A Grandmother's Time Trevel•
...🐉🐉🐉...
Ingatan ....
"*Nenek, lihatlah aku mendapatkan nilai tertinggi di sekolah."
"Nenek, jangan terus memberikan uang padaku! Aku ini sudah dewasa Nek."
"Nenek, kau terus memberikan aku makan! nanti aku bisa gemuk Nek."
''Sini Nek, biar aku yang mebantumu."
"Terima kasih sepatunya Nenek, kau Nenek yang paling baik, yang paling cantik, yang paaaaalliiingg aku sayangi."
"Nenek, kenapa kamu berdiam sendiri di malam yang gelap nanti sakit*."
Nenek Chan menoleh dan langsung tersenyum saat cucu kesayanganya menyelimuti dirinya dengan selimut. "Nenek hanya merindukan kedua orang tua mu, dan mendiang Kakek mu.''
''Jangan terus memikirkan mereka, masih ada aku yang sayang dan akan terus menemani Nenek sampai kapan pun."
''Apa kamu tidak lelah hidup serba kekurangan?"
''Nenek, jangan berbicara seperti itu ... aku bahagia di mana pun Nenek berada, asal Nenek selalu ada bersamaku.'' Sang cucu memeluk Nenek Chan dengan erat.
''Jika nanti kita punya uang banyak, apa yang mau kau inginkan?'' tanya Nenek Chan.
''Aku tidak mau apapun Nek, aku hanya ingin berada terus bersama mu dan menemani hari tua mu.''
''Nenek sayang menyayangi mu.''
''Aku juga sayang Nenek."
Bayangan akan kebersamaan dengan cucu kesayanganya terus berputar layaknya pemutaran video.
"Tuan Putri."
"Tuan Putri."
Nenek Chan masih dalam lamunanya, ia masih memikirkan nasib sang cucu hingga Nenek Chan tidak mendengar panggilan dayangnya.

"Tuan Putri!"
"Yaa ..." Nenek Chan tersadar dari lamunanya.
"Tuan Putri melamun? apa Tuan Putri merasakan sakit lagi?" tanya Dayang Niyu khawatir.
''Tidak.'' Nenek Chan langsung menggelengkan kepalanya.
"Syukurlah ... Tuan Putri, anda harus berdandan sebaik mungkin sebelum bertemu dengan mereka." Ujar Dayang Niyu, menata rambut Junjungan nya secantik mungkin.
"Kenapa?" Tanya Nenek Chan bingung, ''Apa mereka tamu spesial?''
"Apa Tuan Putri benar-benar melupakan semua kejadian yang sudah-sudah?'' Tanya dayang Nienie memastikan.
Nenek Chan yang bingung hanya menggidikan kedua bahunya, karna memang tidak ada ingatan apapun mengenai jiwa si pemilik raga yang sedang dia tempati.
''Jadi begini Tuan Put--.''
''Sudah, tidak perlu memberi tahu apapun, Tuan putri akan melihat dan mengingat semuanya.'' Ujar dayang Niyu, menghentikan dayang Nienie berbicara.
''Ahhh baiklah.''
''Sudah selesai Putri Guan, kami akan menemani mu menemui sepasang kekasih yang sudah menunggu anda di gazebo.'' Ucap dayang Niyu, lalu melanjutkan ucapan nya dalam hati. "*Menemui sepasang penghianat tentunya*."
''Ahhh baiklah, ayo.''
Ketiga nya pun berjalan dari kediaman Mawar ke arah Gazebo, dimana sudah ada pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan menunggunya.
''Nán péngyǒu (Sayang) aku begitu senang mendengar kabar bahwa MeiMei sudah sadar.''
''Hm.'' Jawab Pangeran Zhu Quan dengan nada dingin.
Putri Shuan cemberut dengan reaksi calon suaminya, namun ia tersenyum lagi. ''Sayang apa ka--.''
''Putri Mahkota Guan Lien sudah tiba.'' Teriak pengawal, membuat pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan berdiri dari duduknya.
Putri Guan yang tidak lain adalah Nenek Chan berdiri di depan keduanya dan memandang keduanya dari atas sampai bawah.
''MeiMei, syukurlah jika kamu baik-baik saja ... aku begitu bahagia.'' Putri Shuan memeluk Putri Guan dengan erat.
"*MeiMei? apakah dia kakak ku*?" tanya Nenek Chan dalam hati.
''MeiMei kenapa kau diam?'' tanya Putri Shuan, memegang pundak Putri Guan Lien.
Nenek Chan menoleh pada dayang Niyu, mencoba untuk bertanya lewat mata batin. Hebatnya, dayang Niyu seakan tau apa yang di inginkan Junjungan nya.
Dayang Niyu melangkah satu langkah, lalu memperkenalkan tamu yang berkunjung. ''Tuan Putri, dia adalah anak pertama dari Selir Song. Dan yang ada di sebelahnya adalah Pangeran ke dua dari kerajaan Ning.''
Dayang Niyu diam sejenak lalu berkata, "Mereka berdua sudah bertunangan dan akan menikah sebentar lagi.'' Ucap dayang Niyu dengan sangat hati-hati.
''Ouh ...'' Nenek Chan acuh tak acuh, karna baginya itu tidak penting.
''Bagaimana keadaan mu Putri Guan.''
''Baik, sangat baik.'' Jawab Nenek Chan, lalu duduk berhadapan.
Pangeran dan Putri Shuan mengerutkan kening mereka, tidak biasanya Putri Guan menjawab dengan tenang dan santai seperti itu.
''MeiMei apa ka--''
''MeiMei ... apakah kita sedekat itu, Nona Shuan?'' tanya Nenek Chan, yang merasa jika ada yang ganjal dengan anak dari Selir Song ini.
Dayang Niyu dan dayang Nienie menahan tawanya, mereka berdua tidak menyangka jika Junjungan mereka akan berkata seperti itu ... hati kedua dayang ini bersorak gembira karna Junjungan mereka lebih tegas pada putri Shuan.
Sementara itu jangan di tanya bagaimana wajah Putri Shuan, kedua giginya menggertak dengan tangan mengepal kuat di balik hanfu.
''Sialan! Berani nya dirimu!''
''Putri, bagaimana keadaan anda?'' tanya Pangeran Zhu Quan untuk mengalihkan pembicaraan yang canggung. Sebenarnya ia sedikit terkejut juga mendengar perkataan Putri Guan yang cetus, namun ia sedikit tenang mengetahui jika Putri Guan mau melawan.
Para pelayan menyajikan teh, dan menuangkan teh itu kedalam cangkir.
Nenek Chan yang mencium aroma teh yang sangat kuat, ia segera mengbil cangkir miliknya dan meminum teh itu dengan anggun dan elegan.
Setelah menyeruput teh, Nenek Chan menatap Pangeran Zhu Quan dan menjawab. ''Bukankah pertanyaan Pangeran sudah aku jawab tadi? Aahh saya ulang sekali lagi. Baik, kabarku baik-baik saja dan hanya ada beberapa hal yang aku lupakan, termasuk anda Pangeran.''
Pangeran Zhu Quan tersenyum dan mengambil cangkir teh, lalu memberikan cangkir itu pada Shuan. "Minumlah sayang.''
''Nán péngyǒu ... kau sangat perhatian, aku semakin mencintaimu.'' Ucap Shuan, lalu menyenderkan kepalanya di bahu Pangeran Zhu Quan dengan manja.
Dayang Niyu dan dayang Nienie memutar matanya ke atas, seakan malas melihat pasangan sok harmonis ini. ''Mulai lagi.'' Ucap mereka bersamaan dalam hati.
"*Apa mereka berdua mencoba untuk membuat aku cemburu? ya Dewa ... aku sudah kenyang di masa muda dulu, terlebih belum ada yang bisa menggantikan mending suamiku*." Gumam Nenek Chan dalam hati.
''Apa kalian sudah selesai, mengunjungiku? jika sudah, saya pamit ingin beristirahat.'' Nenek Chan berdiri dari tempatnya dan langsung melangkah untuk pergi, namun baru saja dua langkah ... Nenek Chan berbalik dan menatap sepasang kekasih itu.
''Lain kali jika berkunjung, jangan lupa untuk membawa buah tangan.'' Ucap Nenek Chan, yang membuat kedua sepasang kekasih itu bungkam.
''MeiMei, tidak pantas berbicara seperti itu pada Pangeran.''
''Tidak pantas? ohooo ... lebih tidak pantas jika kau memanggil Putri Mahkota dengan sebutan MeiMei, walau Ayahanda sudah memberikan gelar Putri padamu! Tapi kau tetap anak dari Selir.
Duarr!!
Putri Shuan begitu terkejut dengan ucapan adik tirinya yang menusuk langsung ke ulu jantung yang paling dalam.
Sedangkan dua dayang yang selalu setia pada Putri Guan, bertos ria dengan sembunyi-sembunyi dan menahan tawa meraka.
•
...🐉🐉🐉...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
komentar terbaik
nenek cantik whew
2024-02-22
0
Fifid Dwi Ariyani
trussukses
2024-02-17
0
Neny Putri Julirinni
nenek tu wanita yang selalu benar😂
2024-02-12
3