"Jadi begini, saya mohon maaf apabila kehadiran saya dan Rohim beserta Kidi mengganggu waktu istirahat Abah sekeluarga. Adapun kedatangan kami kemari yaitu ingin melamar anak gadis Abah.” Ucap Pak Toha.
Abah Ucup menoleh kearah Kidi dan Rohim.
“Tunggu, ini yang ingin menikah Mukidi apa Kang Rohim?”
Abah Ucup tak menyangka jika Pemuda yang ia sendiri kagumi melamar putri sulungnya. Banyak orang tua yang juga berharap anaK gadisnya menemukan jodoh seperti Rohim. Walau bukan orang kaya, bukan pula pejabat. Tetapi karisma Rohim yang baik di mata orang tua di desanya dan desa tetangga mampu membuat ia di kagumi banyak orang.
Abah Ucup membenarkan posisi duduknya. Ia menoleh ke arah Pak Toha. Lelaki yang diminta oleh Rohim menjadi wakil dari dirinya untuk melamar putri Abah Ucup. Karena sudah menjadi tradisi di desa itu. Jika hendak melamar, maka membawa satu perwakilan keluarga dan mengutarakan maksudnya. Jika lamaran di terima barulah prosesi resminya datang bersama keluarga besar.
“Rohim Bah, Dia beberapa waktu lalu menyatakan maksud hatinya ingin menikah dan minta pandangan saya kira-kira ada tidak gadis yang bisa ia lamar untuk menjadi istrinya. Lah kebetulan waktu itu Abah juga bilang sama saya kalau Putrinya Abah belum ada calonnya. Ya saya bilang sama Rohim buat coba kemari dulu. Minimal mereka ketemu dan kenalan dulu Bah. Kalau cocok ya Alhamdulilah. Rohim inginnya segera menikah jika diterima."
Jelas Pak Toha panjang lebar.
Abah Ucup terdiam sesaat, ia kaget karena Rohim yang dikenal pemuda yang alim datang kerumahnya dan ingin melamar putrinya. Ia yang bukan orang pandai dalam agama.
“Lah memangnya kamu sudah tahu anak Abah?”
“Dereng bah, nanging asring mireng naminipun."Jawab Rohim.
{Belum Bah, Tapi sering mendengar namanya.}
“Baik, Boleh ndak Abah dengar apa tujuan kamu mau menikah? Dan memilih anak Abah?” Tanya Abah Ucup lagi.
Masih dengan menunduk Rohim menjawab pertanyaan Abah Ucup. Suara nya terdengar jelas. Abah Ucup dapat melihat jelas wajah teduh guru ngaji itu.
“Pertami kulo kajeng nglampahaken syariat Allah ing pundi salah setunggalipun inggih punika omah-omah. Ing pundi omah-omah gadhah tujuwan kangge ibadah ittiba’ rosul njagi kehormatan utawi kemuliyaan manungsa saha njagi kelestantunan lebet omah-omah. Lan kulo ngajeng-ajeng saged nebihi dhiri kula saking zina, amargi umur ingkang sampun umur, kul0 kuwatos tergoda zina minimal zina manah amargi ngaosi estri ingkang mboten halal kulo bayangkan lan pandang, kula dereng ngertos ingkang pundi putri abah. Nanging ingkang kula ngertos sampun pinten tiyang nyaranaken kula kangge mriki." Jawab Rohim mantap.
{Pertama saya ingin menjalankan syariat Allah dimana salah satunya yaitu nikah. Dimana menikah bertujuan untuk ibadah ittiba’ rosul menjaga kehormatan atau kemuliyaan manusia serta menjaga kelestarian dalam berumah tangga. Dan saya berharap bisa menjauhi diri saya dari zina, karena usia yang telah dewasa, saya khawatir tergoda zina minimal zina hati karena mengagumi perempuan yang tak halal saya bayangkan dan pandang, Saya belum tahu yang mana putri Abah. Tapi yang saya tahu sudah berapa orang menyarankan saya untuk kemari.}
Abah Ucup dan Pak Toha terlihat manggut-manggut. Sedangkan Kidi hanya diam namun daritadi ia ingin mengambil rengginang yang ada di piring. Tetapi rasa malu menahannya. Abah Ucup mendengar Rohim berbicara menggunakan bahasa Jawa halus, ia pun semakin kagum dengan lelaki yang terkenal dengan pandainya ia menundukkan pandangannya juga keistikomahannya dalam mengajar anak-anak yang dimana tidak ada bayaran yang cukup menggoda, bahkan ada beberapa warga yang tak pernah memberikan Rohim apa-apa selama anak mereka belajar mengaji dengan Rohim.
Mukidi pun tak lepas dari rasa kagum, kagum pada temannya yang begitu menjaga pandangannya itu. Karena selama mereka berteman, hampir tak pernah ia melihat Rohim menatap atau memandang perempuan. Berbeda dengan dirinya yang akan begitu terpesona jika ada gadis yang cantik berada di dekatnya. Bahkan Mukidi tak segan-segan mendekati gadis itu.
Abah Ucup yang mendengar penuturan Rohim mengusap-usap dagunya yang tak memiliki janggut. Ia memikirkan sesuatu, lalu ia mempersilahkan tamunya untuk menikmati hidangan yang telah di sediakan oleh istrinya beberapa saat yang lalu. Mukidi pun tersenyum lebar, ia lebih dulu mengambil rengginang yang dari tadi diliriknya.
Abah Ucup mengamati Rohim, menurutnya pribadi Rohim yang santai dan juga humoris namun juga orang yang serius apalagi saat bicara perihal dakwah. Bagi Abah Ucup, Rohim tak hanya fasih teori seputar hukum-hukum agama melainkan juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sang pemuda. Bukan hanya teori tetapi ia praktekkan dalam hidupnya.
Ia memang pemuda yang alim tapi tak memandang rendah orang yang belum menjalankan syariat agamanya. Apalagi dengan orang yang lebih tua usianya. Setelah Pak Toha beserta Rohim dan Kidi menikmati hidangan itu, Abah Ucup memberikan jawaban atas pertanyaan Pak Toha.
“Jadi bagaimana Bah, Apakah diterima ini lamaran Rohim atau mau dikenalkan dulu anaknya?” Tanya Pak Toha.
“Sebentar, tunggu.” Ucap Abahk Ucup berdiri dari tempat duduknya.
Abah Ucup berjalan ke arah bingkai foto. Ia menurunkan bingkai foto itu. Lalu ia letakan bingkai foto itu di atas meja dalam keadaan tertutup.
“Menawi kulo nampi lamaran sampeyan nanging sanes kangge lare pertami kulo . Ananging lare kaping kalih kula . sampeyan angsal sumerep fotonipun. Puniku foto wisudahipun seminggu ingkang rumiyin. Midherek kula, putri bungsu kula langkung cocok kangge nak Rohim." Jawab Abah Ucup yang menggunakan Jawa alus karena malu sedari tadi Rohim menggunakan bahasa yang sedikit sekali anak muda bisa menggunakan bahasa ini.
{Kalau aku menerima lamaran mu tapi bukan untuk anak pertama ku. Melainkan anak kedua ku. Kamu boleh melihat fotonya. Itu foto wisudah nya seminggu yang lalu. Menurut saya, putri bungsu saya lebih cocok untuk nak Rohim.” Ungkap Abah Ucup pada Rohim.}
Rohim makin tertunduk. Ia tak berani membuka bingkai foto itu. Mendengar kata wisudah membuat hati Rohim menciut. Ia yang hanya alumni pondok pesantren. Ia hanya memiliki ijazah SD. Hal itu karena sedari kecil ia di pondok salafiyah yang belum memiliki keabsahan surat menyurat sehingga ijazahnya belum diakui pemerintah.
Pak Toha melihat Rohim hanya menunduk diam, ia tahu apa yang dipikirkan oleh adik tingkatnya itu.
“Ayo Kang, dibuka saja. Ya siapa tahu cocok.” bisik Pak Toha.
Rohim masih menunduk, namun sepintas ia melirik bingkai foto yang tergeletak di atas meja.
“Kados puniki mawon bah, kula mangke tilaraken foto kula. Lan tulung jlentrehaken ing putri bungsu abah menawi kula namung lulusan SD. Mila menawi piyambakipun nampi lamaran kulo. Kulo ajeng saenggalipun nglamar piyambakipun kalih resmi." Jawab Rohim.
{Begini saja Bah, Saya nanti tinggalkan foto saya. Dan tolong jelaskan pada putri bungsu Abah kalau saya hanya lulusan SD. Maka kalau dia menerima lamaran saya. Saya akan secepatnya melamar dia secara resmi.}
Abah Ucup kaget karena ia heran, bagaimana Rohim tak ingin melihat wajah putrinya. Abah Ucup hanya khawatir jika Rohim akan kecewa, Karena putri pertamanya lebih cantik dari putri keduanya. Sebab biasanya lelaki akan mencari istri yang cantik parasnya.
“Lah kok begitu? Nanti kamu menyesal kalau dia tidak secantik putri sulung ku?” Tanya Abah Ucup penasaran.
Rohim menjawab rasa penasaran Abah Ucup dengan sebuah pertanyaan balik.
“Pangapunten abah, nanging abah nggih kenging punapa menjodohkan kula kalih putri bungsu abah sanes kalih putri pertami abah. Dene midherek pak Toha, Abah saweg madosi jodho kangge putri pembajeng abah."
{Maaf Abah, tapi abah pun kenapa menjodohkan saya dengan putri bungsu Abah bukan dengan Putri pertama Abah. Sedangkan menurut Pak Toha, Abah sedang mencari jodoh untuk putri sulung Abah.}
Abah Ucup menyeruput kopinya lalu menjawab pertanyaan Rohim.
“Slruuup… cep.cep…” (suara Abah Ucup meyeruput kopinya)
“Berdasarkan dengan niat dan tujuan mu menikah maka aku rasa kamu lebih cocok untuk Putri bungsuku. Cara kalian memandang hidup punya kesamaan. Aku Orang tua dari kedua putriku. Maka aku lebih tahu karakter kedua putri ku itu. Dan aku pastikan putri bungsuku lebih cocok untuk mu. Niat beribadah dalam bingkai rumah tangga."
Rohim pun dipaksa oleh Abah Ucup untuk membuka foto yang ada diatas meja tersebut. Dengan menyebut basmalah di dalam hatinya Rohim membalik bingkai foto tersebut. Ia baru hendak membuka foto itu, lalu dengan cepat membalikkan lagi foto tersebut. Satu penjelasan bahwa ia dan putri bungsu Abah Ucup ada kesamaan dalam memandang apa arti menikah maka Rohim pun memilih apa yang disarankan yang memiliki anak gadis itu.
Masih dengan menunduk karena malu, Rohim melamar Laila untuk dirinya. Ia membisikkan sesuatu kepada Pak Toha.
Pak Toha kembali menyampaikan apa yang menjadi hajat Rohim pada Abah Ucup.
“Bismilahhirommannirrohim. Alhamdulilah, Rohim berniat melamar putri bungsu Abah."
“Alhamdulilah, Saya akan memberikan jawabannya satu bulan lagi. Saya akan segera menghubungi putri saya yang sekarang masih di pondok pesantren. Kemarin setelah wisudah dia itu di tahan sama Kyai dan Bu Nyai nya. Saya khawatir nanti malah menikah sama orang jauh. Repot, saya cuma punya dua anak."
Saat Abah Ucup mengatakan hal itu. Putri sulungnya yang dari tadi berbunga-bunga karena mendengar ia di lamar Rohim. Seketika ia merasa sedih dan marah kepada Abah Ucup. Hatinya hancur. Ia sakit hati, karena Ia yang sebenarnya telah lama menaruh hati pada guru ngaji desa Sumber Sari itu. Tetapi cintanya belum sempat berkembang.
Abah Ucup malah meminta sang idola hati untuk menikah dengan adik kandungnya. Kembali ia merasa di nomor duakan oleh Abah Ucup. Ia yang dulu ingin kerja ke kota tak di izinkan sedangkan adiknya mondok hingga baru saja menyandang gelar sarjana agama itu selalu di turuti kemauannya.
“Hiks, tega Abah… Hiks, hiks… Awas kamu Laila!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
indah
nikmati jln ceritany
2024-04-23
0
Rozh
kalo bukan jodoh GK bisa dipaksa mbak..
2024-01-03
2
💞R0$€_22💞
bungsu basa kramanya ragil..
Maaf thor bs jawanya byk yg krg pas ini, dibacanya agak gmn gitu rasanya..😁✌
2023-09-17
2