Setelah perkenalan dan pertemuanku dan mas Arka yang pertama, di counter tempatku bekerja, hubungan kami makin dekat.
Mas Arka jadi sering mengunjungi counter hanya untuk sekedar membeli kuota atau melihat-lihat produk baru. Kalau kata bosku, itu cuma akal-akalan Arka aja, biar bisa lebih dekat denganku.
Di jam istirahat, kadang dia mengajakku sekedar makan siang. Merasa kenal akrab dengan bos pemilik toko, mas Arka jadi sedikit bebas mengajakku keluar.
Kadang agak terlambat kembali ke toko. Kalau di tanya sama bosku, dia hanya akan nyengir.
"Kayak gak pernah muda aja lu bos" begitu selalu jawabannya.
"Muda sih muda bro, tapi gak bawa kabur karyawan gue juga kalii" lalu mereka akan ketawa bersama.
Aku hanya tersenyum melihat interaksi kedua sahabat itu, yang sepertinya sangat akrab.
🍄🍄
Malam minggu ini, mas Arka ingin mengajak aku kencan. Padahal kami belum resmi berpacaran. Aku sih mau aja, daripada bengong di rumah.
Sepulang dari toko, aku segera bersiap. Aku sibuk memilih baju yang akan aku pakai. Aku bingung mau pakai yang mana. Karena jujur, aku tidak punya banyak baju bagus.
Baju yang aku pakai, itu-itu aja. Aku gak pernah memikirkan memiliki baju untuk kencan. Karena seumur hidup aku juga belum pernah kencan.
Dulu waktu pacaran dengan Doni, kami tak pernah kencan. Pertemuan kami hanya di sekolah. Kalaupun Dion kepingin ketemu di luar jam sekolah, paling main seharian di rumah nenek ku.
Nenek gak pernah mengijinkan aku pergi. Apalagi dengan teman laki-laki. Dan Doni mau memahami itu. Maklumlah kami masih di bawah umur. Begitu selalu pesan nenek ku.
Setelah mendapatkan baju yang menurutku cocok, aku segera ke meja rias kecil di kamarku. Aku memoleskan sedikit bedak dan lipgloss. Aku memang jarang sekali berdandan.
Paling kalau berangkat kerja. Itu pun tak semenor temen-temenku. Mereka kebanyakan berdandan seperti orang mau manggung, dan memakai rok yang jauh di atas lutut.
Untungnya mas bos, gak penah menuntutku untuk tampil seperti mereka. Cukup jadi diri sendiri saja, begitu kata mas bos.
Aku mendengar suara mobil berhenti di halaman rumahku. Aku segera berjalan untuk membukakan pintu.
Aku ternganga melihat penampilan mas Arka. Dengan celana jeans biru dan kaos putih polos, di tambah topi di kapalanya. Dia kelihatan ganteng banget.
"Hey...malah melongo" ucapnya, membuyarkan tatapanku. Aku lalu tersenyum dan mempersilakannya masuk dulu.
Aku pun masuk ke dalam kamarku untuk mengambil tas kecilku. Ingat penampilan mas Arka yang keren abis, membuat rasa percaya diriku menurun.
Aku pun menatap diriku di cermin yang tak terlalu besar, di kamarku. Apa aku pantas jalan bareng mas Arka? tanyaku dalam hati.
Ah biarin lah. Masa bodo kalau ada orang berpendapat, aku gak pantes jalan ama mas Arka. Toh kami tidak sedang pacaran. Kami cuma pingin jalan aja. Walaupun mas Arka menyebutnya kencan.
Aku pun segera keluar dari kamarku. Dan berjalan menuju ruang tamu.
"Mau jalan sekarang, apa mau aku buatkan minum dulu?" tanyaku. Mas Arka segera bangkit dari duduknya.
"Come on. Let's go" jawabnya, sambil meraih tanganku untuk di gandeng. Aku menepisnya pelan.
Mas Arka yang paham kalau aku risi, membiarkan aku berjalan di belakangnya. Tak lupa aku mengunci pintu rumah.
Sesampainya di mobil, mas Arka membukakan pintu mobil untukku.
"Silakan princes" ucapnya, mempersilakan aku naik ke mobilnya. Aku hanya tersenyum mendengar candaannya.
Mobil pun melaju, membelah jalanan yang lumayan ramai. Maklumlah malam minggu. Banyak orang ingin hangout atau sekedar menikmati keramaian kota di malam hari.
"Kamu tinggal sama siapa di rumah?" tanya mas Arka, membuka pembicaraan.
Lalu aku menjawab, kalau aku tinggal sendirian. Karena ayah dan ibuku telah lama meninggal dunia.
Banyak sekali yang dia tanyakan kepadaku, tentang kehidupanku. Aku jawab apa adanya.
Aku berfikir, lebih baik aku jujur mengatakan tentang kehidupanku. Sebelum hubungan kami semakin dekat. Aku gak mau, dia nanti kecewa setelah tau semua tentang aku dan keluargaku.
Walaupun aku merasa, kok aku kegeeran. Berasa kayak mas Arka mau menembakku aja.
Bukan gitu juga. Biar kalau mas Arka mau mendekatiku, berfikir lagi seribu kali. Aku hanya seorang anak yatim piatu. Yang gak punya harta warisan tujuh turunan.
Aku selalu sadar diri. Itu makanya aku gak pernah berniat untuk berpacaran. Cukup Doni saja yang pernah mengisi hatiku. Dan terbukti, kalau orang tua Doni tak menyukai kalau aku punya hubungan serius dengan anaknya.
Mungkin itu sebabnya, Doni di kuliahkan di kota lain yang jauh. Biar gak bisa ketemu lagi denganku.
Akhirnya sampailah kita di sebuah cafe. Mas Arka mengajakku masuk ke dalam cafe itu. Setelah memarkirkan mobilnya.
Aku yang belum pernah masuk ke tempat begituan, agak canggung juga. Melihat begitu banyak pasangan muda, sedang berangkulan mesra. Bahkan ada yang sampai berciuman.
Di sini. Di tempat umum. Apa mereka gak malu di lihat orang ya? Batinku.
Aku bertanya pada mas Arka, kenapa kita masuk ke sini. Jawabannya benar-benar membuat aku terkejut. Ternyata tadi pas di rumahku, bos tempatku bekerja, meminta mas Arka menyusulnya kesini.
Dia sudah ada di VIP room. Aku dan mas Arka pun langsung dipersilakan masuk oleh seorang waiters, yang kebetulan lewat.
Begitu pintu terbuka, melihat bosku sedang duduk berdampingan dengan seorang perempuan, yang aku tau, itu adalah istrinya.
Istri bosku lagi hamil. Katanya, mereka kesini karena istrinya ngidam kepingin ke cafe ini. Itu makanya mas bos, meminta mas Arka datang kesini buat menemani.
Ada-ada aja ngidamnya. Orang mah ngidam pingin makan mangga muda, ini malah ngidam kepingin ke cafe.
Mana maunya ke cafe ini lagi. Cafe yang isinya cuma orang pacaran. Aku aja sempat risi saat masuk tadi.
Untung mas Arka segera membawaku masuk ke dalam ruangan ini. Jadi mataku tidak terkontaminasi pemandangan yang tak senonoh.
Mas Arka memesankan makanan dan minuman untukku. Tadinya aku disuruh memilih sendiri, tapi aku gak paham nama-nama makanannya. Takut salah pilih. Sayang kan kalau nantinya malah gak kemakan.
Kami pun ngobrol ngalor ngidul. Apa aja di bahas. Maklum kan ini area bebas. Bukan di toko, yang mesti hati-hati kalau ngomong. Takut mengganggu pelanggan yang berkunjung.
Sambil menikmati pesananku, aku ngobrol dengan mba Siska, istri mas bos. Dia orangnya ternyata banyak omong juga. Aku kira judes. Kalau pas di toko, dia jarang bicara.
Mas Arka menawari aku makanan lagi, karena keasikan ngobrol, gak terasa ngemil terus.
"Cie...kayaknya perhatian banget nih" ledek mas bos pada mas Arka. Yang diledekin hanya nyengir, sambil menggeser duduknya semakin mendekatiku.
"Nempel terooos...kayak prangko"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Moms_Anang&Ainun
q kasih vote biar tmbh semangat thor
2022-10-05
1