Hidup tetap berjalan, Mas Evan semakin hari semakin lupa denganku dan Raisya, kebutuhan hidupku dan Raisya akhirnya di ambil alih oleh orang tuaku, Karena gajiku sebagai guru honorer tidaklah cukup. Walau seperti itu, aku tetap melayani Mas Evan sebagai suamiku, tidak peduli dengan sikapnya padaku yang benar benar lari dari tanggung jawabnya sebagai suami. Aku berusaha sabar dan terus berdoa, agar Mas Evan sadar. Dan kembali pada kami.
Untuk menambah pemasukan keuangan. Aku mencari peruntungan dengan berjualan makanan yang dibantu ibu. Ya, karena Mas Evan jarang pulang. Jadi, ibu dan ayah lebih sering tidur di rumah. Aku menjual lauk pauk, mie goreng, bisa pesan pakai kuah pecal, aneka jenis gorengan mulai dari pisang goreng, tahu isi, risol, bakwan dan kue lapis.
"Bu, kue kue nya. Aku jemput lagi nanti pas istirahat saja. Ini sudah gak bisa ku bawa lagi." Ujarku pada ibu, yang kini sedang mempacking pesanan pelanggan yang kebanyakan sih teman kerjaku. Dan sebagian tetangga.
"Apa nanti kamu bisa keluar? kamu bilang kepala sekolah kalian ketat?" tanya ibu, masih sibuk menyiapkan orderan. "Kalau gak, nanti ayah yang antar, sekalian jemput Raisya di sekolah nya." Jelas ibu lagi.
"Iya Bu, makasih ya Bu!" Ujarku dengan perasaan sedih. Sudah berumah tangga, aku tetap masih menyusahkan orang tuaku.
Aku anak satu satunya orang tuaku. Ayahku sehari hari bekerja sebagai supir angkutan umum. Dan mobil angkutan itu memang milik orang tuaku sendiri. Sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga.
Pukul 06.45 Wib. Aku sampai di sekolah. Bergegas aku ke ruang tempat finger print berada. Ku tempelkan jari telunjuk ke layar finger, dan terdengarlah suara Terimakasih. Aku menghela napas, dan membalik badan, dan...
Bruggkk..
Ibu Romlah, yang punya kantin sekolah menyenggol bahuku dengan sengaja. Menatapku dengan tatapan tajam penuh kebencian. Aku tahu, alasan ibu Romlah melakukan itu. Ia kesal padaku, karena diistirahat kedua. Pelanggannya berkurang pergi ke kantin itu. Sebagian guru, mengisi perut nya yang lapar, dengan memesan daganganku.
"Hei Alda, ini sampahmu, Bawa pulang. , kami bukan babumu. Yang dengan seenak hatimu, membuat kami membuang sampah daganganmu.!"
Deg
Aku cukup terkejut mendengar ucapan Ibu Romlah. Sesaat aku manantang tatapan tajamnya, sebelum akhirnya kedua mataku menoleh ke arah tangannya yang memegang plastik besar, sampah dari daganganku semalam. Sampah daganganku, berupa mika plastik, dan kertas bungkusan itu sudah ku masukkan ke plastik besar, kemudian ku buang ke tong sampah.
"Ambil ini!" Ibu Romlah meraih tanganku yang mengatung, memberikan kresek berisi sampah itu. "Enak saja kamu. Buang sampahmu sendiri!" ujarnya ketus dan berlalu cepat dari hadapanku.
"Astagfirullah...!" aku hanya bisa menggelengkan kepala, sangat terkejut dengan sifat iri dengki ibu Romlah.
Suaminya ibu Romlah, Pak Arpan, bertugas sebagai penjaga sekolah, sekaligus kebersihan di sekolah tempat ku bekerja. Pak Arpan Lah yang bertanggung jawab membersihkan ruang kepala sekolah, ruang guru, TU, kamar Mandi Serta halaman sekolah.
Sampah dari bekas makanan Yang dibeli guru guru padaku, ku kumpul dan ku masukkan ke Tong sampah. Ternyata itu tak boleh, sampah dari daganganku Harus ku buang sendiri. Tak boleh dibuang di tong sampah milik sekolah.
Huufft..
Aku menghela napas kasar, kemudian mengambil kresek berisi sampah itu. Karena aku yang teekejut dimarahi Bu Romlah, malah menjatuhkan kresek itu di lantai. Dengan tergesa gesa, aku menuju parkiran. Aku akan menyimpan sampahku di motorku. Aku harus cepat, karena sudah waktunya apel pagi, Aku pun tak sempat lagi membakar sampah itu.
Aku mengikuti apel pagi dengan tak semangat. Sekali ada saja masalah yang datang. Baru juga tiga hari berjualan. Sudah ada orang yang membenciku. Haruskah aku berhenti berdagang?
"Sabar....!" ujar Bu Ros, melirikku setelah ia menghempaskan bokongnya. Kami baru saja selesai apel pagi. Tadi saat di ruang finger print, bu Ros sempat melihat sikap Bu Romlah yang memarahi ku.
"Iya bu," Sahutku tersenyum tipis. "Ini pesanan bu Rose." Aku menyodorkan bungkusan plastik berisi gulai ikan asap lele.
"Emmmhh.. Seperti nya enak nih. Warna gulainya, sangat menggugah selerah." Ujar Bu Ros, Mulai menuangkan gulai ikan asap lele itu, di wadah makanan nya.
"Iya bu, moga Suka dan selamat menikmati." Ujarku ramah. Guru Guru yang memesan makanan, mulai berdatangan menghampiriku, terutama guru guru yang tak ada jam mengajarnya. Sedangkan aku hari ini, hanya ada dua les jam pelajaran. Itu pun les terakhir. Menunggu waktu jam pelajaran terakhir, tentulah sangat membosankan bukan.
Saat sedang konsentrasi merancang pembelajaran, tiba tiba saja ponsel yang ada di atas meja kerjaku bergetar. Tanganku dengan cepat meraih benda pipih itu, Sedangkan kedua mataku, masih fokus ke layar laptop. Media pembelajaran harus selesai. Karena aku akan masuk kelas di les terakhir nanti.
Tanpa melihat serius ke layar ponsel. Chat yang ku buka ternyata mengeluarkan suara aneh. Sontak mataku tertarik untuk Melihatnya. Seketika kedua mataku membelalak hendak keluar dari tempatnnya.
"Astaga... Alda, itukan suamimu..?!" cepat
Ku menatap bu Rose, yang Menatapku dengan herannya, setelah melihat video Mas Evan dan Juli, yang sedang memadu kasih.
Prakkk..
Ponsel yang ada di tanganku, jatuh ke lantai. Sungguh aku merasa seperti kena sengatan listrik berjuta voltase saat ini. Jantungku rasanya sudah berhenti berdetak. Saking terkejutnya melihat video yang dikirimkan Juli padaku. Video ia dan Mas Evan sedang berzina, dan sialnya video itu dilihat Bu Rose.
Aku berusaha menutupi masalah dalam rumah tanggaku, dan usahaku sia-sia. Bu Rose sudah melihat video pengkhianatan Mas Evan. Dan perselingkuhan Mas Evan, akan jadi Konsumsi publik. Masalah rumah tanggaku, akhirnya akan jadi bahan perbincangan orang orang di tempatku bekerja
Aku tak bisa menahan diri lagi. Air Mata langsung mengucur deras, tak bisa dibendung lagi. Rasanya Sakit sekali melihat video tak sopan itu. Hati ini terluka, merasa sakit bak diiris sembilu, tapi tak ber darah. Aku Perempuan bodoh karena begitu mencintai seseorang dan menganggapnya sebagai pusat duniaku. Tapi, ia menghancurkan impian dan harapan itu.
"Bu, Please... Ini masalah jangan ceritakan pada orang lain bu. Aku malu bu....!" Ujarku dengan berderai Air Mata. Berusaha tak menahan isak tangis. Saat ini kebetulan sekali, hanya tiga orang guru yang ada di ruang kantor itu. Satu guru lagi itu, duduk sedikit jauh dari kami. Sehingga ia tak tahu, apa yang sedang ku bahas dengan Bu Rose.
"Ya Allah... Ya Tuhanku Alda..! ibu gak menyangka, suamimu seperti itu.." Ujar Bu Rose dengan terkejut nya. Bu Rose tak bisa mengontrol dirinya, akan hal yang ia lihat tadi, sehingga suara kerasnya menyita perhatian Bu Hafizah, yang ada di ruangan itu.
Aku dengan cepat melap Air mataku, di saat Bu Hafizah menghampiri kami. Ku beri kode kedipan Mata, agar bu Rose agar tak menceritakan apa yang ia lihat pada Bu Hafizah.
Aakkhh.. uugghh..
Suara erangan dan desa han kembali terdengar. Ternyata ponsel ku yang ada di kolong meja masih memutar video Mas Evan dan Juli, yang sedang ber karaoke.
"Suara apa itu Bu Alda, Bu Rose? kalian sedang menonton video dari hape yang ketangkap ibu BK dari siswa kelas 9-7 ya?" tanya Bu Hafizah dengan keponya. Ia langsung mengambil ponselku yang terletak di lantai.
"Iya Bu." Aku Dengan cepat merampas ponselku dari tangannya Bu Hafizah. Sebelum ia melihat Dengan Jelas video tak senonoh yang diperankan oleh Mas Evan dan selingkuhannya.
"Aku kemarin gak berani nonton video nya. Iihh.. Buat malu lihatnya." Bu Hafizah dengan semangatnya mulai bercerita. "Bu Rose, sudah kamu proses Anak nya kan?" bu Hafizah melirik Bu Rose.
"Sudah bu " Jawab Bu Rose singkat.
"Heran dengan anak sekarang. Tontonannya ngeri ngeri." Ujar Bu Hafizah geram.
"Iya bu, efek belajar daring kelamaan, gara gara Corona. Anak jadi lebih sering pegang hape dan orang tua kurang mengawasi." Jelas Bu Rose, melirik Nur yang membisu dengan muka galaunya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
YuWie
hukuman apa yg pantas buat mereka...
2022-10-21
0
Saparuddin Siregar
wah itu pelakor dh g ad otak sm urat malu
2022-10-06
1