Arka tersentak dari tidurnya. Lalu menghela nafas panjang. Hatinya masih merasa kesal. Mengingat perkataan Rina tadi malam.
Pria itu melepas cincin nikah yang masih terpasang di jarinya. Tah apa artinya cincin itu lagi. Statusnya sekarang adalah duda.
Masih diliputi rasa kesal, Arka menghentak-hentakkan kaki di tempat tidurnya. Ia tidak terima dengan kenyataan hidup ini. Kenyataan hidup yang merusak imagenya.
Arka mungkin bisa mendapat rekor perceraian tercepat. Atau rekor menjadi duda tercepat.
'Dasar wanita sia-lan. Aku harus memberikan perhitungan!'
Arka mengusap wajahnya dengan kasar, lalu ia berpikir sejenak dan meraih ponselnya.
"Sam, batalkan segera investasi ke Royal Grup." Pintanya sambil meremas tangan.
...
"Jangan banyak tanya!" Arka menaikkan suaranya.
...
"SE.KA.RANG!!!" Arka pun mengeja perkataan itu dengan nada yang penuh penekanan. Lalu mengakhiri panggilan tersebut.
Bugh... Suara pintu.
"Arka!!!" Pekik Mommy yang tiba-tiba datang.
Arka memegangi dadanya. Suara Mommy, membuatnya sport jantung di hari yang masih cerah ini. Suara cempreng yang menggema di kamarnya.
"Anak tampan Mommy sayang." Mommy berlari dan menghampiri Arka. Memeluk sang anak dengan erat.
"Aduh, Mom... Tolong lepas!" Arka menggeliat.
"Arka, mafkan Mommy ya." Mommy melepaskan pelukan, ia menatap anak kesayangannya dengan wajah sendu.
"Mommy berniat baik menjodohkanmu, agar kamu segera menikah. Tapi ternyata pilihan Mommy itu, malah membuat kamu mendadak duda." Mommy tadi pagi, mendapat telepon dari besannya. Mereka meminta maaf, atas kejadian ini.
Mendengar kata duda, membuat telinga Arka mulai panas.
"Sudahlah, Mom. Lupakan saja." Arka tidak akan ambil pusing lagi. Walaupun status dia sekarang duda. Dia akan melanjutkan kembali kehidupannya sebagai duda hot dengan sejuta pesona.
"Kamu cepat ceraikan si Rina itu. Mommy tidak mau suatu hari dia akan menjebakmu. Kamu ngertikan maksud Mommymu yang cantik ini kan?!"
Arka dan Rina sempat menikah. Bagaimana jika suatu hari Rina mengatakan anak yang sekarang dalam kandungannya adalah anak Arka. Walau bisa menjelaskan dengan melakukan tes DNA. Tapi tetap saja, image putranya akan tercoreng. Walaupun hanya sesaat.
"Iya, Mom." Arka mengangguk paham.
"Ayo bangun. Mommy sudah membuat makanan favoritmu. Jadi kamu nggak boleh bersedih lagi." Mama menarik lengan putranya. Hari sudah siang, Arka bahkan belum sarapan. Pasti putranya ini sangat frustasi dengan keadaan ini.
"Siapa juga yang sedih, Mom?!" Arka tidak terima dikatakan sedih. Apa ia harus sedih dengan status mendadak dudanya?
"Ya, kamulah. Baru juga menikah, sudah jadi duda saja."
"Mommy!!!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Arka duduk dengan tangan terlipat di dada. Ia diam menatap kedua paruh baya yang meminta maaf padanya.
Kedua paruh baya itu adalah orang tua Rina. Mereka meminta maaf dan sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi.
Dan Mommynya,
"Jika saya tahu Arka akan mengalami hal seperti ini. Saya tidak akan menjodohkan mereka."
"Sa-"
"Lihat apa yang sudah putri kalian lakukan. Hamil dengan pria lain dan tetap mau menikah. Dan membuat Arka mendadak jadi duda."
"Ka-mi-"
"Arka baru menikah, belum sampai sehari dia sudah jadi duda!"
"Itu-"
"Bagaimana tanggapan orang-orang, jika baru juga menikah sudah jadi duda? Ini sangat memalukan!!!"
"Cukup, Mom!" Sela Arka segera. Dari tadi Mommy itu terus nge-reff dan tidak memberikan kesempatan pada mantan besannya untuk bicara atau menjelaskan.
Dan yang membuat Arka makin kesal. Kata duda, duda, duda itu yang terus Mommy nya katakan.
"Arka... Mommy kesal, Nak."
"Iya, Arka mengerti Mom." Arka mengangguk, ia sangat paham. Orang tua mana pun pasti tidak akan terima, jika anak mereka diperlakukan seperti ini. Seperti yang dialaminya sekarang.
Arka mengisyaratkan Mommy untuk tidak membahas lagi.
"Saya akan segera mengajukan perceraian." Mata Arka bergantian menatap kedua mantan mertuanya.
"Saya dan seluruh keluarga sangat menyesal dan memohon maaf yang sebesar-besarnya. Pada Pak Arka, pada ibu dan pada seluruh keluarga besar ini." Pria paruh baya itu sangat menyesali tindakan putrinya.
Pria paruh baya itu sangat kecewa pada putrinya. Lebih memilih pria lain yang tidak jelas. Padahal Arka adalah menantu idaman yang sempurna. Arka memiliki segalanya.
Arka masih diam mendengarkan permintaan maaf itu.
"Sa-saya sangat berharap agar pak Arka, tidak membatalkan investasi yang sudah disepakati sebelumnya." Pria paruh baya itu, memohon dengan sangat. Jika Arka membatalkan investasi, perusahaannya akan gulung tikar.
Sudah tidak jadi mempunyai menantu super tajir, kini nasib perusahaannya di ujung jurang.
"Pak Arka, tolong bantu saya!"
\=\=\=\=\=\=
Hari sudah sore, jam kerja kantor telah berakhir. Adam keluar dari ruangannya.
Ia merogoh ponsel di saku saat ponsel bergetar ketika ada panggilan masuk.
Adam tersenyum senang, melihat nama penelpon di layar ponselnya. Yakni Istriku menelepon.
"Halo, Na." Jawab Adam. Ia menjawab panggilan telepon Nara di tangga kantor.
"Halo, Mas Adam. Apa Mas masih kerja?" Tanya Nara. Wanita itu takut jika menganggu sang suami.
"Nggak. Sudah selesai. Ini aku mau pulang ke penginapan." Ucap Adam pelan.
"Tadi aku khawatir, Mas Adam tidak memberi kabar kalau sudah sampai di sana."
"Maaf, sayang. Tadi aku sangat sibuk." Adam memberi alasan.
"Ya sudah, nggak apa Mas." Nara memaklumi hal itu. Pasti Adam sangat sibuk. Pria itu bekerja keras untuk keluarga. Adam, pria yang begitu sangat bertanggung jawab.
"Pasti Mas Adam capek, ya?"
"Tadi aku sangat capek, tapi setelah mendengar suara kamu. Rasa capek itu seperti terhempas pergi."
"Apaan sih, Mas?! Gombal mulu!" Wajah Nara jadi merona.
"Nanti saat Mas Adam pulang, aku akan membuatkan puding dan masakan favoritmu, Mas." Nara akan mengservice pria itu saat pulang.
"Terima kasih, Na."
"Ya sudah, Mas segera pulang ke penginapan. Jangan lupa mandi, makan, terus istirahat ya." Nara mengingatkan.
"Iya, kamu juga. Makan yang banyak."
"Iya, Mas."
"Aku tutup ya. I love you." Ucap Adam tulus.
"I love you too." Jawab Nara cepat.
Adam menghembuskan nafas panjang, setelah mengakhiri panggilan itu. Ia pun kembali melangkah, menuju parkiran mobil.
'Penginapan?'
Adam menggelengkan kepala sejenak, lalu perlahan mobil melaju meninggalkan parkiran.
Selama perjalanan, Adam berkutik dengan pikirannya.
'Aku harus segera jujur pada Nara. Nara pasti akan mengerti. Pasti Nara akan mengerti. Dia sangat mencintaiku dan aku juga mencintainya.'
Tak lama Adam memberhentikan mobilnya di sebuah rumah minimalis, yang berada di sebuah komplek sederhana.
Sebelum turun dari mobil, pria itu menarik nafas sejenak, lalu membuangnya pelan. Ada rasa bersalah yang menghampiri ketika mendatangi rumah ini.
Adam segera menghalau pikiran itu, ia pun turun dan mengetuk pintu. Saat pintu terbuka.
"Mas Adam, akhirnya datang juga. Aku sangat merindukanmu." Seorang wanita memeluk tubuh Adam.
"Bagaimana keadaan anak kita?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Widi Unyil
Adam-adam sangat bodohnya kamu😌
mana ada selingkuh demi kebaikan 😏
2024-01-06
2