Waroh terlihat mencoba menggerakkan tangannya. Namun pergerakan tangan kanannya terasa begitu pelan. Kondisi Waroh yang masih lemah membuat ia tak bisa menggerakkan tubuhnya untuk bangkit. Ia ingin duduk. Tubuhnya terasa sakit. Ia melirik tangan kiri yang di infus. Bu Salamah terlihat tertidur sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kayu yang berada di sebelah Waroh.
Abah Ucup yang dari tadi duduk sambil membaca koran, melirik ke arah Waroh. Putri Sulung nya telah sadar setelah hampir 10 jam ia tak sadar. Ia mendekati Waroh yang memalingkan wajahnya dari Abah Ucup.
"Ga usah mecaca mencucu. Aku ini bapak mu."
Abah Ucup mengambil air minum dan meletakkan sedotan di dalam gelas itu. Ia menyodorkan ke arah Waroh. Namun sang anak tak membuka mulutnya. Ia menatap dinding yang ada di sisinya. Ia masih kesal dan sakit hati pada Abah Ucup yang menjodohkan Laila Untuk Rohim.
Abah Ucup masih mencoba sabar.
"Hayo cepat diminum. kamu itu mbok mikir Roh. Kamu pikir kalau mati urusannya beres? Apa kamu sudah siap ditanya malaikat shalat mu? Pahala Mu?"
Waroh masih tak bergeming. Abah Ucup akhirnya meletakkan gelas tersebut diatas meja. Ia mendekati Bu Salamah yang masih tertidur.
"Bu. Bangun. Bu."
Bu Salamah yang sedikit terbuka mulutnya, kaget. Ia membuka kedua matanya sambil satu tangan mengelap bagian mulutnya.
"Ada apa Bah?"
"Itu anak mu sudah sadar. Aku mau panggil dokter. Sana urus anak mu. Dia Ndak mau ku urus." Ujar Abah Ucup kesal. Lelaki paruh baya itu pergi meninggalkan ruangan itu. Ia menuju ruangan perawat untuk memberitahu jika anaknya telah siuman.
Waroh yang masih tergolek sakit dengan Jarum Infus tertancap di tangannya. Ia baru menoleh ke arah Bu Salamah. Bu Salamah pun memberikan anaknya minum.
"Minum dulu Roh."
Waroh meminum air tersebut sambil meneteskan air mata. Ia begitu sakit hati pada Abah Ucup. Rasa sesak di hatinya karena sang ayah lebih mengutarakan Laila. Sedangkan dirinya tak pernah diutamakan. Padahal Abah Ucup tak pernah membedakan keduanya. Abah Ucup hanya memahami karakter sang anak. Dan yang ia lakukan adalah yang terbaik menurut Abah Ucup.
Waroh yang saat akan meminta pergi ke kota agar bisa bekerja, tak diizinkan oleh Abah Ucup. Karena karakter anaknya yang sering pergi tidak jelas. Maka sang ayah khawatir kalau si anak gadisnya jauh dari pantauan nya. Karena banyak anak gadis di kampungnya yang menikah karena married by accident. Walau Abah Ucup bukan orang alim, tetapi bagi dirinya jika anak gadis sampai menikah karena hamil duluan itu adalah aib. Bagaikan dilemparkan kotoran ke wajahnya.
Sehingga sang anak hanya di perbolehkan kursus menjahit di penjahit Amrina. Yang berada di desa Sumber Sari. Berbeda dengan si bungsu yang pergi ke kota karena menuntut ilmu. Terlebih Laila hampir tidak pernah pergi keluar rumah jika tidak ada tujuan yang jelas.
Laila melirik Bu Salamah, Ia masih ingin mendengar apa keputusan Abahnya setelah ia nekat Bu nuuuh diri.
"Bagaimana Bu? Abah sudah merubah keputusannya?"
Bu Salamah menarik kursi dan duduk di sisi putri sulungnya.
"Kamu itu yang dilihat dari Rohim itu apanya? Tampan ya Ndak. Kaya apalagi, punya pekerjaan tetap Ndak?"
Seketika Waroh terdiam. Pertanyaan Ibu nya seperti menggema di telinganya. Ia memang sering melihat Rohim di setiap acara keagamaan. Banyaknya pujian dari gadis-gadis membuat ka sangat suka dengan sosok Rohim. Disamping itu usia yang telah cukup matang membuat dia pun ingin segera menikah.
"Yang penting dia itu di hargai banyak orang Bu." Jawab Waroh pelan.
Bu Salamah pun memandangi Waroh dengan lekat.
"Roh. Menikah itu bukan menyelesaikan masalah. Tapi justru nambah masalah. Lah Ibu mu ini loh dulu menikah sama bapak mu karena di jodohkan si Mbah mu sama bapak mu. Ibu pikir ibu bakal seneng nikah sama sopir bisa banyak uangnya. Nyatanya malah setelah menikah terus ibu malah makan ati nikah sama bapak mu. Kamu tahu sendiri watak bapak mu keras." Suara Bu Salamah terdengar lirih.
Ia yang dulu menikah karena saling di jodohkan orang tua. Bu Salamah memang hidup tidak terlalu susah juga tidak terlalu berkecukupan. Namun saat masa-masa kecil kedua putrinya, ia dan Abah Ucup memang mengalami masa-masa sulit. Bahkan ia dan suami sering bertengkar. Belum lagi kadang saat Bu Salamah hamil Waroh. Sang suami jarang di rumah. Dan ketika pulang kadang sang istri sering curiga karena uang yang dibawa pulang tak seperti biasa.
Hal-hal kecil kadang sering menjadi pemicu ia dan Abah Ucup terlibat pertengkaran. Hal itu sebenarnya lumrah di setiap keluarga. Namun itulah rumah tangga Abah Ucup yang diawali tanpa niat beribadah, tanpa ilmu. Sehingga dalam perjalanannya terasa sangat berat, membosankan.
Barulah ketika kehamilan Laila rumah tangga Abah Ucup dan Bu Salamah sedikit membaik. Kehadiran Pak Toha di desa Sumber Sari yang membuat majelis-majelis di kecamatan Tegal Rejo itu pun memberikan dampak pada pasangan Abah Ucup. Abah Ucup jarang minum-minuman keras, jarang Judi. Dan lama kelamaan lelaki itu meninggalkan semua yang ia sering lakukan itu sejak istri nya hamil anak kedua yaitu Laila.
Abah Ucup yang dari tadi menggunakan hp Sie-meens C55 menghubungi putrinya Laila. Namun tak berhasil. Ia meminta agar sang anak segera pulang. akhirnya ia memasukan ponsel berukuran mini itu kedalam saku celana panjangnya. Saat kembali kedalam ruangan Waroh dirawat seorang dokter baru saja memeriksa putri sulungnya.
"Bagiamana dok putri saya?" Tanya Abah Ucup.
"Sudah lebih baik. Kita tunggu beberapa hari ya Pak."
Sang dokter pun meninggalkan Abah Ucup dan Ibu Salamah. Abah Ucup duduk di tikar yang berada di sisi Waroh. Ia mengetik SMS kepada putrinya yang berada d pulau Jawa. Ia meminta Laila pulang karena ia telah dilamar seseorang. Berkali-kali Abah Ucup melihat SMS yang ia kirimkan. Tak ada keterangan bahwa pesan telah terkirim. Keterangan SMS itu masih berstatus tunda.
Tidak ada obrolan selama satu hari itu. Waroh hanya diam membisu. Wujud protesnya pada Abah Ucup.
Hari berganti hari tak terasa telah tiga hari Waroh di puskesmas. Ia pun diperbolehkan pulang. Saat Waroh masih tak ingin berbicara pada Abah Ucup. Ayah dari dua anak itu merasa bingung, karena ia tak berhasil menghubungi Laila akhirnya mengirimkan pesan dan ia selipkan sebuah foto berukuran 3x4. Foto itu tak lain adalah foto Rohim.
Didalam surat itu Abah Ucup menyampaikan pada Laila untuk segera pulang. Dan foto yang ia kirimkan bersama surat itu adalah lelaki yang melamarnya. Abah Ucup mengatakan jika ia telah menerima lamaran lelaki tersebut.
Saat Abah Ucup mengengkol motornya. Bu Salamah bertanya mau kemana suaminya itu.
"Abah mau kemana?"
"Ke kantor pos. Ngirim surat untuk Laila."
Tiba-tiba dari dalam kamar, Suara Waroh yang beberapa hari tak terdengar kembali menyulut emosi Abah Ucup. Lelaki itu merasa kesal beberapa hari itu di acuhkan sang anak.
"Laila lagi, Laila lagi. Laila terooooos. Terus wae Laila, Laila. Nasib, nasib. Nduwe Adik, nduwe bapak kok nyakiti ati wae!" Suara Waroh dari dalam kamarnya yang tertutup.
[Laila lagi, Laila lagi. Laila teruuus. Terus saja, Laila, Laila. Nasib, nasib. Punya Adik, Punya bapak kok nyakiti hati saja!]
Abah Ucup yang sudah diambang pintu cepat bergegas ke arah kamar Waroh. Dengan gigi geraham yang sudah mengeras menahan emosi yang sudah tiga hari itu ia tahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Rozh
bapak sama waroh sana-sama keras
2024-01-03
2
Silla
mencaca mencucu sama aja "monyang monyong" kalok menurutku😁
2023-05-14
2
Nadia
Waroh roh sampean mau nya apa toh, bukannya bersyukur masih slamet , untung tuh racun serangga buat serangga coba buat manusia udh almarhum kamu roh ….. eeh 😀😀😄
2023-04-01
0