Ngelawak mulu

Sang suami yang sedang ada di dalam rumah, terlihat gelisah karena sang istri yang masih bocil itu tak kunjung kembali.

"Ibu, maaf ya, aku mau menyusul Haira. Sepertinya dia sedang ada di luar, aku merasa cemas. Dia kan masih bocah, bisa saja kabur atau melakukan hal yang akan membuat segalanya menjadi rumit," ucap sang suami.

Dia memang tidak mau ribet oleh sebab sang istri yang memang bisa berbuat apapun yang dia suka.

"Wah ... Zakie sudah peduli dengan Haira ini, bagus. Kalian menjadi sangat serasi secara tiba-tiba," ledek sang ibu.

"Bukan seperti itu ibu, dia itu pemikirannya masih labil dan bisa melakukan sesuatu yang akan merugikannya bahkan aku pun akan ikut rugi. Sebelum semuanya terjadi, aku harus menghentikannya."

"Okelah, terserah kau saja,dirimu kini menjadi imamnya, kau bisa pulang lebih dulu karena.Nanti kami menyusul," ungkap sang ibu dengan bibir yang tersenyum bangga pada anak laki-laki satu-satunya yang sudah mau menuruti apa yang sang ibu inginkan meskipun berat untuk di lakukan oleh sang putra.

"Oke bu."

Zakie berjalan keluar dari gedung, netranya mencari keberadaan sang istri.

Di bawah pohon yang rindang, sang istri sedang berdiri dan melipat kedua tangannya.

"Astaga kayak neng kuntil minik saja, berdiri di bawah pohon, pakai kebaya putih. Istriku memang tidak bisa ditebak," ujar sang suami sambil menggelengkan kepalanya karena merasa heran.

Dia perlahan berjalan menuju sang istri yang sepertinya sudah menyadari kehadiran Zakie.

"Mau apa kemari?" tanya sang istri.

"Memeriksa apakah kakimu melayang atau masih berada di tanah," canda sang suami sambil menahan tawanya.

"Dih kurang ajar amat jadi orang, masih hidup ini woy! Abang kira eike kuntil minik, dasar!"

Sang suami menahan tawanya karena sang istri menggunakan gaya bicara seperti pengamen melambai yang sering di temui di dalam bis kota.

"Kalau mau tertawa, tertawa saja, tidak perlu di tahan, yang belakang ngegas kan berabe!"

"Mana ada? pulang! Ikut denganku," pinta sang suami sambil menarik lengan sang istri.

"Ih, ngapain pegang-pegang?"

"Heh! Apa kau lupa jika kita sudah menikah?"

"Aku tidak lupa tapi aku tidak suka kau memegang lenganku, lepas gak?'

"Kalau tidak mau di pegang, maunya di apain? gendong?"

"Dih, ogah! mending jalan sendiri saja, tapi kau bawakan sepatu hak tinggi ini ya? capek pakai ini."

"Astaga, bocil!"

"Hahaha, katanya suami? suami harus baik lho sama istri, omdo doang nih. Katanya tadi suamiku, masa iya aku minta tolong bawa sepatu saja tidak mau? Suami macam apa kau ini?"

"Iya ... iya ... Bawang!"

"Kok bawang?"

"Bawel banget!"

Sang istri tertawa lepas dan tak sadar jika di depannya ada mobil yang terparkir, alhasil dia menabrak mobil itu dan nyaris benjol.

"Aduh!"

Sang suami bukannya menolong, tetapi justru tertawa puas dan meninggalkan sang istri yang masih kesakitan.

...

Di dalam mobil ...

Setelah insiden kejedot mobil, sang istri duduk di samping kursi kemudi dengan muka cemberut.

"Judes amat."

"Kau yang membuatku hampir benjol! Nih, merah. Kan sakit!"

"Ya, aku tiupin."

"Ogah! Aku tidak mau, kau pasti akan memberikan mantra agar benjolnya makin gede kan? Gak, gak mau!"

"Apa sih bocil? Katanya sakit, ya aku tiup. Ribet amat!"

"Zakie kamprettt!"

"Dosa lho ngatain suami kamprett, kau istrinya kampret!!"

"Ih, kau dosa juga mengatai aku kamprett! Impas!"

Pokoknya pasangan ini memang kalau rusuh dan ribut nomor satu, perkara sederhana bisa menjadi beberapa lembar karya tulis kalau di tuangkan ke sebuah tulisan.

Sang suami memilih untuk segera tancap gas dan membiarkan sang istri mengomel karena jidatnya yang merah dan nyaris benjol.

Perjalanan menuju rumah baru, terhalang oleh telepon dari ayah Zakie yang meminta keduanya menginap dulu di rumah Zakie, ada beberapa hal yang harus di sampaikan oleh kedua orang tua Zakie.

"Di rumah baru kan bisa ayah, bocil ini selalu merepotkan, kamarku kan sempit, mau tidur dimana dia? Kolong meja?'

"Hahaha, kamarmu sudah sangat luas, anak 10 juga muat. Kau jangan terlalu merendah, kita golongan orang kelas menengah ke atas. Mana ada kamar sempit, itu mah dulu. KIta sudah tidak tidur di kos-kosan lagi, meskipun begitu kita tidak boleh sombong."

"Yang sombong kan ayah."

"Nyolot aja."

"Hahaha, oke. Iya aku paham ayah yang baik. Aku akan putar balik."

"Hati-hati sayang."

"Oke ayah."

Panggilan telepon berakhir dan sang istri sudah terpejam dengan anggunnya.

"Dia sebenarnya cantik, hanya saja biang rusuh, ngeselin!" batin sang suami yang mencoba tersadar dari ucapannya yang justru memuji sang istri yang masih bocah itu.

*****

Terpopuler

Comments

Itarohmawati Rohmawati

Itarohmawati Rohmawati

gk kebayang klo malam pertama 😅😅

2022-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!