Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih Bunga, Kopi, Vote, dan 🌟🌟🌟🌟🌟. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.
***
Bab 4
Awan sangat marah mendengar putri sulungnya menghina adiknya sendiri. Meski keluarga mereka pas-pasan, bukan berarti mereka adalah orang yang rendah dan hina. Mereka masih punya harga diri dan kehormatan.
"Embun, kamu jangan bicara seperti itu kepada adikmu sendiri. Kalau kau merendah dan menghina Pelangi, itu sama saja kau sudah menghina seluruh keluargamu sendiri. Bapak tidak pernah mengajarkan hal seperti ini kepada kalian semua," ucap Awan dengan nada tegas.
Senja pun melirik ke arah Embun, dia tahu kalau anak pertamanya itu sedang marahan dengan Pelangi. Meski dia sudah menasehatinya dari beberapa hari yang lalu tetap saja Embun keras kepala.
"Embun, kamu harus meminta maaf kepada Pelangi," lanjut Awan.
Meski enggan akhirnya Embun pun meminta maaf kepada Pelangi. Setelah itu dia pergi ke kamarnya.
Tidak lama kemudian, Pelangi dan Lembayung pun pergi ke kamar mereka. Kedua kakak beradik itu tinggal di satu kamar. Berbeda dengan Embun yang mempunyai kamar sendiri.
"Ada apa dengan Embun? Kenapa dia bisa bicara seperti itu kepada Pelangi?" tanya Awan saat Senja memijat bahunya.
"Embun itu sudah remaja, tentu saja pemikiran dan pergaulannya berbeda dengan Pelangi yang masih anak-anak dan pikirannya masih polos. Dia suka melakukan dan mengatakan apa yang dia rasakan dan pikirkan saat ini," jawab Senja.
"Tapi kalau hal buruk seperti ini dibiarkan, lama-lama akan menjadi kebiasaan," ucap Awan.
Senja pun terdiam hanya kedua tangannya saja yang terus bergerak memijat tubuh suaminya. Dia tidak ingin berdebat dan membuat suaminya terbebani pikiran oleh tingkah ketiga putri mereka.
"Embun itu dalam fase remaja yang pastinya ingin serba tahu dan mengeksplor rasa penasarannya. Sedangkan Pelangi dan Lembayung itu suka bicara apa yang terlintas tanpa berpikir panjang," timpal Senja.
"Ibu harus lebih memperhatikan perkataan dan perbuatan anak-anak. Bapak tidak mau kalau sampai mereka tumbuh menjadi orang yang sering berbuat jahat dan menyakiti orang lain, apalagi terhadap keluarganya sendiri," kata Awan.
***
Waktu pun terus bergulir kini Pelangi sudah duduk di kelas 6 sekolah dasar. Teman-temannya banyak yang mengikuti les atau tambahan pelajaran di tempat bimbel, untuk menghadapi ujian nasional nanti. Namun, Pelangi tidak bisa mengikuti kegiatan seperti itu karena tidak punya uang. Berbeda dengan Embun yang masih aktif mengikuti les bahasa Inggris dan masih aktif mengikuti kegiatan sanggar.
"Pelangi, apa kamu berminat mengikuti les di tempat bimbel?" tanya wali kelasnya.
"Sepertinya tidak bisa ikut, Pak. Karena ibu tidak punya uang," jawab Pelangi dengan malu-malu.
Wali kelas itu sangat menyayangkan jika Pelangi nanti tidak bisa mendapatkan nilai yang sempurna. Dikarenakan tidak mengikuti les seperti para siswa yang lainnya.
"Sayang sekali karena tahun ini sekolah kita tidak mengadakan les untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan soal-soal yang dikiranya sulit. Kalau seperti ini sebaiknya kamu banyak belajar di rumah untuk persiapan ujian nanti." Wali kelas itu berharap kalau Pelangi nanti bisa menjadi murid yang mendapatkan nilai tertinggi se-provinsi seperti Embun, dulu.
"Iya, Pak. Aku belajar di rumah saja," balas Pelangi.
Pelangi kemarin sore sudah berbicara kepada ibunya mengenai les yang anak-anak kelas 6 ikuti. Ibunya itu bilang kalau Pelangi sebaiknya belajar sendiri saja di rumah karena tidak ada uang untuk bayar les. Atau meminta diajari sama Embun.
"Kalau begitu kamu beli buku-buku kumpulan soal ujian, atau pinjam ke perpustakaan," kata guru itu meralat saat melihat raut muka Pelangi yang berubah.
"Iya, Pak."
***
Pelangi mempunyai tetangga yang kaya, dia lulus tahun lalu. Dia pun meminjam buku-buku kumpulan soal kepadanya. Beruntung dia, karena buku itu diberikan untuknya. Itulah cara Pelangi belajar untuk menghadapi ujian nasional. Dia belajar sendiri, jika ada soal yang tidak dia bisa, maka akan minta bantuan kepada Embun. Meski, kelakuannya sering membuat jengkel, tetapi kakaknya itu tidak pelit berbagi ilmu.
Hari ujian pun datang, semua murid kelas 6 diminta untuk fokus belajar untuk ujian selama 3 hari itu. Begitu juga dengan Pelangi.
"Bu, pokoknya aku mau fokus belajar selama tiga hari ini. Semua tugas aku sehari-hari suruh Kak Embun untuk mengerjakannya," ucap Pelangi.
"Apa? Nggak mau! Enak saja ... aku juga sama sibuk, banyak tugas," bantah Embun menolak untuk mengerjakan tugas rumahan.
"Kakak, kamu cuci piring, yang lainnya biar ibu yang mengerjakan," kata Senja yang menatap dengan wajah datar.
Embun tidak bisa membantah lagi, jika melihat ekspresi ibunya seperti itu. Selain itu dia juga tidak mau lagi kalau harus mendengar ceramah dari bapaknya karena tidak mau membantu ibunya.
"Sapu halaman sama menyiram tanaman, biar aku saja, Bu," ucap Lembayung dengan semangat.
"Kamu, jangan capek-capek. Ibu tidak mau kamu sakit," ujar Senja menatap ke arah putri bungsunya itu.
Lembayung punya fisik yang lemah. Dia akan mudah sakit jika mengerjakan pekerjaan yang berat-berat. Makanya Senja tidak pernah menyuruh anak bungsunya itu untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah yang menguras tenaga.
"Tidak akan capek kalau cuma menyapu, Bu. Tapi, ambil air ke ember itu sama Ibu, ya. Biar Adik yang menyiramnya."
Selama ujian itu Pelangi pun fokus belajar untuk ujian. Hasilnya cukup memuaskan. Meski dia tidak mendapatkan nilai tinggi se-provinsi, Pelangi mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya dan se-kotamadya.
"Pelangi, kamu mau lanjutkan ke SMP mana?" tanya Awan saat mereka berkumpul seperti biasa di malam hari.
"SMP negeri saja, Pak. Biar nggak terlalu mahal biayanya," jawab Pelangi.
"Bapak sih, maunya kamu sekolah sama dengan kakak kamu. Meski agak mahal, tapi, fasilitas yang diberikan jauh berbeda," ucap Awan.
Pelangi melirik ke arah Senja, karena ibunya bilang sama tetangga kalau dirinya akan disekolahkan di SMP negeri yang dekat rumah. Berbeda dengan Embun yang sekolah di kota dan harus dua kali naik kendaraan umum.
"Itu ...." Meski sebenarnya Pelangi ingin melanjutkan ke sekolahan terkenal di kotanya sebagai sekolah bergengsi dan mencetak murid-murid yang cerdas dan sukses. Kebanyakan mereka juga dari orang-orang berduit.
"Pak, kalau Pelangi ikut sekolah di sana, maka uang pengeluaran pun akan melonjak dua kali lipat. Sementara saat ini kebutuhan pokok serba naik. Mau sekolah di mana pun, yang penting itu kita mencari ilmu," ujar Senja.
'Apa aku tidak boleh melebihi Kak Embun?'
***
Sekolah manakah yang akan di pilih oleh Pelangi? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Adelia Rahma
semoga pelangi selalu menjadi yg terindah di langit
2023-10-19
1
Abie Mas
semog ada pelangi setelah hujan
2023-09-06
1
Aifa 2 Jeddah
ngenes mocone.....
2023-08-15
1