"Titin!" teriak Adam dari kamarnya.
Titin yang sedang bekerja di dapur memastikan sarapan tersaji sesuai dengan permintaan nyonya besar itu segera berlari ke lantai atas.
"Ya, saya Tuan," jawab Titin seraya mengetuk pintu kamar Adam.
"Kenapa lama sekali? Mana asisten yang ku minta? Kopi belum siap, begitu juga dengan baju!" kata Adam yang baru saja membuka pintu, terlihat bulu lebat yang menghiasi dada Adam membuat Titin segera tersadar akan umurnya yang hampir menopause.
"Dia sudah ada, Tuan. Anak baru dan ini adalah pengalaman pertamanya." Titin pun segera undur diri untuk ke rumah belakang, ia mencari Nazifah yang belum juga datang ke dapur untuk membuatkan kopi.
Dan Adam yang masih mengenakan kolor itu kembali masuk dan bersiap untuk mandi.
"Salahnya, semua enggak boleh campur tangan, sampai kopi dan celana da*lam saja harus satu tangan menyentuh!" gerutu Titin dalam hati.
"Aiihhh, kenapa aku menggerutu! Udah berapa tahun aku kerja di sini, kaya enggak tau keluarga besar nyonya saja!" Titin pun mempercepat langkah kakinya.
"Ini lagi, zifah lama banget ditunggunya." Dan sesampainya di kamar, Titin tidak melihat keberadaan yang dicarinya.
Di mana Nazifah?
Nazifah yang baru pertama kali berada di rumah itu tentu saja masih bingung, ia terus memutari rumah utama, sebelumnya ia sudah masuk pintu belakang yang ia yakini pintu itu menuju ke dapur dan akan mencari Titin di sana, tetapi setelah mengikuti pintu ke pintu lagi-lagi Nazifah harus keluar masuk ke pintu yang menuju ke kolam renang.
Titin yang melihat itu mempertanyakan apa yang sedang Nazifah lakukan.
"Syukurlah ibu mencari saya, saya keder, bu. Kaya ada sihir yang buat aku muter-muter, lagi-lagi sampainya di sini," kata Zifa dan Titin hanya menggelengkan kepala.
Setelah itu, Titin memberikan nomor ponselnya pada Zifa.
"Ini, kalau ada apa-apa dan ada yang mau ditanyakan bisa cari saya!"
"Baik, bu!"
Setelah itu, Titin pun mengajak Nazifah ke dapur untuk membuatkan kopi sesuai kesukaan Adam.
Takaran gula dan kopi harus pas, kalau tidak, Nazifah akan membuat kopi berulang kali sampai Adam dengan bosannya untuk menunggu kopi tersebut lalu memilih untuk berangkat bekerja.
"Sana, bawa kopi itu ke kamar! Setiap hari Tuan akan meminum kopi di kamar seraya menunggu waktu sarapan tiba!" kata Titin, keduanya berjalan beriringan, Titin menunjukkan di kamar Adam berada.
Titin dan Zifah berpapasan dengan Rima, ibu dari Adam.
Titin menganggukkan kepala dan Zifah pun mengikutinya.
"Apa dia asisten baru Adam? Kenapa bisa secantik itu?" tanya Rima dalam hati. Rima terus memperhatikan Zifa yang sekarang sudah mengetuk pintu kamar Adam.
Tak terasa, tangan Zifa yang membawa nampan itu bergetar, ia merasa takut, grogi dan cemas.
"Tenang, Zifa!" kata Titin yang berdiri di sampingnya.
Nazifah hanya mengangguk dan mengucapkan kata tenang dalam hatinya.
"Setelah meletakkan kopi di meja balkon, kamu langsung siapkan baju ganti untuk Tuan. Baju ganti untuk ke kantor," kata Titin.
Setelah terdengar suara sahutan dari dalam, Titin pun membukakan pintu kamar Adam.
Zifa mengira kalau Titin akan ikut masuk ternyata Titin hanya mengantarkan sampai depan pintu.
Zifa melihat seorang pria yang mengenakan handuk piyama berdiri di depan cermin besar, terlihat tinggi dan berbadan tegap. Zifa mencoba untuk tidak melihat wajah pria itu karena tidak ingin semakin grogi.
Zifa yang menundukkan kepala itu berjalan ke arah balkon dan meletakkan kopi itu di sana.
Setelahnya, Zifa meletakkan nampan yang dibawanya itu diantara ketiak, nampan itu di apitnya lalu membuka lemari besar untuk menyiapkan baju gantinya.
Sementara Adam merasa mual saat melihat nampan itu diapit di ketiak Nazifah.
Adam segera berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan cairan dari dalam perutnya.
"Hai kamu! Kenapa sangat jorok sekali!" teriak Adam dari kamar mandi, ia berdiri di depan wastafel menatap wajah kesalnya di cermin.
"Saya? Jorok? Jorok bagaimana, Tuan?" tanya Nazifah seraya berjalan mendekati Adam.
"Berhenti di sana!" kata Adam yang melihat Nazifah hampir sampai di depan pintu kamar mandi.
Nazifah yang ketakutan itu merasakan kalau hatinya sangat berdebar hebat, tangannya terasa sangat dingin dan kakinya seolah tak dapat berdiri.
"Kenapa nampan itu kamu taruh di ketek? Sangat menjijikkan!" kata Adam seraya keluar dari mandi.
Nazifah pun segera memindahkan nampan itu dari ketiaknya.
Gadis polos itu segera berlutut di kaki Adam.
"Maafkan saya, Tuan! Saya janji tidak akan mengulanginya lagi! Tolong jangan pecat saya!" tangis Nazifah yang berlutut. "Kampung saya jauh, Tuan. Saya mohon jangan pecat saya, kalau saya salah katakan saja, Tuan. Saya akan memperbaiki!" lanjut Nazifah.
Adam menatapnya dengan kesal.
"Bangun kamu! Cepat keluar! Kamu mau lihat saya ganti baju?"
Zifa pun melihat handuk piyama itu jatuh tepat di depan matanya. Zifa berpikir kalau Tuannya itu benar-benar sudah tanpa busana, Zifa segera berbalik badan lalu keluar dan belum sampai ke pintu nampan yang dipegangnya itu sempat terjatuh dan menimbulkan suara berisik.
"Astaga!" Adam menggelengkan kepala.
Adam yang sudah mengenakan kolor itu segera mengambil pakaian ganti yang terletak di ranjang.
Nazifah segera turun dan menemui Titin di dapur, menceritakan apa yang terjadi kecuali tragedi handuk yang lepas dan Titin meminta Nazifah untuk tenang.
"Sekarang, tugas kamu siapkan sarapan, kamu harus berada di meja makan sampai keluarga nyonyah selesai sarapan!" kata Titin dan Zifa pun menganggukkan kepala.
Setelah menunggu beberapa menit, sekarang, Adam beserta ibunya itu sudah duduk di kursi masing-masing.
Titin melayani Rima dan Zifa melayani Adam. Dengan tangan yang masih bergetar, Zifa mengambilkan sandwich dan dirinya menirukan apa yang Titin lakukan.
Dan di sela-sela makannya, Adam juga Rima mendengar suara keroncongan dari perut Nazifah yang berdiri tidak jauh dari Adam.
Pipi Zifa pun menjadi merah, ia menundukkan kepala, merasa sangat malu, biasanya, di desa, pagi-pagi sekali Zifa sudah sarapan untuk mengisi tenaganya lalu membantu orang tuanya.
Sementara Titin, ia sedikit menggelengkan kepala seraya sedikit menahan senyum.
Adam dan Rima tak menunjukkan ekspresi apapun, keduanya melanjutkan sarapannya.
Selesai dengan itu, Adam pun pamit pada Rima untuk bekerja.
Nazifah merasa lega dan dapat bernafas.
Setelah itu, Rima memerintah Titin untuk memberikan para pekerjanya sarapan.
"Baik, terimakasih Nyonya." Titin menganggukkan kepala saat Rima bangun dari duduk.
Titin pun membawa Nazifah ke ruang makan para karyawan. Di sana sudah ada nasi goreng yang tersedia.
****
Di perjalanan, Adam yang duduk di bangku belakang itu teringat dengan tangan Nazifah yang selalu gemetaran.
Dan itu membuat Adam tertawa sendiri, sopir yang sedang mengemudi pun mengira kalau Adam sedang bahagia hari ini.
Bersambung.
Like dan komen ya all ☺
Dukungan kalian adalah semangat ku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Greenindya
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 walaupun menepous gpp kok liat yg bening2
2022-10-17
2
Rhina sri
adam senyum" sendiri lihat tangan nazifah gemetar.. dia ketskutan tau🤣🤣🤣
2022-10-17
2
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
eee ternyata si bos bisa ketawa juga ..kirain benar" kaku kayak besi 😂
2022-10-14
3