Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih Bunga, Kopi, Vote, dan 🌟🌟🌟🌟🌟. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.
***
Bab 5
Akhirnya Pelangi masuk ke sekolah SMP Negeri yang dekat rumahnya. Jaraknya hanya 1 kilometer, dia pergi dan pulang sekolah dengan jalan kaki. Dia harus menerima ini karena Embun akan melakukan karyawisata di sekolahnya yang memerlukan uang lumayan banyak untuk ongkos dan bekal. Jadi, orang tuanya tidak akan bisa membayar uang masuk untuk Pelangi jika masuk ke sekolahan itu.
Hari-hari Pelangi di SMP berjalan dengan menyenangkan dan tenang. Dia aktif di organisasi OSIS dan Paskibra. Meski baru kelas satu, tapi sifatnya yang supel, ramah, dan menyenangkan untuk kebanyakan orang, membuat dirinya dengan cepat dikenal oleh seluruh penghuni sekolahan itu. Baik itu oleh murid kelas 1, 2, dan 3. Para guru dan pengurus sekolah pun mengenal dirinya.
Pelangi mengajukan diri untuk mendapatkan beasiswa berprestasi. Dia melakukan hal ini agar tidak ada hambatan dirinya dalam mencari ilmu di sana. Dia tidak mau masalah uang yang akan menjadi kendala nantinya. Dia berpikir kalau Embun yang kini duduk di kelas 3 SMP pasti akan memerlukan uang yang banyak, pastinya dia yang akhirnya harus berkorban demi kesuksesan kakaknya itu.
"Pelangi, ada lomba baca puisi dan menyanyi di Mall Mawar. Lumayan hadiah juara 1 sebesar 1 juta, juara 1 sebesar 750 ribu, dan Juara 3 akan mendapatkan 500 ribu. Eh, ada juga buat juara harapan 1, 2, dan 3 itu sebesar 300 ribu, 200 ribu, dan 100 ribu. Kamu mau ikutan, nggak?" tanya Andi yang kebetulan masuk ke SMP yang sama, karena ibunya mengajar di sana. Alasannya, biar ibunya itu bisa mengawasi dia saat di sekolah dan di rumah.
"Wah, mau ... mau! Syarat pendaftarannya apa?" tanya Pelangi.
"Isi formulir saja dan uang pendaftaran sebesar 10.000. Itu juga untuk kita mendapatkan nomor dan snack," jawab Andi.
"Oke, aku mau ikutan. Ini jadwalnya hari Minggu, 'kan?" tanya Pelangi.
"Iya. Kalau kamu mau ikutan bisa bareng berangkatnya sama aku nanti," ucap Andi sambil menyerahkan selembar kertas formulir.
"Terima kasih," balas Pelangi dengan senyum lebarnya.
***
Mengetahui ada lomba yang hadiahnya lumayan besar, Embun pun ingin ikutan. Dia punya rasa percaya diri yang tinggi dan selalu bisa melakukan apapun. Bahkan Piala di rumah setengahnya lebih itu milik dia. Jauh dengan punya Pelangi dan Lembayung.
"Pelangi, sini kakak pinjam formulirnya, mau di photo copy," ucap Embun dan Pelangi pun menyerahkan selembar kertas itu.
***
Saat Pelangi hendak mengisi lembar formulir itu, dia menyadari kalau kertasnya berbeda dengan yang tadi. Lalu, dia pun meminta Embun memberikan kertas miliknya yang tadi.
"Itu juga sama saja, apa bedanya?" Embun sewot karena Pelangi bersikukuh ingin kertas formulir yang tadi.
"Nggak mau! Pokoknya aku mau minta punya aku sendiri!" Pelangi juga ngotot.
"Ada apa ini?" Senja marah karena mendengar kedua putrinya bertengkar.
"Kak Embun mengambil kertas formulir asli milikku," ucap Pelangi.
"itu juga sama saja, tidak ada bedanya sama sekali," balas Embun dengan berteriak.
"Pokoknya aku ingin kertas yang tadi!" teriak Pelangi membalas.
Senja melotot ke arah keduanya. Dia selalu saja pusing dengan ulah mereka yang sering bertengkar karena hal-hal yang sepele menurutnya.
"Embun, kasihkan kertasnya!" titah Senja dengan tatapan mata yang tajam.
"Kakak sudah isi kertas itu," jawab Embun akhirnya.
"Kamu dengar sendiri Pelangi. Kertasnya sudah di isi. Sudah kamu isi formulir itu saja, tidak ada bedanya! Ibu heran dengan kalian yang suka sekali ribut, gara-gara hal sepele begini," ucap Senja.
Maka, Pelangi pun mau tidak mau isi formulir itu. Dia mengisi biodata dirinya dan menulis puisi karya dirinya.
***
Hari Minggu pun tiba, di mana waktu perlombaan akan segera di laksanakan. Pelangi jadinya pergi bersama dengan keluarganya sendiri. Hal ini dikarenakan ayah, ibu, dan adiknya juga akan ikut memberikan dukungan untuk keduanya.
"Maaf, Dek. Ini formulirnya palsu. Kalau yang asli nomor serinya berwarna biru. Nah, ini formulir yang asli," kata panitia saat memeriksa formulir milik Pelangi dan Embun.
"Maksudnya?" tanya Awan.
"Kami membatasi peserta. Jadi, setiap lembar formulir ada nomor serinya masing-masing. Ini pasti photo copy sendiri, ya? Padahal peserta ini sangat terbatas, hanya menyediakan 100 orang peserta. Dan untuk mendapatkan formulir ini peserta harus membeli dengan harga 20.000," jawab tim panitia penyelenggara.
Betapa terkejutnya Pelangi mendengar hal ini. Ternyata Andi sengaja membeli dua lembar formulir dan satu itu untuk dirinya. Namun, kini formulir itu dipakai oleh kakaknya.
Pelangi hanya menahan tangis karena dia sangat berharap bisa tampil di sana. Dia sudah membuat puisi tentang ayahnya. Dia menulis karya itu sepenuh hatinya.
Awan melihat mata putrinya yang berkaca-kaca, maka dia pun bertanya apa masih ada sisa formulir asli. Sayangnya, hal itu tidak ada. Formulir sudah habis sejak jauh-jauh hari.
***
Perlombaan pun berlangsung. Embun tampil dengan memukau dan penuh penghayatan. Banyak orang yang suka akan tampilannya.
Sementara itu, Pelangi tidak menikmati acara itu. Dia masih merasa sakit hati karena Embun tahu adanya perbedaan di warna nomor seri itu.
"Pelangi, kenapa kamu tidak ikut lomba?" Andi datang untuk memberikan dukungan pada Pelangi. Dia sendiri ikut lomba menyanyi yang diadakan di lantai atas.
"Formulirnya ...." Pelangi menahan tangisannya. Dia tidak sanggup bicara lagi.
Awan pun memeluk Pelangi dan berusaha menenangkan putrinya. Dia juga mengucapkan terima kasih atas puisi yang dibuatkan oleh Pelangi untuknya.
Sementara itu, Senja dan Lembayung hanya diam sambil memperhatikan. Mereka juga ikut sedih melihat Pelangi gagal pentas.
"Itu puisi yang sangat indah yang pernah, ayah baca. Terima kasih, putriku tersayang," bisik Awan dan Pelangi pun menangis tergugu.
Andi ikut merasa sedih. Dia sengaja membeli dua lembar formulir yang berbeda. Dia tidak tahu Pelangi ingin ikut lomba mana. Maka, saat Pelangi bilang ingin ikut lomba puisi, dia memberikan lembar formulirnya. Formulir sisanya dia yang akan pakai.
"Tidak apa-apa. Nanti jika ada lomba lagi, aku akan beri tahu kamu lagi," ucap Andi dan Pelangi yang ada di dalam pelukan Awan, hanya mengangguk.
'Kakak, apa kamu sengaja melakukan hal ini?'
***
Kira-kira Embun akan jadi juara nggak, ya? Tunggu kelanjutannya, ya!
Sambil menunggu up bab berikutnya, yuk baca juga karya aku yang lainnya. Ini sudah tamat jadi bisa baca maraton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Andi Fitri
embun jahat banget
2023-11-30
1
Adelia Rahma
jahatnya kau embun
2023-10-19
1
Alia Natasya Selamat
kakak nye punya hati yg kotor
2023-09-08
1