A Grandmother's Time Trevel•
...🐉🐉🐉...
Kabar jika putri Mahkota Guan Lien telah bangun dari koma nya sudah menyebar ke setiap sudut istana, termasuk para rakyat yang turut senang jika Putri Mahkota telah bangun.
Sedangkan yang menjadi perbincangan masih mencari cucunya, bahkan Nenek Chan belum menyadari jika dirinya sudah berpindah zaman.
''Tuan Putri, tenangkan diri anda.'' Sang dayang mencoba untuk menenangkan Nenek Chan yang masih panik.
Pletak!
''Aiii ...''
Nenek Chan menjitak kepala dayang Niyu, "Apa yang kau bicarakan, siapa Tuan putri? aku tau kalau aku ini masih sehat bugar dan cantik di usia kepala lima! Tapi jangan kamu panggil aku Tuan putri juga kali.'' Bentak Nenek Chan.
''Tapi Tuan Put-.''
''Stop!'' Nenek Chan memperhatikan kedua bola mata dayang Niyu dengan seksama. ''Apa ini?'' Nenek Chan merangkup pipi Dayang Niyu untuk memastikan sesuatu, hingga jarak mereka berdua seperti ingin berciuman.
''Tuan Putri, apa yang akan anda lakukan.'' jantung Dayang Niyu berdebar kencang, ia beranggapan jika Tuan Putri Guan Lien akan menciumnya.
Demi Dewa, ia masih normal dan ingin menikah dengan seorang pria.
''Siapa yang ada di kedua bola mata mu?''
''Maksud Tuan Putri apa?'' Dayang Niyu semakin tidak mengerti kemana alur pertanyaan junjungan nya ini, ''Tuan Putri, apa anda tidak akan melepaskan wajahku dari genggam mu? semua orang tengah melihat kita.''
Nenek Chan menoleh ke arah kanan, di mana semua pelayan, dayang, pengawal tengah memandangnya dengan tatapan aneh.
Semua orang tengah berbisik-bisik namun Nenek Chan tidak fokus pada tatapan semua orang, ia lebih fokus dengan cara semua orang pakaian yang berbeda dengan dirinya.
''Apa ini ... kenapa semua orang menggunakan hanfu, apa kalian sedang suting film? dimana kameranya, aku mau melapor jika cucuku dalam masalah.'' Ujar Nenek Chan, celingak-celinguk mencari kameramen dan sutradara.
''Putriku.'' Panggil seseorang.
Nenek Chan menoleh ke arah belakang, di mana ada seorang wanita berlari ke arahnya sambil menangis.
''Oohh Putriku, akhirnya kau bangun. Hiks ... Hikss ... Ibunda mu ini sangat merindukan mu sayang.'' Ucap Permaisuri Mei Jiang dalam pelukan Nenek Chan.
''Siapa kau?'' Nenek Chan sedikit mendorong Permaisuri Mei Jiang, hingga semua orang terkejut.
''Putri Guan Lien.'' Kaisar Zhang mendekat, ''Mengapa kau berbicara seperti itu? apa kau tidak ingat Ibunda mu?''
Nenek Chan mengerutkan keningnya dan menatap Kaisar Zhang lalu menggelengkan kepalanya, melangkah mundur dua langkah hingga kedua matanya berputar untuk melihat sekitar di mana semua orang menggunakan hanfu di zaman kuno.
''Tidak! Ini tidak mungkin.'' Nenek Chan melihat kedua tanganya yang mungil dengan kulit yang halus dan putih, kini Nenek Chan sudah mengerti apa yang terjadi padanya.
"Oh Dewa, aku meminta hidup yang layak untuk kehidupan kedua ku! Tapi kenapa kau berikan aku hidup di Zaman kuno, terlebih aku harus hidup di tubuh gadis kecil yang usianya sama dengan cucuku."
Gubrak!!
''Tuan Putri ...'' Semua orang berteriak secara bersamaan, di mana sang Putri tidak sadarkan diri.
''Bagaimana Tabib?''
''Menakjubkan, suguh anugerah Dewa yang agung telah mengambil penyakit dan racun yang ada di tubuh Putri Guan Lien.'' Ucap Tabib dengan gembira.
Kaisar dan Permaisuri tersenyum bahagia mendengar kabar jika putrinya sudah sembuh dari penyakit dan racun yang ada di tubuh Putrinya.
''Benarkah itu tabib? Namun ... mengapa dia tidak mengenaliku sebagai Ibunda nya?'' tanya Permaisuri Mei Jiang penasaran.
Tabib itu tersenyum dan menunduk hormat, "Sebelumnya mohon ampun yang Mulia Permaisuri, mungkin sang Dewa tengah merencanakan sesuatu untuk Putri Guan Lien. Atau mungkin apa yang harus di ambil, harus ada pengorbanan nya.''
''Tidak perlu khawatir Permaisuri, ingatan Putri akan kembali seiringnya waktu berjalan, fokuslah untuk kesembuhan nya terlebih dahulu.''
''Kau benar-benar luar biasa Tabib, tidak sia-sia aku memberikan pangkat yang tinggi di Kerajaan ini untuk mu.''
''Suatu kehormatan bagi hamba Yang Mulia Kaisar.''
''Kasim.'' Kaisar memanggil Kasim setianya.
''Hamba, Yang Mulia.''
''Berikan hadiah pada Tabib Jin.''
Kasim itu mengangguk, lalu pergi dengan Tabib.''
Sedangkan Kaisar menyuruh semua orang untuk pergi dan membiarkan Putri Guan Lien beristirahat, menyuruh kedua dayang untuk berjaga jaga jika ada sesuatu pada Putri kesayangan nya.
•
•
•
Kediaman Tulip•
Braak!!
''Sialan! Bagaimana bisa anak sialan itu sembuh dengan cepat.'' Bentak Selir Song dengan geram.
''Apa yang harus kita lakukan, Nyonya.''
Selir Song diam sejenak lalu berkata. ''Tidak perlu melakukan apapun untuk sekarang, bukan 'kah ingatan nya hilang? Kita akan bergerak jika anak itu sudah pulih ingatan nya.''
''Hamba mengerti.'' Sang dayang setia menunduk dengan patuh.
''Cari tau dan kirim mata-mata ke kediaman Mawar, aku tidak mau jika anak itu mengingat tentang kejadian sehari sebelum dia koma.''
''Baik, Nyonya.''
Dayang itu mengangguk patuh lalu pergi meninggalkan Selir Song seorang diri, Selir Song ingat percakapan antara dirinya dan Putri Guan Lien saat itu.
"*Apa kau tega memisahkan dua orang yang saling mencintai? lihat lah Jeijei mu, dia begitu bahagia bersama pangeran Zhu Quan*."
"*Tapi Ibu Selir, aku pun sangat mencintai pangeran Zhu Quan*."
"*Apakah Pangeran Zhu Quan juga mencintai mu? dia dekat dengan mu hanya merasa kasian terhadapmu yang selalu sakit sakitan*."
Selir Song mengepalkan tanganya, bagaimana pun dia harus memisahkan Putri Guan Lien dari pangeran Zhu Quan, karna pangeran Zhu Quan hanya milik putrinya seorang.
•
•
•
Kediaman Mawar•

"Apakah Putri baik-baik saja?" tanya dayang Niyu, pada Putri Guan alias Nenek Chan yang sudah tersadar dari pingsan nya.
Nenek Chan terbangun dari tidurnya dan menatap dayang Niyu. "Tahun berapa sekarang?"
''1046, Tuan Putri.''
''Apa!!'' Nenek Chan terkejut bukan main, ''1046sm? Sungguh gila, ini benar-benar gila! Aku terjun begitu jauh. Apa bisa aku kembali ke dunia ku?'' Gumam Nenek Chan dengan sedih.
Sedangkan kedua dayang yang menunggu, mengerutkan kening mereka karna sang Putri bergumam sendiri.
Nenek Chan turun dari ranjang dengan sedih, berjalan ke arah jendela dan membukanya dengan lebar, menghirup udara segar yang masih asri.
"*Dewa, bagaimana nasib cucuku di sana? apa dia sudah makan, apa dia kedinginan, apa dia selamat malam itu? Apa penjahat itu mati bersama jasadku*?"
Nenek Chan benar-benar mengkhawatirkan cucunya, yang entah bagaimana kabarnya saat ini ... yang pasti Nenek Chan meminta pada sang Dewa agar cucu nya bisa hidup dengan baik dan membangun masa depannya yang cerah.
''Putri ... Pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan ingin berkunjung.'' Ujar dayang Nienie, menyadarkan Nenek Chan dari lamunan nya.
''Pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan ... siapa lagi meraka?''
•
...🍒🍒🍒...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
im3ld4
kena mental si nenek🤣🤣
2024-10-27
0
im3ld4
maklum lah dah tua yg time travel🤣
2024-10-27
0
im3ld4
bae bae jantung niyu gak kuat nek🤣
2024-10-27
0