Tak mudah

Satu bulan kemudian.

Ini untuk ketiga kalinya, kedua orang tuaku datang berkunjung ke rumah. Dan untuk ketiga kalinya pun, mereka gak pernah bertemu dengan Mas Evan. Hal itu membuat ibuku curiga dan bertanya tanya.

"Evan, di mana Da, sudah lama ibu tak berjumpa dengannya?" tanya Ibu menatap lekat aku yang tengah melipat kain. Kami sedang ada di ruang TV. Raisya tiduran berbantalkan paha ibu, sedangkan ayah asyik menonton Tv, dengan siaran favoritnya, ajang dangdutan.

Deg

Aku tak bisa menyembunyikan rasa sakit di hatiku lagi. Kedua mataku langsung berkaca kaca. Ya, Mas Evan, sudah jarang tidur di rumah sebulan terakhir ini.

"Alda.. Apa kamu dan Evan bertengkar?"

Ku beranikan menatap ibu yang bicaraku dengan penasarannya itu. Karena dari tadi aku memilih untuk diam. Aku takut menceritakannya pada keluargaku, karena ancaman Mas Evan. Tapi, jika tak ku ceritakan, aku juga sesak menghadapi masalah ini.

"Alda... Apa yang terjadi Nak?" Ibu mulai khawatir. Tangannya terus menggoyang lenganku, yang memilih diam.

"Mas Evan selingkuh Bu. Dan sebulan ini, dia jarang datang ke rumah." Ujarku dengan berderai air mata. Ada rasa legah, karena bisa ceritakan ini pada ibu. Tapi, rasa sesak, lebih mendominasi di hatiku. Tak ku sangka Mas Evan lenih memilih wanita itu.

"Apa...?" Ayah cukup terkejut dengan pengakuanku. Posisi duduk ayah bahkan berubah jadi tegak menatapku dengan tak percayanya.

"Iya Ayah." Air mata mengucur deras, tak terbendung lagi. Inilah puncak dari rasa sakit itu, atas pengkhianatan Mas Evan. Orang tuaku begitu kecewa. Mereka pasti terluka dengan kabar ini.

***

Hari ini, aku terpaksa minta izin tak masuk kerja. Karena ayah dan ibu mendesakku pagi ini, harus ke rumah orang tua Mas Evan. Masalah ini harus dibicarakan. Orang tuaku tak terima dengan perlakuan Mas Evan padaku.

Tepat pukul 09.10 wib, kami sampai di rumah ibu mertuaku. Jarak dari kontrakan ke rumah mertua tidak lah jauh, hanya butuh waktu 30-40 menit naik motor.

Sesampainya di rumah orang tua Mas Evan. Tentu orang tua mas Evan, cukup terkejut dengan kedatangan orang tuaku. Ayah yang tak ingin banyak basa basi lagi, langsung menyatakan apa tujuan kedatangan kami. Yaitu membahas Mas Evan, yang selingkuh.

"Gak, gak mungkin itu pak Anhar, Evan tak mungkin melakukan itu. Kemarin Evan singgah di sini, setelah pulang kerja. Ia tak menunjukkan gelagat aneh." Ibu mertuaku kekeuh membela anaknya.

Bahkan aku sudah menunjukkan bukti perselingkuhan Mas Evan. Yaitu chat dari Juli padaku. Tapi, ibu mertuaku tetap gak mau terima tentang kelakuan anaknya.

"Kak, kak kasinah. Kami kesini bukan mau cari ribut, bukan mau menyudutkan Nak Evan. Kami ke sini mau menyelamatkan rumah tangga anak kita ini. Tolonglah Kak Kasinah nasehatin Evan. Kasihan Raisya, sudah sebulan gak jumpa sama ayahnya." Jelas Ibu, pada ibu mertuaku, yang terlihat kesal kepada kami.

"Iya, iya, akan saya nasehati dia. Kalau dia benar salah. Tapi, si Alda juga pasti salah. Kalau benar Evan selingkuh. Berarti Alda gak becus jadi istri. Sejak dari dulu, aku sudah larang Evan menikah dengan putrimu. Ya, karena ini. Mereka gak cocok. Lihat, ini buktinya." Ibu mertuaku, menatap kami devil.

Ku usap mataku yang berair dengan jemariku. Ucapan ibu mertuaku sungguh kejam sekali. Aku hanya bisa menunduk, kalau ibu mertuaku sudah bicara seperti itu, jelas kedatangan kami ke rumah ini tak ada gunanya. Ya, ibu mertuaku memang kurang suka, aku jadi menantunya. Karena aku yang hanya guru honorer. Penghasilan guru honorer itu sangat sedikit. Ibu mertuaku, ingin menantu yang punya banyak uang.

"Ma, mama koq nangis? nenek jahat!" ujar Raisya kesal pada ibu mertuaku.

"Huusshh.. Raisya..!" ibuku menempelkan jari telunjuknya di bibir. Meminta Raisya agar gak ikut berceloteh.

Ayah sudah tak tenang di tempat duduknya. Jelas terlihat, ia sudah tak nyaman lagi duduk di kursi itu.

Melihat kesedihan di wajah sang ayah, membuat hatiku sangat sakit. Aku tak bisa membuat orang tuaku bahagia. Malah masalah rumah tanggaku, jadi bahan pikirannya dan pasti akan menguras pikiran dan buat lelah hati.

***

Jelang waktu Dzuhur kami baru sampai di rumah. Kulihat orang tuaku, sangat terpukul dengan masalah yang ku hadapi.

"Ayah, ibu. Jangan gara gara masalah ini, ayah dan ibu nanti sakit." Ujarku lirih, menatap secara bergantian kedua orang tuaku, yang tengah duduk di atas ambal. Kami kini berada di ruang tamu, ukuran 4x3 M.

"Kamu urus saja perceraianmu. Untuk apa laki laki seperti itu. Ayah masih bisa nafkahi kamu dan Raisya." Ujar Ayah tegas. Ayah semakin kesal saja pada Mas Evan, karena berulang kali mas Evan ditelpon tak kunjung diangkat. Padahal ayah ingin bicara dengannya.

"Pak, jangan terburu buru memutuskan sesuatu, dalam keadaan marah. Urus perceraian gak segampang, saat urus pernikahan." Ujar Ibu, dengan lirih. Aku tahu saat ini mereka sangat terpukul dengan apa yang melanda rumah tangga ku. Tak seharusnya aku menceritakan ini semua pada orang tuaku. Gara gara masalah ku, semakin banyak beban pikiran mereka.

"Aku hanya ingin kamu bahagia nak, kalau kamu ingin cerai dengan Adam. Bapak setuju." Ayah menegaskan keinginannya.

Huufftt..

Ibu menghela napas panjang.

"Jangan menyerah pada orang yang merusak rumah tangga kamu, kamu berhak mempertahankan pernikahan kamu sayang. Banyak berdoa pada Allah. Dan kamu harus tetap bersikap baik pada Evan. Semoga ia sadar dengan kelakuannya.Ini adalah ujian dalam rumah tanggamu." Tegas Ibu, menatapku lekat.

Aku jadi bimbang. Satu pihak mendukungku cerai dengan mas Evan. Dan satu pihak lagi melarang.

Aku menatap lekat putriku Raisya yang sedang tertidur di sebelahku. Melihat wajah polosnya, membuatku sedih. Jikalau aku menggugat cerai Mas Evan. Putri ku ini akan kehilangan figur seorang ayah. Padahal di umur umurnya sekarang, kasih sayang sang ayah sangat dibutuhkannya.

"Terserah kamu lah Nak, yang jelas kalau kamu ingin cerai daei Evan. Ayah dukungan kamu." Tegas ayah lagi

"Iya ayah." Jawabku lemah. Saat ini, aku akan bersabar dengan ujian ini, semoga mas Evan tersadar dengan kelakuan nya. Dan kembali pada keluarga kecil kami.

Seandainya aku bercerai dengan Mas Evan. Belum tentu, aku mendapatkan pria, yang mau dengan ku yang paket lengkap ini. Dan, jikalau ada pria yang mau denganku, kini aku jadi sangat mengkhawatirkan mental anakku Raisya.

"Menurut ibu, kamu bertahan lah untuk anakmu. Jikalau orang tua yang bercerai, akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Kasihan Raisya Nak!" ujar Ibu dengan ekspresi penuh kekhawatirannya.

"Iya Bu." Jawabku lirih. Ingin rasanya menangis histeris di hadapan kedua orang tuaku. Tapi, aku takut orang tuaku, malah bertambah sedih.

TBc

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

Aida kn sarjana kok bodoh y🙏 thor

2023-08-18

0

Agung Muzaroah

Agung Muzaroah

lanjut

2022-10-05

1

Agung Muzaroah

Agung Muzaroah

next

2022-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!