Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, kasih like, komentar, dan 🌟🌟🌟🌟🌟. Semoga hari ini kalian bahagia dan dimudahkan rezekinya.
***
Bab 2
"Pelangi, kamu bersama Anton dan Budi akan mewakili sekolah kita cerdas cermat se-kota madya. Waktunya minggu depan, jadi kamu harus persiapkan diri untuk perlombaan itu," kata wali kelas Pelangi.
"Iya, Pak. Saya akan semakin giat belajar," balas Pelangi.
Pelangi pun memberi tahu hal ini kepada ibunya. Biasanya kedua orang tua selalu ikut menonton dan memberikan dukungan.
"Ibu, bisa datang juga 'kan, ke acara cerdas cermat aku nanti?" tanya Pelangi.
"Ibu, hari itu teman-teman aku mau main ke sini. Masa nggak ada Ibu di rumah, nanti mereka akan bicara yang enggak-enggak soal Ibu." Embun menyerobot ucapan Pelangi.
Pelangi melirik ke arah kakaknya. Dia sangat kesal sama kakaknya sekarang. Dia tahu kalau kakaknya itu tidak bisa menjamu tamu yang datang ke rumah.
"Siapa saja dari pihak guru yang akan ikut?" tanya Senja setelah terdiam tadi.
"Paling seperti biasa. Pak Dedi selaku wali kelas sama Kepala Sekolah," jawab Pelangi.
"Nanti Ibu akan titipkan kamu sama Pak Kepala Sekolah. Kalau ada apa-apa, kamu bicara saja sama dia," balas Senja.
Pelangi rasanya ingin menangis saat itu juga. Dulu, setiap Embun mengikuti acara cerdas cermat, seluruh keluarganya harus ikut memberikan dukungan. Bahkan, bulan lalu saat Embun ikut olimpiade, mereka semua juga harus ikut mengantar ke kota sebelah.
Pelangi pun bicara sama Awan dan meminta untuk ikut mengantar dirinya. Dia berharap ada keluarga yang memberikan dukungan padanya.
"Baiklah, bapak akan ikut. Jadi, hari itu bapak tidak akan buat adonan buat jualan," kata Awan sambil mengusap kepala Pelangi.
Pelangi merasa tidak enak hati pada ayahnya. Gara-gara dia, bapaknya tidak bisa jualan.
"Aku juga ingin ikut, Pak!" Lembayung datang dan bergelayut pada Awan.
Mendengar itu, Pelangi merasa sangat senang. Dia menjadi lebih bersemangat untuk belajar.
***
Manusia berencana, Tuhan-lah yang menentukan. Itulah yang terjadi pada Pelangi saat ini. Di hari acara lomba cerdas cermat, Awan jatuh sakit dan Lembayung dilarang ikut karena tidak akan ada yang menjaganya nanti saat di sana. Jadinya, tidak ada seorang pun keluarga dia yang memberikan dukungan.
"Kamu, jangan lemas begitu. Yang semangat, pulang bawa kabar gembira buat bapak," ucap Awan memberikan semangat pada Pelangi.
"Iya, Pak," balas Pelangi menahan rasa ingin menangis.
"Kakak, pulang bawa piala, ya! Biar semakin banyak piala punya Kakak," kata Lembayung yang kini ikut rebahan di samping Awan sambil memeluknya.
"Iya, Dek."
***
Pelangi sangat bisa berharap menjadi juara dalam acara lomba cerdas cermat tingkat kotamadya. Agar dia bisa membuktikan kalau dia juga bisa berprestasi. Selama ini ibunya selalu membanggakan Embun yang merupakan murid paling cerdas dan teladan di angkatannya. Dia sejak kelas 1 Sekolah Dasar sampai sekarang selalu juara 1 dan juara umum.
Sementara itu, Senja selalu mendapatkan peringkat juara 2. Sebenarnya dia bukan tidak mampu menjadi juara 1, itu karena Senja tidak pernah memberikan fasilitas yang sama antara Embun dengan Pelangi. Semua keperluan Embun baik secara materi maupun moral selalu didukung penuh oleh Senja. Bahkan Embun ikut les bahasa Inggris dan gabung di sanggar kesenian tradisional.
Pelangi sendiri tidak pernah ikut kegiatan seperti itu. Alasannya karena nggak ada uang lagi, hanya cukup untuk satu orang. Namun, dua tahun lalu Lembayung ikut sanggar anak. Hal ini karena dia memiliki bakat dalam bernyanyi dan menari. Memang Lembayung sering diminta untuk menari tarian daerah dan menyanyi jika ada kegiatan di lingkungannya atau acara di kepemerintahan. Pelangi hanya ingin ikut les bahasa Inggris karena dia sering ikut kegiatan lomba pidato atau berdongeng. Ternyata hadiah yang menggunakan bahasa Inggris itu lebih besar nominalnya.
Pelangi sering disebut 'mata duitan' sama teman-teman. Bukan yang suka morotin uang orang lain. Namun, dia akan semangat melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Dia sering bawa dagangan ke sekolah, hanya untuk mendapatkan keuntungan dari barang dagangan milik tetangganya. Dia ikut lomba yang ada hadiah uang. Pelangi melakukan itu untuk bisa memenuhi keinginannya. Seragam sekolah, tas, sepatu, dan bajunya sehari-hari. Semua itu bekas Embun. Dia akan punya baju baru saat hari raya saja.
Pelangi bisa membeli barang baru, jika dia punya uang yang banyak. Dia melakukan hal seperti ini semenjak duduk di kelas 3. Dia juga dulu sering protes sama ibunya, jika dia juga ingin suatu barang. Setiap yang diminta oleh Embun pasti dikabulkannya, jika mampu. Kalau tidak, ya dia harus bersabar sampai uangnya terkumpul. Berbeda saat Pelangi meminta hal yang sama. Senja akan bilang, ''Kamu, jadi orang jangan iri sama saudara sendiri!''
Semenjak itu Pelangi sering merasa percuma saja minta sesuatu pada ibunya. Pastinya akan dikasih barang bekas Embun atau akan kena omelannya.
***
Tim Pelangi bisa lolos sampai ke final. Ketiga anak itu masih penuh semangat meski rasa lelah dan lapar mulai mereka rasakan.
"Ayo, kita makan siang dulu! Biar otak bisa lancar saat berpikir," kata ibunya Anton.
"Saya, juga bawa bekal, Jeng. Kita makan siang sama-sama di taman, saja." Mamanya Budi yang seorang guru pun ikut hadir memberikan dukungan kepada putranya.
"Pelangi, kamu bawa bekal?" tanya Anton.
"Bawa, ibu buatkan bekal yang banyak untuk aku makan siang bersama kalian," jawab Pelangi. Senja, membuatkan bekal agar anaknya tidak mengalami kelaparan. Ibunya itu memang memperhatikan urusan perut semua anggota keluarganya.
Setelah selesai makan siang, acara lomba cerdas cermat di lanjutkan lagi. Pelangi, Anton, dan Budi selalu kompak dalam menjawab semua pertanyaan. Akhirnya mereka pun mendapatkan juara 1. Masing-masing anak mendapatkan uang 300.000 rupiah, piala, dan piagam.
Pelangi pulang ke rumah dengan perasaan bahagia. Dia pun menyerahkan semua uang yang dia dapat kepada Senja.
"Bu, nanti aku belikan sepatu baru, ya!" pinta Pelangi.
"Iya. Besok akan ibu belikan," balas Senja setelah menerima uang itu.
***
Keesokan harinya, Senja membelikan ketiga anaknya sepatu. Pelangi sangat senang, begitu juga dengan Lembayung. Meski dirinya tidak meminta dibelikan sepatu, tetapi dibelikan juga oleh Senja. Dia membelikan sepatu dengan model yang sama dan ukuran berbeda-beda.
"Bu, kok aku dibelikan sepatu yang seperti ini. Mana nomornya kekecilan lagi. Tukuerin, Bu!" pinta Embun beralasan.
"Itukan sudah benar ukuran nomor kaki Kak Embun," ucap Pelangi karena dia tahu betul berapa nomor seperti dia dan saudaranya.
"Bu," kata Embun merengek.
"Iya. Ayo, kita ke pasar. Biar tidak diganti lagi nanti," balas Senja. Kedua orang itu pun pergi ke pasar menukarkan sepatu milik Embun.
***
"Kok, punya Kak Embun ganti model. Sepatu ini sangat mahal harganya. Hanya orang kaya yang bisa beli," ucap Lembayung protes.
"Kamu itu, iri saja. Karena sepatu ini yang pas di kaki milik kakak," tukas Embun dengan sewot.
Pelangi tahu berapa harga sepatu yang dibeli oleh Kakaknya itu. Satu pasang sepatu yang dibeli oleh Embun dua kali lipat dengan sepatu miliknya.
'Lagi-lagi ibu tidak bisa menolak keinginan Kak Embun. Sebenarnya ada apa dengan ibu?'
***
Akankah Pelangi bisa mendapatkan pengakuan dari Senja seperti halnya Embun? Tunggu kelanjutannya, ya!
Sambil menunggu up bab berikutnya. Yuk, baca juga karya teman aku ini. Kocak abis, deh. Cus meluncur ke karyanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Andi Fitri
kasian kmu pelangi sabar ya pelangi akan indah pada waktunya
2023-11-30
1
Adelia Rahma
penasaran pelangi anak kandung senja pa bukan yak
2023-10-19
1
Abie Mas
jadi ibu kok horor ya sama anaknya ga adil
2023-09-06
1