Yanti terpaksa menerima pemberian pak Hendra. Terlebih lagi, pekerjaannya saat ini juga membutuhkan alat make up untuk sehari-hari.
"Ya, sudah. Yanti terima pemberian, Om. Makasih ya, Om," ucap Yanti sambil tersenyum.
"Nah, gitu. Lain kali kalau kita ketemu lagi, Yanti pakai make up yang Om kasih ya. Oke?"
"Siap, Om."
"Om pamit dulu. Sampaikan salam untuk ayahmu. Semoga cepat sembuh." kata pak Hendra pamit.
Yanti kembali mencium punggung tangan pak Hendra.
"Nanti, Yanti sampaikan," jawab Yanti.
Yanti menatap kepergian pak Hendra yang dipanggilnya 'Om'. Yanti segera masuk dan segera menyimpan barang-barang pemberian pak Hendra.
Keesokan harinya, Yanti bersiap berangkat bekerja. Karena ia ini adalah hari pertamanya bekerja, dia tidak ingin terlambat. Berbekal alat make up pemberian pak Hendra, Yanti berangkat dengan senang hati.
Sepanjang perjalanan, wajah cerianya membuat setiap yang melihatnya menjadi ikut terbawa bahagia. Yanti memang seolah tidak pernah bersedih. Meski beban seberat apapun, dia hadapi dengan senyum.
Sampai di tempat kerja, dia diberi seragam dan harus berdandan. Setidaknya tidak terlihat kusam karena harus menghadapi berbagai karakter pelanggan yang berbeda.
Yanti mencoba merias wajah polosnya dengan bedak tipis dan lipstik. Awalnya, Yanti tidak percaya jika dengan polesan yang sederhana saja, penampilannya sudah sangat berubah. Biasanya dia hanya memakai kaos oblong dan celana gombrong. Hari ini, dia memakai pakaian rapi dan sepatu berhak tanggung. Bodinya terlihat seksi dan kulit putih mulusnya terlihat karena rok seragamnya yang pendek.
"Ayo, semua berkumpul!" teriak pak Deri yang merupakan atasan Yanti.
Semua pekerja baru berkumpul menjadi satu. Mereka berjumlah 10 orang, semuanya seorang wanita.
"Hari ini, bos kecil akan akan datang untuk menyambut pegawai baru dan akan memberi sedikit pencerahan. Aku harap , kalian semua mendengarkan dengan baik. Jangan membuat aku malu," kata pak Deri lagi.
"Siap, pak."
Suara kesepuluh pegawai baru kompak. Mereka saling melirik satu sama lain. Tidak berapa lama, semua orang terlihat gugup menyambut bos kecil datang. Sebenarnya Yanti penasaran, kenapa dia disebut bos kecil. Padahal dia terlihat sudah dewasa.
Bos kecil sudah memasuki ruangan dan Yanti sangat kaget saat melihat seorang pria yang sepertinya pernah dilihatnya. Yanti berusaha mengingat pria tersebut. Ternyata, bos kecilnya adalah pria yang mobilnya kemarin tergores sepedanya. Sementara KTP-nya juga masih berada di tangan pria itu.
Karena takut dikenali, Yanti terus menunduk selama pria itu memberikan arahan dalam bekerja. Tetapi tidak sedikitpun yang masuk dalam pikiran Yanti. Yang ada dalam pikiran Yanti saat ini, hanyalah bagaimana caranya, pria itu tidak mengenalinya.
Untunglah sampai acara selesai, semua baik-baik saja. Setelah bos kecil pergi, Yanti menarik nafas lega.
"Akhirnya, bebas juga," gumam Yanti dalam hati.
"Jangan bubar dulu. Hari ini akan ada pembagian tugas untuk masing-masing pegawai baru. Jadi nanti kalian tidak bingung lagi, apa-apa yang harus dikerjakan dan tidak tumpang tindih dalam bekerja," kata pak Deri.
Pak Deri segera memberikan arahan untuk masing-masing pekerjaan. Yanti sangat senang karena dia berada di bagian pakaian. Menurut dia, ini lebih menantang karena harus menghadapi banyak karakter cewek yang hobbi belanja.
Yanti dan 2 orang temannya, Sasa dan Mina berjalan menuju tempat tugasnya. Mereka tampak senang, meski akan banyak tantangan di tempat ini. Mereka bergabung dengan beberapa pegawai senior yang lebih dulu bekerja di sini.
Pelanggan pertama datang. Sepasang kekasih sedang memilih baju.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya Yanti ramah.
"Iya, aku butuh baju untuk ke pesta, tolong diberi rekomendasi yang cocok, untuk bentuk tubuh seperti aku ini," kata Mbak-mbak itu.
Yanti mencari pakaian pesta yang cocok untuk mbak-mbak itu. Setelah menemukannya, Yanti meminta Mbak itu untuk mencobanya. Saat, sang wanita mencoba pakaian, sang pria malah berusaha mendekati Yanti.
"Hai, Cantik. Boleh tukeran nomor telepon? Belum punya kekasih kan?" tanya pria itu bertubi-tubi.
"Maaf, saya tidak memiliki nomor telepon."
"Kok bisa," tanya pria itu heran.
"Karena saya tidak memiliki Handphone," jawab Yanti sambil tersenyum.
Tanpa sepengetahuan mereka, gadis itu terus memperhatikan gerak-gerik kekasihnya yang sedang merayu Yanti. Setelah hatinya cukup yakin, jika kekasihnya mata keranjang, gadis itu keluar dan langsung menampar wajah kekasihnya. Tentu saja suasana jadi kacau. Yanti jadi bingung dengan apa yang terjadi.
Pertengkaran sepasang kekasih itu akhirnya dapat diatasi oleh pak Deri dan beberapa orang pegawai lain. Sementara Yanti, di panggil oleh bos kecil untuk di mintai keterangan.
Yanti sangat kaget dan bingung jika nanti bos kecil mengenalnya.
Yanti mengetuk pintu perlahan, dan suara tegas dari bos kecil itu terdengar keras.
"Masuk!"
Yanti membuka pintu dengan pelan. Dia berjalan sambil menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Berharap, bos kecil tidak mengenalnya.
"Jadi, kamu penyebab masalah hari ini?" tanya Deni datar.
Yanti semakin menundukkan kepalanya karena dia tahu, Deni sedang melihatnya.
"Siapa nama kamu. Jika kamu masih tidak mau menjawab, hari ini juga kamu akan saya pecat. Silahkan tinggalkan tempat ini," kata Deni kesal.
Mendengar dia akan dipecat, dia sangat panik dan dia tidak ingin dipecat pada hari pertama dia bekerja. Capek-capek cari pekerjaan yang bisa mendapatkan gaji bulanan, masa harus cari pekerjaan baru lagi.
"Bukan. Saya tidak tahu apa yang Bapak maksud. Bukan saya penyebabnya. Mereka bertengkar sendiri," bela Yanti yang tanpa sadar mengangkat kepalanya.
"Kamu, kamu gadis yang kemarin kan?" kata Deni kaget.
"Bapak mengenali saya?" tanya Yanti sambil tersenyum takut.
"Kamu pikir, karena penampilanmu berubah, aku tidak akan mengenalimu. Jadi kamu bekerja di tempatku untuk membayar hutang-hutangmu?"
"Benar. Jadi jangan pecat saya," kata Yanti setengah memohon.
"Sampai kapan kamu akan bisa membayar biaya perbaikan mobilku?"
"Sebenarnya berapa biayanya?"
"20 juta."
"Hhh, sebesar itu?" tanya Yanti kaget.
"Memang, kamu pikir biaya perbaikan mobil itu murah?"
"20 juta, aku bisa kumpulkan kira-kira harus bekerja disini berapa bulan?" gumam Yanti.
"Lalu, kamu pikir, aku mau kamu cicil? Aku akan memberimu jalan agar hutang kamu lunas dan kamu bisa mendapatkan uang yang cukup besar," kata Deni sambil tersenyum licik.
"Tidak. Pasti pekerjaan itu sangat sulit dilakukan," jawab Yanti cemas.
"Tidak juga. Menikahlah denganku."
"Apa, menikah?"
Deni menatap tajam wajah Yanti yang tiba-tiba berubah pucat. Yanti sendiri masih syok dan tidak percaya, bos kecil itu akan melamarnya. Mereka baru kemarin bertemu, mana mungkin bos kecil jatuh cinta padanya. Yanti mulai curiga, dengan keinginan bos kecil. Pasti hanya ingin mempermainkannya.
"Benar, kita menikah. Jika kamu setuju, tidak hanya hutang kamu lunas, kamu akan mendapatkan apapun yang kamu inginkan. Dan juga status sebagai nyonya Deni," kata Deni sambil melebarkan matanya.
"Sayangnya, saya sama sekali tidak tertarik," jawab Yanti tersenyum tipis.
"Kamu menganggap tawaranku ini serius?"
"Lalu?"
"Jangan kira, aku akan tertarik menikah dengan gadis sepertimu. Jangan berpikir, ini seperti drama idola," ucap Deni ambil tertawa mengejek Yanti.
Benar dugaanku. Ternyata ada bos, yang suka mempermainkan bawahan, gumam Yanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
ada apa ini, kenapa tiba tiba ngajak nikah ..
butuh rahim yah...?
2022-11-08
0