
Bab 213
216
Bab 214
217
Bab 215
218
Bab 216
219
Bab 217
220
Bab 218
221
Bab 219
222
Bab 220
223
Bab 221
224
Bab 222
225
Bab 223
226
Bab 224
227
Bab 225
228
Bab 226
229
Bab 227
230
Draft
231
Bab 229
232
Bab 230
233
Bab 231
234
Bab 232
235
Bab 233

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!