Bab 4 ( Cerita Fadil)

Farah masuk ke dalam kamarnya dan melihat adik bungsunya yang sedang tertidur dengan posisi melintang. Di dalam rumah ayahnya terdapat tiga kamar tidur. Kamar utama untuk kedua orangtuanya, satu untuk Fadil dan satu untuk Farah dan Aisyah.

Farah menghela nafasnya dan mencoba membenarkan posisi adiknya yang sedang tertidur agar lebih nyaman. Ia menyapu anak rambut adiknya yang menutupi wajah kecilnya itu. Tidak terasa mata Farah berkaca-kaca mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Saat ayahnya mengucapkan kata maaf, jauh dilubuk hatinya ia merasa hangat. Satu kata yang mampu memporak - porandakan hati Farah. Sejak dulu ayahnya selalu terlihat acuh tak acuh bahkan dalam satu rumah. Tidak saling menyapa dan tidak ada bahan untuk dibicarakan. Mereka saling diam dan sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Ayah, aku rindu sosokmu yang terdahulu saat ibu masih hidup." lirih Farah sembari membenamkan wajahnya di bantal. Menagisi hidupnya yang malang karena semenjak ibunya meninggal, semuanya berubah termasuk sikap ayahnya.

"Tok... Tok.. Tok..."

Fadil masuk ke dalam kamar kakaknya dan dengan cepat membuka karpet lantai tempat untuk tidur dirinya. Sejak Farah memutuskan untuk pergi dari rumah, Fadil terkadang menemani Aisyah untuk tidur walaupun hanya di lantai.

Ia sengaja tidur di karpet karena udara di Jekardah begitu panas dan dengan tidur di bawah dia bisa tidur nyenyak.

Fadil suka menggoda adik bungsunya. Ia pun terkadang membantu adiknya mengerjakan PR sekolah yang tidak bisa Aisyah kerjakan.

"Kakak sudah tidur?" tanya Fadil dengan melirik Farah

"Belum." Farah mengusap bekas airmatanya dan seolah tidak terjadi apa-apa. Ia melirik adiknya yang bertelanjang dada. Membuang kaosnya ke sembarang tempat.

" Aku kangen kakak."

"Kangen aku atau uangku!"

"Hehehehe, kali ini beneran kangen kakak bukan uangmu."

" Kakak tahu, dari siang Aisyah nanya terus kapan kakak sampai ke rumah. Dia ingin bertemu kakak dan minta sepatu baru." Fadil menopang kepalanya dengan tangan dan menghadap kearah Farah.

" Tadi dia sempat nangis karena kakak belum sampai juga dan tumben banget ayah bilang, Ai jangan minta macam - macam sama kakak Farah, kasihan dia!" sambung Fadil lagi

" Ayah kesambet setan apa ya kak, tumben ngomongnya kayak gitu."

" Padahal tadi siang ibu sudah dikasih uang sama ayah agar beli sepatu untuk Ai tapi nggak tau deh, si ibu mah begitu. " Fadil mengadu dengan kesal tentang kelakuan sang ibu.

" Besok jadi ke pasar? Fadil ikut ya." Fadil begitu antusias saat Farah akan pergi bersama Aisyah karena kakaknya pasti akan memberikan uang atau barang untuknya juga.Farah tidak pernah pelit dengannya walaupun ia hanya saudara tiri.

"Besok ke toko saja, nanti kita naik angkot." balas Farah pendek

"Asyik, aku ikut yes!" Fadil begitu bergembira karena ini juga salah satu moment bersama kakaknya.

"Kakak ada masalah?" Fadil menelisik wajah kakaknya yang kian kurus dan pendiam, tidak seperti biasanya yang selalu ceria saat bersama dirinya dan Ai

"Tidak ada, kakak hanya kelelahan."

"Mau Fadil pijitin?"

"Tidak usah"

"Fadil,boleh kakak tanya sesuatu?"

"Apa?"

" Apa kakak merasakan kalau sekarang ayah lebih peduli dengan kita? Apa ini hanya perasaan Fadil ya?" tanyanya

"Sejak kapan ya?" Fadil mencoba mengingat - ingat, "Sepertinya setelah kakak dilamar A Hilman deh."

"Ayah juga sekarang sering bercanda dan tertawa. Sepertinya dia senang akhirnya kakak punya calon suami yang baik."

"Masa sih!" Farah seolah tidak percaya, namun setelah mendengarkan pendapat Fadil memang ayahnya ada perubahan setelah dirinya dilamar Hilman.

"Iya, sekarang aku minta uang jajan aja selalu dikasih. Dulu mah harus nungguin ini itu, minta dua puluh ribu cuma dapat sepuluh ribu." gerutu Fadil sembari mengerucutkan bibirnya, ayahnya begitu pelit saat dimintai uang.

Farah menerawang jauh, mengingat saat keluarga Hilman datang dan melamarnya. Raut wajah ayahnya tersenyum simpul dan menerima Hilman sebagai calon menantunya. Sedangkan ibu tirinya, sudah biasa ia selalu bermuka dua dan menggunakan senyum palsunya untuk menutupinya.

"Kak, kakak Kok ngelamun sih!"

"Kakak ngantuk, huuaaa..." Farah tersadar dari lamunannya dan sengaja berbohong dengan cara menguap agar terlihat sedang mengantuk.

"Ya sudah kakak tidur gih, tapi besok aku ikut pergi ke toko sepatu ya."

"Iya, kamu pengen sepatu juga?" tanya Farah

"Tidak!, aku hanya ingin menemani saja. Sudah lama kita tidak jalan bersama bahkan Fadil lupa kapan kita tamasya bersama satu keluarga. Fadil kangen hal itu."

"Yakin tidak mau sepatu?"

" Tidak kak, beneran Fadil hanya ingin jalan - jalan dengan kakak saja."

Farah hanya tersenyum kecut, ia juga merasakan hal yang sama. Merindukan hangatnya keluarga yang bisa saling memberi kasih sayang, tersenyum dan tertawa bersama.Namun sayangnya, itu sudah lama berlalu.

" Kak. "panggil Fadil

" Apalagi? "

" Maafkan semua kesalahan ibu ya. " Fadil yang tahu sifat ibunya hanya bisa menyampaikan permintaan maaf. Ia tahu ibunya tidak menyukai Farah dan selalu saja berbuat ulah hingga Farah terusir dari rumah. Dulu, Farah memang tinggal bersama mereka namun ada satu kejadian dimana Farah dan ibunya bertengkar hebat mau tak mau Farah mengalah dan keluar dari rumah itu. Dan ayahnya pun hanya diam, tak bisa berbuat banyak. Ayahnya lebih memilih istrinya dan menyuruh Farah untuk pergi dari rumah. Tidak ada pembelaan saat itu hingga akhirnya Farah sakit hati dengan sang ayah. Namun, satu kalimat yang Farah ingat dari ayahnya.

" Pergilah dari sini, hiduplah mandiri."

"Hanya ini yang bisa ayah berikan."

Saat itu ayahnya memberikan beberapa lembar uang untuk dirinya, sebagai modal untuk hidup mandiri dan tentu saja uang itu tidak diketahui oleh ibu tirinya. Andai saja si ibu tahu kalau suaminya memberikan uang untuk Farah yang ada gadis itu akan dilabrak dan di marahi habis - habisan.

"Kakak?!" Farah terlihat melamun lagi

"Jangan melamun ih, takut kesurupan setan. Pikiran kita tidak boleh kosong nanti kesambet."

"Iya, kamu setan nya." Farah terkekeh saat melihat Fadil mengerucutkan bibirnya.

"Fadil, apapun yang terjadi antara kakak dan ibu, itu urusan kami. Dan kamu tetap adik kakak." Farah akhirnya beranjak dan tiduran di bawah karpet di samping adik laki-laki nya.

"Kakak memang yang terbaik." Fadil memeluk kakaknya dari samping, entah berapa lama ia tidak bercengkrama seperti ini dengan Farah. Dulu saat Farah masih di rumah, Fadil selalu senang karena kakak bisa diandalkan membantu tugas sekolah tidak seperti saat ini, Fadil harus mengerjakan apapun sendiri dan tidak ada tempat untuk berkeluh kesah. Ia benar-benar kehilangan sosok seorang kakak saat Farah pergi meninggalkan rumah.

"Aku selalu berdo'a kakak akan selalu bahagia dengan A Hilman." ucap Fadil disela-sela pembicaraan mereka.

Farah melirik adiknya yang terlihat begitu serius saat mengatakan nya.

"Fadil yakin, A Hilman bisa menjaga dan memberikan kasih sayang untuk kakak. Kasih sayang yang tidak bisa ayah berikan untukmu, Kak."

"Apaan sih Dil! tumben banget adik kakak ngomong begini. Kakak kan jadi melow." Farah langsung berkaca-kaca dan memeluk adiknya.

"Ih, malu kak. Udah gede masih cengeng kaya Ai." godanya. " Jangan lupa isi pulsa Fadil ya, sebagai bonus karena Fadil berhasil bikin kakak mewek hihihi.."

"Dasar adik rese, kakak kira beneran ucapannya ternyata ada udang dibalik bakwan." Farah mencubiti tubuh adiknya yang selalu jahil. Dirinya sempat terharu tapi nyatanya Fadil hanya bercanda.

"Ampun kak, ucapan yang tadi beneran. Fadil selalu do'ain kakak kok." Ia menahan tangan Farah agar tidak menggelitiki tubuhnya. Geli.

Mereka mengobrol hingga larut malam, tidak mau menyia-nyiakan waktu saat bersama. Walaupun mereka bukan saudara kandung, tapi mereka saling menyayangi satu sama lain.

Episodes
1 Bab 1 ( Awal mula bertemu)
2 Bab 2 ( Dua cewek stress)
3 Bab 3 ( Pulang ke rumah)
4 Bab 4 ( Cerita Fadil)
5 Bab 5 ( Pergi ke toko sepatu)
6 Bab 6 (Rumah bagai neraka)
7 Bab 7
8 Bab 8 ( Bertemu pangeran baik)
9 Bab 9 ( Persahabatan tiga wanita)
10 Bab 10 (Curhat malam hari)
11 Bab 11 ( Tiga teman gila)
12 Bab 12 ( Kencan bersama Hilman)
13 Bab 13 ( Bertemu pria gila lagi)
14 Bab 14 ( Ternyata dia bos)
15 Bab 15 ( Merasa diabaikan)
16 Bab 16 ( Berdebat dengan Pria Songong)
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20 ( Bertemu Nona Inha)
21 Bab 21
22 Bab 22 ( Drama yang tidak lucu)
23 Bab 23 ( Princess kembar di apartemen)
24 Bab 24 ( Debatnya Kakak beradik )
25 Bab 25
26 Bab 26 ( Sakit)
27 Bab 27 ( Impian bersama Hilman)
28 Bab 28
29 Bab 29 ( Ingin mengurus proyek Utara)
30 Bab 30 ( Putus dari Michelle)
31 Bab 31 ( Komplen masakan)
32 Bab 32 ( Debat dengan Dini)
33 Bab 33 ( Rumah sakit)
34 Bab 34
35 Bab 35 ( Perasaan yang campur aduk)
36 Bab 36 ( Papih dan anak yang sama gilanya)
37 Bab 37 (Berbuat ulah di restoran lagi)
38 Bab 38 ( Bertemu Nyonya besar )
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41 (Si gadis bunuh diri)
42 Bab 42
43 Bab 43 (Debat di ruang kerja)
44 Bab 44 (Membuat cake)
45 Bab 45 ( Jauhi Dia)
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48 ( Pria menyebalkan)
49 Bab 49
50 Bab 50 ( Berkata jujur)
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53 (Pergi bersama untuk yang terakhir kalinya)
54 Bab 54
55 Bab 55 (Kecewa kedua kalinya)
56 Bab 56 ( Kisah dimasa lalu)
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59 ( Bisikan Setan)
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62 ( Gejala Kehamilan)
63 Bab 63 ( Janin ini milik pria itu)
64 Bab 64 (Aku tidak ingin mengandung bayi ini!)
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68 ( Ikut dengan pengawal)
69 Bab 69 ( Bertemu Nyonya Besar lagi)
70 Bab 70
71 Bab 71 ( Kembali dari Malang)
72 Bab 72
73 Bab 73 (Kita harus berpisah)
74 Bab 74 (Bertemu lagi)
75 Bab 75
76 Bab 76 ( Terpuruk)
77 Bab 77
78 Bab 78 ( Pingsan)
79 Bab 79 ( Aku membencimu!!)
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83 ( Cerita versi bapak)
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88 (Maaf)
89 Bab 89 ( Ayo kita menikah)
90 Bab 90 (konsep pernikahan yang tidak masuk akal)
91 Bab 91 ( Pernikahan)
92 Bab 91.2 ( Biduan yang aneh)
93 Bab 92 (Teman gila)
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 95.2 ( Dia istriku)
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Draft
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108 ( Angkot)
111 Bab 109
112 Bab 110 ( Ghibahin Tetangga)
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115 (Temen Setan)
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118 (Mie instan)
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124 (Gara - gara cerita putri salju)
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128 (Kamu pihak ketiga, bukan dia!)
131 Bab 129
132 Bab 130 ( Dikasih hati minta jantung)
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134 (Bertemu Wina)
137 Bab 135 (Di rumah keluarga Farah)
138 Bab 136 (Hadiah)
139 Bab 137 ( Kamar)
140 Bab 138 ( Gangguan dua adik Farah)
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144 ( Bertemu Hilman lagi)
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148 ( Di Cafe Michelle)
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151 (Wina lagi)
154 Bab 152 ( Hatiku begitu sakit)
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155 (Aku mau...)
158 Bab 156
159 Bab 157 (Aku yang kurang tampan)
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 Bab 163 ( Bantu aku)
166 Bab 164 (Mengeluh)
167 Bab 165 ( Merayu suami ala Farah)
168 Bab 166
169 Bab 167
170 Bab 168 ( Amarah papih Feri)
171 Bab 169 (Kesempatan kedua)
172 Bab 170
173 Bab 171
174 Bab 172 (Pasar)
175 Bab 173 ( Memasak ala Dini)
176 Bab 174
177 Bab 175 (Pasar malam)
178 Bab 176
179 Bab 177
180 Bab 178
181 Bab 179
182 Bab 180
183 Bab 181
184 Bab 182
185 Bab 183 (Pembalasan dari Hilman)
186 Bab 184
187 Bab 185
188 Bab 186
189 Ban 187
190 Bab 188
191 Bab 189
192 Bab 190 ( Hilangnya Keken)
193 Bab 191 (Mencari Keken)
194 Bab 192
195 Bab 193
196 Bab 194 ( Hanya aku yang tidak tahu)
197 Bab 195
198 Bab 196
199 Bab 197
200 Bab 198
201 Bab 199
202 Bab 200 ( Menemukan Keken)
203 Bab 201
204 Bab 202
205 Bab 203
206 Bab 204
207 Bab 205
208 Bab 206
209 Bab 207
210 Bab 208
211 Bab 209
212 Bab 210
213 Bab 211
214 Bab 212
215 Bab 213
216 Bab 214
217 Bab 215
218 Bab 216
219 Bab 217
220 Bab 218
221 Bab 219
222 Bab 220
223 Bab 221
224 Bab 222
225 Bab 223
226 Bab 224
227 Bab 225
228 Bab 226
229 Bab 227
230 Draft
231 Bab 229
232 Bab 230
233 Bab 231
234 Bab 232
235 Bab 233
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Bab 1 ( Awal mula bertemu)
2
Bab 2 ( Dua cewek stress)
3
Bab 3 ( Pulang ke rumah)
4
Bab 4 ( Cerita Fadil)
5
Bab 5 ( Pergi ke toko sepatu)
6
Bab 6 (Rumah bagai neraka)
7
Bab 7
8
Bab 8 ( Bertemu pangeran baik)
9
Bab 9 ( Persahabatan tiga wanita)
10
Bab 10 (Curhat malam hari)
11
Bab 11 ( Tiga teman gila)
12
Bab 12 ( Kencan bersama Hilman)
13
Bab 13 ( Bertemu pria gila lagi)
14
Bab 14 ( Ternyata dia bos)
15
Bab 15 ( Merasa diabaikan)
16
Bab 16 ( Berdebat dengan Pria Songong)
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20 ( Bertemu Nona Inha)
21
Bab 21
22
Bab 22 ( Drama yang tidak lucu)
23
Bab 23 ( Princess kembar di apartemen)
24
Bab 24 ( Debatnya Kakak beradik )
25
Bab 25
26
Bab 26 ( Sakit)
27
Bab 27 ( Impian bersama Hilman)
28
Bab 28
29
Bab 29 ( Ingin mengurus proyek Utara)
30
Bab 30 ( Putus dari Michelle)
31
Bab 31 ( Komplen masakan)
32
Bab 32 ( Debat dengan Dini)
33
Bab 33 ( Rumah sakit)
34
Bab 34
35
Bab 35 ( Perasaan yang campur aduk)
36
Bab 36 ( Papih dan anak yang sama gilanya)
37
Bab 37 (Berbuat ulah di restoran lagi)
38
Bab 38 ( Bertemu Nyonya besar )
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41 (Si gadis bunuh diri)
42
Bab 42
43
Bab 43 (Debat di ruang kerja)
44
Bab 44 (Membuat cake)
45
Bab 45 ( Jauhi Dia)
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48 ( Pria menyebalkan)
49
Bab 49
50
Bab 50 ( Berkata jujur)
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53 (Pergi bersama untuk yang terakhir kalinya)
54
Bab 54
55
Bab 55 (Kecewa kedua kalinya)
56
Bab 56 ( Kisah dimasa lalu)
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59 ( Bisikan Setan)
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62 ( Gejala Kehamilan)
63
Bab 63 ( Janin ini milik pria itu)
64
Bab 64 (Aku tidak ingin mengandung bayi ini!)
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68 ( Ikut dengan pengawal)
69
Bab 69 ( Bertemu Nyonya Besar lagi)
70
Bab 70
71
Bab 71 ( Kembali dari Malang)
72
Bab 72
73
Bab 73 (Kita harus berpisah)
74
Bab 74 (Bertemu lagi)
75
Bab 75
76
Bab 76 ( Terpuruk)
77
Bab 77
78
Bab 78 ( Pingsan)
79
Bab 79 ( Aku membencimu!!)
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83 ( Cerita versi bapak)
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88 (Maaf)
89
Bab 89 ( Ayo kita menikah)
90
Bab 90 (konsep pernikahan yang tidak masuk akal)
91
Bab 91 ( Pernikahan)
92
Bab 91.2 ( Biduan yang aneh)
93
Bab 92 (Teman gila)
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 95.2 ( Dia istriku)
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Draft
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108 ( Angkot)
111
Bab 109
112
Bab 110 ( Ghibahin Tetangga)
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115 (Temen Setan)
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118 (Mie instan)
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124 (Gara - gara cerita putri salju)
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128 (Kamu pihak ketiga, bukan dia!)
131
Bab 129
132
Bab 130 ( Dikasih hati minta jantung)
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134 (Bertemu Wina)
137
Bab 135 (Di rumah keluarga Farah)
138
Bab 136 (Hadiah)
139
Bab 137 ( Kamar)
140
Bab 138 ( Gangguan dua adik Farah)
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144 ( Bertemu Hilman lagi)
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148 ( Di Cafe Michelle)
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151 (Wina lagi)
154
Bab 152 ( Hatiku begitu sakit)
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155 (Aku mau...)
158
Bab 156
159
Bab 157 (Aku yang kurang tampan)
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
Bab 163 ( Bantu aku)
166
Bab 164 (Mengeluh)
167
Bab 165 ( Merayu suami ala Farah)
168
Bab 166
169
Bab 167
170
Bab 168 ( Amarah papih Feri)
171
Bab 169 (Kesempatan kedua)
172
Bab 170
173
Bab 171
174
Bab 172 (Pasar)
175
Bab 173 ( Memasak ala Dini)
176
Bab 174
177
Bab 175 (Pasar malam)
178
Bab 176
179
Bab 177
180
Bab 178
181
Bab 179
182
Bab 180
183
Bab 181
184
Bab 182
185
Bab 183 (Pembalasan dari Hilman)
186
Bab 184
187
Bab 185
188
Bab 186
189
Ban 187
190
Bab 188
191
Bab 189
192
Bab 190 ( Hilangnya Keken)
193
Bab 191 (Mencari Keken)
194
Bab 192
195
Bab 193
196
Bab 194 ( Hanya aku yang tidak tahu)
197
Bab 195
198
Bab 196
199
Bab 197
200
Bab 198
201
Bab 199
202
Bab 200 ( Menemukan Keken)
203
Bab 201
204
Bab 202
205
Bab 203
206
Bab 204
207
Bab 205
208
Bab 206
209
Bab 207
210
Bab 208
211
Bab 209
212
Bab 210
213
Bab 211
214
Bab 212
215
Bab 213
216
Bab 214
217
Bab 215
218
Bab 216
219
Bab 217
220
Bab 218
221
Bab 219
222
Bab 220
223
Bab 221
224
Bab 222
225
Bab 223
226
Bab 224
227
Bab 225
228
Bab 226
229
Bab 227
230
Draft
231
Bab 229
232
Bab 230
233
Bab 231
234
Bab 232
235
Bab 233

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!