Denis membanting tubuhnya di sofa rumahnya dengan sedikit kasar. Dia sangat kesal karena mengingat ucapan dari sang mommy.
" Pokoknya aku nggak mau," ucap Denis Seraya membuang muka.
Sementara Vega, wanita paruh baya itu menatap tajam ke arah sang anak." Hei kau lihat ini!" teriaknya Seraya menunjukkan sesuatu ke arah ponselnya.
Denis yang mendengarnya, mengikuti ucapan sang Mommy dengan sedikit enggan. Namun beberapa detik kemudian, matanya melebar dengan sempurna pupil matanya melebar.
Tatkala dirinya melihat headline sebuah berita yang membuat emosinya seketika memuncak." Shit Damn " ucapnya Seraya mengusap wajahnya kasar.
Kemudian dirinya menatap Sang mommy dengan tatapan yang sarat akan intimidasi. Hal itu membuat Vega sedikit kesal.
" hei kenapa kau liatin aku seperti itu, bukan Mommy yang melakukan itu" ucapnya dengan tatapan bersungguh-sungguh.
Hal itu tentu saja membuat Daniel kembali mengusap wajahnya dengan kasar. karena memang sepertinya bukan ibunya yang melakukan hal itu.
" bagaimana kamu masih mau menolak usulan mommy,?" tanya Vega dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
Sejenak Denis terdiam. Dirinya Tengah menimbang baik buruknya. dan setelah beberapa saat, kepala laki-laki itu menggeleng. pertanda ia tidak mau melakukan hal itu.
" jika kau tidak mau, maka Perusahaan kita pasti akan terkena dampaknya son. jadi sudah Mommy putuskan, kau harus tetap menerima pernikahan ini." ucap Vega dengan tegas.
Denis yang mendengarnya seketika mendongakkan kepala. menatap wajah sang ibu." mom please lah, aku nggak mau. apalagi menikah dengan orang yang tidak aku kenal." ucapnya sedikit merengek.
Vega yang mendengarnya, menghela nafas panjang." lalu kau mau berita ini semakin menyebar dan membuat perusahaan kita sedikit kolaps?" tanyanya dengan ekspresi wajah serius.
Denis segera bangkit dari duduknya." aku akan membuat mereka menurunkan headline ini." ucapnya hendak melangkah pergi.
Namun ucapan sang Mommy membuat Denis seketika menghentikan langkahnya." kau tidak akan bisa menghentikannya, karena mereka memburu berita dengan apa yang mereka lihat. sementara semua orang yang ada di sana, melihat kau dengan gadis itu sedang bercumbu." ucapnya lagi.
Hal itu tentu saja membuat Denis frustasi. dengan kasar dirinya menjebak rambut lebatnya itu. sementara Vega, wanita paruh baya itu tersenyum penuh kemenangan.
" Maafkan Mommy son, tapi ini semua demi kebaikan kamu. Mommy nggak mau kalau sampai anak Mommy yang paling tampan ini diisukan sebagai laki-laki menyimpang." gumamnya dalam hati.
*****
Sementara itu di tempat lain, tempatnya di rumah sederhana milik Windia, terlihat seorang gadis remaja Tengah marah-marah tidak jelas.
Dirinya sampai mendorong sang kakak hingga wanita itu jatuh tersungkur di atas lantai. siapa lagi jika bukan Annabella.
Gadis Remaja itu, pulang sekolah dengan kondisi keadaan kacau. rambut berantakan, baju acak-acakan, dan masih banyak yang lainnya.
Persis seperti orang yang selesai bertengkar atau lebih tepatnya, orang yang baru saja tawuran." ini semua salah Kakak!" hardik Annabelle dengan berkacak pinggang.
Sementara Windia yang didorong sekuat tenaga, hanya bisa meringis saja. tak lama berselang, adik bungsunya pun datang menghampiri. karena mendengar ada keributan di luar kamar sang ayah.
" Ada apa ini, Kenapa kak Windia berada di bawah lantai begitu,?" tanya Rose dengan ekspresi wajah bingung.
" kau lihat saja berita ini?" ucap Annabella Seraya menunjukkan ponselnya. Memang, di keluarga ini hanya Gadis Remaja itu yang memiliki ponsel.
Sementara Windia dan juga Rose memilih untuk mengalah. karena memang Annabella yang lebih membutuhkan. untuk proses belajar mengajarnya.
Seketika itu pula, wajah Rose menjadi sangat pucat Pasi. karena tak menyangka dan sedikit tak mempercayai berita yang ada di ponsel itu.
" nggak mungkin Kak Windia melakukan hal itu," ucapnya Seraya menggelengkan kepalanya kuat.
Sementara Anabella yang mendengarnya, berdecak sebal Seraya membuang wajahnya ke arah lain." ih masih aja dibela, udah tau salah!" Cibirnya Seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku kemejanya.
Sementara Windia yang Mendengar hal itu. Mematung tubuhnya untuk beberapa saat. dirinya begitu terkejut saat mendapat berita itu.
" nggak, Annabella, Kakak nggak pernah ngelakuin hal itu. itu bukan seperti apa yang kamu lihat, dan seperti orang-orang lihat." ucapnya mengelak sekuat tenaga.
Karena Memang pada kenyataannya dirinya tak pernah melakukan hal itu. itu hanya salah paham yang memang tidak disengaja.
" Halah Kakak sok polos. lebih baik Kakak minta pertanggungjawaban dia." ucap Annabella dengan sedikit Ketus.
Hal itu tentu saja membuat kedua saudaranya melotot ke arah gadis itu. Windia menatap sang adik dengan ekspresi wajah tak menyangka." Apa maksud kamu? Kakak sama dia nggak maafin apa-apa kok" tanya Windia dengan sedikit emosi.
" nggak ngelakuin apa-apa gimana, udah jelas-jelas ciuman gitu kok," ucap Annabella dengan ikut meninggikan suara tak ingin kalah.
" sudah tidak waras ." hardik Annabella seraya berlalu pergi dari sana.
Hal itu tentu saja membuat Windia, seketika syok dengan apa yang dilakukan dan di katakan oleh adiknya itu.
" Astaga kenapa semua bisa seperti ini Ya Tuhan,?" tanyanya Seraya mengelus dada. sementara sang adik bungsu, hanya dapat menenangkan kakaknya.
" Sabar ya Kak, Rose percaya kalau Kakak nggak pernah ngelakuin itu kok." ucapnya Seraya mengusap bahu Windia.
Windia yang mendengarnya, menoleh dan menganggukkan kepala Seraya tersenyum tipis. Memang, Sedari Dulu yang bisa menenangkan dirinya hanyalah sang adik bungsu.
Apapun masalahnya, sang adik bungsu lah Yang mampu mengatasi semuanya. bahkan mampu memisahkan ketegangan di antara Windia dan juga Annabella.
Sikap dingin Rose itu, Ia peroleh dari mendiang sang ibu. yang memang memiliki sikap yang sangat dingin. Hal itulah yang membuat Edward sang ayah, mampu bertekuk lutut pada Anaya.
Dan kini, sikap dingin Anaya itu menurun pada adik bungsunya. yang Bahkan berkali-kali lipat lebih dingin daripada sang ibu dulu.
" Sudahlah Kak lebih baik Kakak istirahat aja," ucap Rose seraya mengantarkan sang kakak ke kamarnya untuk beristirahat.
Setelah sampai di dalam kamar, Windia segera membaringkan tubuhnya yang sangat lelah. bukan hanya fisiknya saja yang lelah. melainkan pikirannya ini juga ikut lelah.
" Semoga besok pagi sudah kembali normal." ucapnya Seraya memejamkan mata. dan tak lama berselang, Gadis itu pun terlelap.
Pagi harinya,...
Seperti biasa, Windia bangun lebih pagi. karena Gadis itu harus memasak untuk sarapan kedua adiknya.
Hari ini, Windia masak lebih banyak. karena dia berencana akan membawa bekalnya sendiri. walaupun ia bekerja di restoran sebagai bagian keuangan, rasanya tidak pantas jika dirinya meminta makan pada restoran itu.
Walaupun, dirinya tahu jika semua kebutuhan makanan karyawan restoran itu, ditanggung oleh pihak restoran.
Namun setelah kejadian kemarin Windia menjadi enggan untuk meminta makanan pada pihak Bu Vega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments