Taruhan

"Takut apa? Memangnya saya makan kamu?" tanya Adam yang kemudian duduk di samping Nazifah dan memaksa gadis itu supaya meminum obat tersebut.

Nazifah menggelengkan kepala, mana berani ia jujur untuk mengatakan yang sebenarnya.

Nazifah pun mempercayai ucapannya yang mengatakan kalau itu adalah obat pusing.

"Dengar, kamu beruntung, karena cangkir ke lima saya sudah cocok, sebelum kamu jadi asisten saya, mereka harus membuat lebih dari lima belas cangkir setiap paginya!" kata Adam dan Nazifah hanya diam.

"Gila sih, setiap hari pagi-pagi ngurus kopi doang, belum kerjaan yang lain, pantes aja pada enggak betah!" batin Nazifah.

"Silahkan kalau mau pulang kampung, sia-sia kamu jauh-jauh dari kampung lalu mengecewakan mereka yang di kampung, pulang enggak bawa apa-apa!" ucap Adam seraya bangun dari duduk, pria itu memilih untuk mandi dan memenangkan adiknya yang sedari tadi meronta.

Zifa pun memikirkan ucapan Adam, merasa ada benarnya, lagi pula, Adam tidak melakukan apapun terhadapnya.

Setelah itu, Nazifah segera keluar dan turun ke ruang makan.

Pengurus dapur mengucapkan terimakasih pada Zifa karena pagi ini hanya ada sedikit cangkir.

"Biasanya sampai berapa banyak cangkir, Bi? Kenapa bibi senang sekali?" tanya Nazifah, gadis itu masih terlihat pucat.

"Banyak, pokoknya terimakasih!" kata Bibi si pengurus dapur.

"Zifa, kamu sakit?" tanya Titin yang menghampirinya.

"Pusing, bu."

Sudah minum obat? Nanti sesudah Tuan berangkat, lebih baik istirahat dulu! Setelah membaik baru lanjutkan bekerja!"

"Terimakasih, Bu. Zifa udah baikan," kata Nazifah. Dalam hatinya memuji kalau obat pemberian tuannya sangat mujarab.

Selesai dengan mandi, Adam dengan sengaja meletakkan jam tangannya yang mahal itu di atas nakas. Ia mengetahui kejujuran Nazifah, apakah akan sama seperti asitennya yang terdahulu. Adam pun segera mengambil tas kerjanya lalu turun untuk sarapan pagi.

Adam bertemu Rima yang baru saja sampai di lantai bawah.

"Pagi, Mah!" sapa Adam dan Rima pun membalas sapaan anaknya.

Keduanya tidak begitu akrab, apalagi Rima menginginkan pengobatan untuk Vita dihentikan tetapi Adam menolak.

Adam ingin mengetahui sesuatu setelah Vita bangun nanti.

Apakah ada rahasia yang disembunyikan oleh Vita?

Di ruang makan, Titin dan Zifa sudah berdiri berjajar rapi untuk menyiapkan sarapan.

Dan di tengah acara sarapan, David yang merasa penasaran dengan asisten baru Adam itu datang, pria yang seumuran dengan Adam itu pun langsung duduk tanpa disuruh oleh tuan rumah.

David pun mencuri-curi perhatian pada Nazifah.

"David, kapan kamu kembali? Lama enggak ada kabar?" tanya Rima seraya menatap David.

"Baru beberapa hari, Tan. Tapi kali ini David akan lama di Jakarta." David pun ikut sarapan setelah Titin menyajikan sarapan untuknya.

Sesekali, David mencuri pandang pada Nazifah dan benar apa yang dikatakan oleh Adam kalau asisten barunya itu cantik.

Selesai dengan sarapan, Adam mengajak David untuk ikut dengannya, ia tak mau David mengganggu Nazifah.

****

Di kampung, Mirah yang sedang menanam padi itu memiliki firasat buruk, pikirannya selalu tertuju pada Nazifah yang jauh di sana.

Mirah pun segera menepi, ia mencuci tangan lalu mencari sinyal di pinggiran jalan, ia menghubungi Nazifah yang mengepel lantai kamar Adam.

Nazifah segera menerima panggilan itu dan merasa senang karena ibunya menghubunginya.

"Ibu enggak usah khawatir, Zifa baik aja di sini, mungkin Ibu kepikiran karena kangen sama Zifa. Kita kan enggak pernah berjauhan sebelumnya."

Mirah pun membenarkan ucapan Nazifah yang masuk akal.

Setelah itu, Mirah pun mengatakan pada Zifa untuk selalu menjaga diri.

Seketika, Zifa kembali teringat dengan Adam. Karena menurutnya, ia hanya perlu waspada pada Adam yang dianggapnya mengerikan.

"Iya, bu. Ibu tenang aja, Zifa bisa jaga diri, ya sudah, bu. Zifa sedang bekerja nanti lanjut lagi ya, bu."

Setelah itu, Zifa pun mengucapkan salam pada Mirah dan keduanya mengakhiri panggilan tersebut.

Dan dari layar CCTV, David yang memperhatikan Nazifah melaporkan kalau Nazifah sepertinya memiliki pacar.

Buktinya ia bekerja seraya menerima panggilan teleponnya.

Adam pun merasa penasaran lalu meminta ponsel yang dipegang oleh David.

Adam. tak melihat Nazifah seperti yang David laporkan, ia juga melihat jam tangannya masih berada di tempat di semula.

"Bagus, dia jujur, enggak kaya asisten sebelumnya," ucap Adam.

Dan David tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Adam. Tetapi, piktornya itu mengajak Adam untuk mencicipi gadis desa itu.

"Gila, jangan macem-macem lo! Kalau ternyata masih virgin gimana?" gerutu Adam seraya menatap David.

"Alah, jaman sekarang bro! Apalagi kalau dia punya pacar, lo berani taruhan kagak?"

"Apa taruhan lo?" tanya Adam. Ia merasa tertantang oleh sahabatnya.

"Lamborghini gue!"

"Ok!" Adam pun menerima tantangan itu.

"Apa taruhan lo?" tanya David seraya bangun dari duduk.

"Lo mau apa?"

"Gue mau cewek itu! Itu aja!" jawab David singkat.

"Nanti malam! Gue tunggu di apartemen gue!"

"Ok, tapi gue yang pertama!" kata Adam.

Ia ingin memastikan sendiri kalau asistennya itu benar-benar masih polos.

"Oh tidak bisa, gue pertama! Lo tunggu giliran!"

"Ck, urusan cewek aja lo! Gercep!" gerutu Adam.

David pun terkekeh lalu keluar dari ruangan Adam.

Apakah Adam akan membawa Nazifah ke apartemen David?

****

Selesai bekerja, seperti biasa, Adam menjenguk Vita dan tanpa mengatakan apapun, ia hanya ingin melihatnya saja.

Bahkan, Adam tidak perlu meminta ijin pada Vita kalau dirinya akan bermain dengan wanita lain malam ini.

Setelah itu, Adam pun segera pulang, dan Nazifah yang menyambutnya itu membantu membawakan tas kerjanya dan meletakkan di ruang kerja Adam. Adam masuk ke kamarnya dan sudah siap air mandi juga baju ganti.

Setelah itu, Adam makan malam dan Rima tidak terlihat, Adam berpikir kalau Rima sedang berada di tempat arisan atau sedang berfoya-foya.

"Malam ini saya mau keluar! Ganti bajumu, ikuti saya!" perintah Adam pada Nazifah yang berdiri di belakangnya.

"Saya, Tuan?" tanya Nazifah seraya menatap punggung Adam.

"Iya siapa lagi? Masa Titin! Kamu asisten saya, harus nurut apa kata saya! Enggak ingat tadi pagi saya bilang harus menjawab iya!"

"Baik, Tuan!" jawab Nazifah singkat.

Selesai dengan makan malam, Adam mengatakan kalau dirinya akan menunggu di mobil dan Nazifah yang sudah berganti pakaian itu segera mencari Adam di halaman rumah.

Adam yang sudah duduk di bangku kemudi itu membunyikan klakson dan menurunkan kaca mobilnya. Nazifah pun segera mendekat.

Adam membuka pintu itu dari dalam dan mempersilahkan Nazifah untuk duduk di depan.

Nazifah sama sekali tidak tau bagaimana cara memasang sabuk pengaman dan Adam pun tak memerintahkannya untuk memasang.

Selama perjalanan, Adam banyak bertanya tentang Nazifah.

"Kamu punya pacar?"

"Enggak," jawab Zifa singkat, ia tidak akan bersuara kalau Adam tidak mengajaknya berbicara.

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang Adam berikan.

"Tapi pernah pacaran?" Adam kembali bertanya.

"Enggak juga, Tuan."

"Apa dia benar-benar masih polos? kalau iya, malam ini gue dapat Lamborghini!" batin Adam.

Benarkah Adam akan tega menukar Nazifah dengan Lamborghini?

Bersambung.

Like dan komen ya All.

Vote gartisnya juga jangan lupa 😁.

Maafkan Typo yang meresahkan 🙈

Terpopuler

Comments

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

Astaghgirulloh..Adam masa punya niat ngga baik nih sm Zifa.. Ya Allah,selamatkan kesucian Zifa

2022-10-24

1

Rhina sri

Rhina sri

kasian nazifa.. apa adam akan setega itu😢

2022-10-17

1

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

ya ampun teganya ya laki" berdua mau ngerjain gadis polos kayak Nafizah... kurang ajar betul berdua

2022-10-14

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!