Yanti sudah siap, dengan tas yang berisi beberapa potong pakaian ganti. Tidak banyak barang yang di bawa untuk mengikuti tugas barunya sebagai asisten Deni. Yanti duduk dipinggir jalan raya yang tidak jauh dari rumahnya.
Yanti memakai pakaian agak rapi karena apa yang dilakukan ini, juga termasuk kerja. Dengan perasaan cemas, Yanti sudah menunggu lebih awal dari jam yang sudah ditentukan Deni. Dia juga tidak ingin terlambat dan membuat bos barunya itu marah.
Setelah menunggu cukup lama, Deni akhirnya muncul juga. Mobil mewah warna hitam berhenti tepat di dekat Yanti. Deni membuka kaca jendela mobilnya.
"Yanti, masuk."
Yanti segera masuk kedalam mobil milik Deni. Deni menatap Yanti, dia menunggu Yanti memakai sabuk pengaman. Tetapi karena Yanti jarang naik mobil, dia tidak sadar jika dia harus memakai sabuk pengaman. Lama menunggu, akhirnya Deni memakaikan sabuk pengaman untuk Yanti. Meski Yanti agak kaget, dia membiarkan saja, bosnya itu membantunya.
Perjalanan telah di mulai menuju ke tempat tujuan Deni. Ternyata tempatnya cukup jauh. Mereka melewati daerah-daerah pedesaan. Dan berhentilah mereka disebuah rumah sederhana. Ternyata itu rumah adalah rumah keluarga Deni.
Yanti melihat sekeliling, tampak daerah yang tidak asing bagi Yanti. Setidaknya dia pernah kemari sewaktu kecil. Yanti melihat ke arah sungai yang tidak jauh dari rumah Deni. Dimana saat itu dia jatuh tenggelam ke sungai dan di selamatkan oleh ayah Hadi.
"Yanti, cepat bawa masuk barang-barang yang kamu bawa. Jangan bengong saja," kata Deni sambil membuka pintu mobilnya.
"Iya, Pak Deni," jawab Yanti sambil menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes.
Yanti membawa tasnya mengikuti Deni yang lebih dulu masuk rumah itu. Rumah itu cukup rapi dan terawat. Tapi sebenarnya Yanti bingung. Ada urusan apa bosnya di daerah sini hingga mereka tinggal di rumah ini. Tetapi kecurigaan itu Yanti buang jauh-jauh karena tugasnya hanya menemani bosnya bekerja. Dia tidak ingin tahu urusan yang lainnya.
"Yanti, kita istirahat dulu di rumah ini. Besok kita baru akan bekerja. Sebelah sana itu kamarmu dan ini kamarku," kata Deni sambil menunjuk kamar di ujung.
Tanpa sedikitpun rasa curiga, Yanti masuk ke dalam kamar dan mulai beristirahat. Malam sudah mulai menjelang. Deni menyiapkan makanan untuk mereka makan malam. Yanti tampak heran melihat Deni bisa memasak dan masakannya cukup enak.
"Pak Deni, hebat. Bisa masak," kata Yanti sambil mengacungkan jari jempolnya.
"Biasa saja. Tadi ada Bik Sri yang menyiapkan bahannya dan membantuku," kata Deni.
"Bik Sri? Dia tidak tinggal disini?"
"Tidak. Di tidur di rumahnya sendiri. Sudahlah, selesai makan kamu istirahat lagi."
Yanti tersenyum manis. Tetapi, Deni kesal melihat Yanti tampak bahagia.
Kita lihat apa setelah malam ini kamu bisa tersenyum, batin Deni.
Malam sudah sangat larut. Yanti sudah tenggelam dalam mimpi. Yanti memang gampang tidur, tidak pilih-pilih tempat. Asalkan nyaman dia langsung bermimpi indah.
Perlahan, Yanti membuka matanya saat mendengar suara ribut-ribut di dalam kamarnya. Lebih terkejut lagi, saat melihat dirinya sedang memeluk seseorang. Yanti panik dan segera bangun. Melihat orang yang dipeluknya adalah Deni, bosnya. Yanti sudah tidak bisa berpikir lagi. Seolah dunia berhenti disini. Didalam kamar telah berdiri beberapa orang sambil menatap tajam padanya.
"Cepat bawa mereka pada Pak RT, sekarang!" teriak salah satu dari mereka.
Tanpa banyak bertanya, mereka membawa Yanti dan Deni tanpa perlawanan. Yanti heran kenapa Deni diam saja dan kenapa juga Yanti bisa ada di kamar Deni. Meski Yanti berusaha berontak, dia tidak bisa melepaskan diri dari tangan warga desa.
Demi menjaga nama baik desa mereka, Pak RT memutuskan untuk menikahkan mereka. Yanti dan Deni hanya bisa menurut saja keputusan mereka. Karena mereka diancam akan di arak keliling desa dalam keadaan tanpa busana, sebagai hukuman.
Hari itu juga, seluruh warga desa membuat persiapan pernikahan mendadak Yanti dan Deni. Yanti dirias sederhana demikian juga Deni. Upacara pernikahan mereka hanya berlangsung sekejap. Mereka menikah secara resmi dan dengan wali hakim sebagai pengganti ayah Yanti.
Ada beberapa kecurigaan di hati Yanti tentang pernikahan ini. Seharusnya mereka hanya dinikahkan siri seperti kebanyakan pernikahan dadakan karena dianggap berbuat mesum. Tetapi itu hanya sekedar rasa curiga yang timbul karena hati Yanti sedih dan kesal.
Malam pertama, tidak seperti malam pertama yang diimpikan sepasang pengantin. Malam ini, Yanti marah pada Deni karena dianggap tidak mau memberikan penjelasan pada para warga desa. Setidaknya, Deni bisa membuat sesuatu alibi agar tidak membaut mereka Adi tuduh berbuat mesum di rumah Deni.
"Pak Deni, saya tidak mengerti dengan anda. Anda pria yang berpendidikan tinggi dan pasti pintar dalam memberikan penjelasan. Tetapi kenapa, Pak Deni sama sekali tidak berbicara apapun untuk membela diri," ucap Yanti kesal.
"Penjelasan seperti apa yang harus aku berikan pada mereka. Mereka sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, kalau kita berada dalam satu kamar dan kamu dalam keadaan memelukku. Aku bisa apa?" jawab Deni sambil menghela nafas.
Yanti terdiam mendengar jawaban Deni. Yang Yanti heran, kenapa dia bisa berada dikamar Deni.
"Yanti, kamu sendiri yang tiba-tiba ada di kamarku. Aku sendiri kaget, saat melihat kamu memelukku. Apa kamu ada riwayat tidur berjalan?" tanya Deni.
"Sepertinya, tidak. Tapi kenapa warga desa bisa masuk ke rumah ini, bahkan sampai ke kamarmu?"
"Aku lupa mengunci pintu. Tapi, semua sudah terlanjur terjadi. Terima saja, untuk apa kamu terlihat sangat marah dan kesal. Banyak wanita yang ingin menikah denganku. Jadi seharusnya kamu merasa beruntung bisa menjadi istriku," kata Deni sambil menatap Yanti.
"Padahal, masih banyak cita-cita yang belum terlaksana. Saya malah harus terjebak dalam sebuah pernikahan," kata Yanti tiba-tiba menangis.
"Kamu pikir, kamu sendiri yang sedih? Aku juga kesal. Bagaimana aku bisa terjebak dan menikah dengan gadis sepertimu. Kasar, keras kepala, suka membantah dan tidak cantik. Begini saja, karena kita sudah terlanjur menikah. Kita jalani saja dengan sebuah kesepakatan. Bagaimana?" tanya Deni.
"Maksud Pak Deni?"
"Kita akan membuat perjanjian. Kamu bisa menuliskan apapun yang inginkan dan aku juga akan menuliskan apa yang aku inginkan. Tetapi, jangan pernah meminta cerai dariku."
"Kenapa?"
"Karena aku sangat membenci sebuah perceraian. Kamu harus mengingat itu selamanya dalam hatimu. Tidak ada kamus cerai dalam hidup Deni. Tetapi kamu tidak usah khawatir. Selama kamu belum siap menjadi nyonya Deni, aku tidak akan pernah memaksamu melakukan kewajiban sebagai istri," ucap Deni tegas.
Ucapan Deni membuat Yanti bisa bernafas lega dan sekarang dia sudah tidak bingung lagi meski berstatus sebagai istri Deni. Yanti juga sangat senang karena Deni tidak akan pernah memaksanya menjalani kewajibannya sebagai istri, sebelum Yanti siap.
Ternyata, pak Deni baik juga, batin Yanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
mungkin Deni emang jodoh kamu Yanti, meski di persatukan secara dadakan lebih tepat nya di rencanakan oleh Deni sendiri
2022-11-08
0