Ingin Pulang Kampung

Nazifah bergegas ke kamar Adam, ia mengetuk pintu kamar itu dengan sedikit pelan.

Adam yang sedang duduk di tepi ranjang itu bangun untuk membukakan pintu dan terlihat Nazifah dengan wajah sayunya berdiri balik pintu.

"Maaf, Tuan. Ada perlu apa?" tanya Nazifah yang menundukkan kepala.

"Masuk!" kata Adam dan Nazifah pun menurutinya, lalu Nazifah mengangkat wajahnya yang terkejut saat Adam menutup pintu kamarnya.

Dan kali ini Adam dapat melihat wajah itu dengan jelas.

"Kenapa?" tanya Adam dan Nazifah hanya diam, ia tidak tau keperluan apa yang Adam maksud, ingin bertanya tapi sangat gugup.

"Mana baju ganti saya?" tanya Adam seraya membuka kaosnya yang sudah berkeringat.

Setelah itu, Nazifah pun segera berjalan ke arah lemari dan langkahnya terhenti saat Adam menanyakan sesuatu, "Jangan lupa cuci tangan lebih dulu! Kamu baru bangun, siapa tau habis nyentuh apem!" kata Adam.

"Apem? Tapi di rumah ini enggak ada apem, Tuan!" jawab Nazifah dengan polosnya.

Adam hanya menggelengkan kepala karena gadis itu ternyata sangat polos.

"Saya bilang cuci tangan ya cuci tangan!"

"Baik, Tuan!" kata Nazifah yang pergi ke kamar mandi.

Selesai dengan mencuci tangan, Nazifah pun membuka lemari untuk mencari piyama dan Adam yang bertelanjang dada itu berdiri di belakang Nazifah.

Nazifah yang berbalik badan itu sangat terkejut dan tercium aroma tidak sedap di indera penciumannya. Aroma itu adalah dari alkohol yang Adam minum saat di kelab tadi.

Nazifah yang melihat bulu lebat tepat di depan matanya itu menelan salivanya.

Roti sobek yang selama ini ia lihat di drama atau serial itu kini terpampang nyata.

Nazifah tersadar saat Adam mengambil piyama yang ada tangannya.

"Kamu mau tidur di sini? mau lihat saya ganti baju?"

"Maaf, Tuan! Saya permisi!" kata Nazifah yang kemudian keluar dari kamar Adam.

"Astaga, Ya Tuhan. Ada ya orang seperti itu?" gumam Nazifah dalam hati. Nazifah pun kembali ke kamarnya lalu mencoba untuk melanjutkan tidurnya walau kantuk itu sudah pergi entah kemana.

Sementara Adam, ia merasa memiliki mainan baru yaitu Nazifah yang polosnya kebangetan.

Keesokan paginya, Nazifah mandi lebih dulu lalu bersiap untuk bekerja.

Seperti jadwalnya, Nazifah membuatkan kopi lebih dulu lalu mengantarkannya ke kamar.

Nazifah mengetuk pintu itu pelan.

"Tuan, kopi anda sudah siap," lirih Nazifah dan Titin yang baru saja keluar dari kamar nyonya besar itu menyuruhnya untuk langsung masuk karena pintu itu sudah lama tidak terkunci.

"Memangnya enggak apa-apa, Bu?" tanya Nazifah.

Titin mengiyakan dan Nazifah pun memberanikan diri untuk membuka pintu.

Terlihat Adam yang tertidur dengan bertelanjang dada itu sedang tengkurap, Nazifah pun melanjutkan langkah kakinya ke balkon dan saat Nazifah kembali untuk menyiapkan pakaian, Nazifah dibuat terkejut karena Adam sudah merubah posisinya menjadi terlentang.

Nazifah seperti ingin menangis saat itu juga karena mendadak merasa tidak betah bekerja di rumah tersebut.

Gadis polos itu takut saat melihat benda tumpul yang berdiri tegak dibalik celana kolor hitam Adam.

Nazifah ingin menceritakan itu tapi pada siapa? Akhirnya, Nazifah hanya bisa menundukkan kepala tak berani kembali melirik pada Adam yang masih pulas tertidur.

Setelah menyiapkan pakaian kantor untuk Adam, Zita pun cepat-cepat keluar dari kamar itu. Kamar panas yang terasa seperti neraka baginya.

Tidak lama kemudian, Adam pun bangun dari tidur saat mendengar suara alarmnya.

Adam mengucek matanya lalu merubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat ke layar ponselnya lebih dulu, ia yang mencium aroma kopi itu memeriksa CCTV kamarnya, ia tidak mau melihat Nazifah menyimpan nampan itu lagi di ketiaknya dan Adam tidak melihat itu.

Justru Adam melihat Nazifah yang seperti sedang menangis. Tak mengambil pusing soal itu.

Adam memilih untuk mencicipi kopi yang sudah tersedia, Adam menggelengkan kepala, ia merasa kurang pas rasa kopi itu dan kembali memanggil Nazifah.

Nazifah membuang pikiran kotornya, ia masih butuh pekerjaan, apalagi dirinya mendengar kalau gaji di rumah itu cukup besar.

Nazifah pun membesarkan juga melapangkan hatinya agar tetap kuat berada di rumah tersebut.

Nazifah mengetuk pintu kamar Adam dan Adam membukakan pintu itu.

"Lain kali ketuk, tunggu beberapa menit lalu langsung masuk saja!" kata Adam yang tak mau repot untuk bolak-balik membukakan pintu Nazifah.

"Maaf, Tuan. Nanti enggak sopan," lirih Nazifah yang terus menunduk.

"Bisa enggak kalau saya bilang itu kamu cukup jawab iya!"

"Baik, Tuan."

"Buatkan kopi yang baru! Jangan terlalu manis dan rasa pahitnya harus masih terasa!"

Nazifah pun membawa kembali kopi itu keluar dan sekarang sudah cangkir ke 5 yang Nazifah bawakan ke kamar Adam.

Nazifah merasa lelah dan kakinya sakit harus naik dan turun lantai.

"Kamu lelah?" tanya Adam saat melihat Nazifah yang terlihat pucat.

Dalam hati, Nazifah bingung harus menjawab jujur atau tidak, kalau tidak jujur, orang lain mana tau tentang isi hatinya.

Nazifah menjawab dengan menganggukkan kepala.

"Itu yang buat kamu nangis tadi pagi?" tanya Adam yang kemudian menyeruput kopi ke 5 itu.

Dan Adam merasa puas dengan rasa kopi yang terakhir.

"Saya mau rasa kopinya tetap seperti ini!" kata Adam dan Nazifah pun merasa lega, sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk kalau saja Adam meminta untuk dibuatkan kopi yang baru lagi.

Nazifah pun pamit undur diri dan Adam yang belum mendapatkan jawaban itu menahannya.

"Kenapa menangis? Masih mau kerja di sini atau menyerah?"

"Masih mau bekerja, Tuan."

"Lalu? Apa yang buat kamu sedih?" tanya Adam yang fokus ke ponselnya.

"Anu, Tuan. Itu, emm!" jawab Nazifah tidak jelas dan Adam pun meletakkan ponselnya, ia menatap Nazifah yang kemudian terhuyung.

Nazifah jatuh pingsan dan tepat di pangkuan Adam.

"Eh... kok malah tidur?" tanya Adam seraya menepuk pipi Nazifah dan gadis itu tidak merespon.

Adam pun segera membawa Nazifah untuk dibaringkan di sofa panjang yang tersedia di kamarnya.

Ia mengoleskan minyak angin di hidung Nazifah dan tidak lama kemudian Nazifah pun membuka matanya. Ia terkejut karena Adam yang sangat galak dan sempurna di matanya itu kini merawatnya.

Nazifah yang masih lemas itu pun mencoba untuk bangun dari berbaringnya dan karena masih lemas, Nazifah pun kehilangan keseimbangan.

Kepalanya terasa berputar dan Adam pun menahan lengan Nazifah, membawanya kembali duduk.

Dan saat itu juga, Adam kembali merasakan kalau kejantanannya itu kembali terusik setelah bersentuhan dengan Nazifah.

Adam memberikan obat pada Nazifah dan air minum yang ada di kamarnya.

Nazifah tidak menerima itu, ia takut kalau obat itu akan membuatnya semakin tak sadarkan diri lalu Adam melakukan yang tidak-tidak padanya.

"Hai. Ini obat sakit kepala! Mau sembuh tidak?" tanya Adam yang berdiri di depan Nazifah.

"Saya takut, Tuan. Saya mau pulang kampung saja!" lirih Nazifah yang menyadari kalau benda milik Adam kembali tegak.

Bersambung.

Apakah mainan baru Adam akan pulang kampung?

Terpopuler

Comments

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

kasihan juga ya Zifa bolak balik bikin kopi smpai tercipta rasa kopi yg di rasa pas di lidah adam.. bayangin naik turun tangga smpai ber kali2 hanya untuk membuat kopi yg sesuai.. kesel pasti lah dan tentu saja lelaaaah

2022-10-24

2

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

takut lah pasti ya zifa.. takut di terkam kucing garong🤭🤭

2022-10-24

2

Rhina sri

Rhina sri

nazifah udah takut lihat ular cobra yg masih dlm sarang... apa lg klo udah keluar yaa🤣🤣🤣

2022-10-17

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!