Seperti yang sudah aku ceritakan, aku paling suka saat melayani pelanggan. Aku selalu berusaha ramah pada mereka. Aku ajak mereka bercengkrama, aku berikan perhatian-perhatian kecil, bahkan kadang aku ajak mereka becanda.
Bukan berarti aku kalau bekerja terus becanda. Hanya untuk mencairkan suasana. Apalagi kalau ketemu dengan pelanggan yang jutek. Aku harus ekstra sabar menghadapinya.
Hari ini aku dikenalkan bosku, dengan seorang temannya. Dia calon pelanggan katanya. Aku tentu menyambutnya dengan ramah.
"Arka. Arka Putranto" ucapnya memperkenalkan diri. Dia mengulurkan tangannya padaku. Aku sambut uluran tangannya sambil msnyebutkan namaku.
" Aryani" ucapku singkat. Rupanya dia membaca nametag di kartu tanda pengenalku.
"Kurang lengkap menyebutnya" protesnya. Aku tersenyum.
"Kan udah tau kelanjutannya" jawabku.
"Aryani Putri. Nama yang cantik. Secantik orangnya" ucapnya sambil mengeja nama lengkapku.
Aku tersenyum kembali. Gombal juga ini orang, pikirku. Tapi gak apa-apa deh. Toh dia calon pembeli. Selagi masih sopan, aku akan melayaninya dengan baik.
Kita pun terlibat obrolan-obrolan ringan, sambil dia menanyakan beberapa produk terbaru dari toko kami. Aku berusaha menerangkan keunggulan-keunggulan dari produk itu.
Sampai satu jam kemudian, dia belum juga mendapatkan barang yang diinginkannya.
"Woy...lama amat milihnya. Elo mau pilih hape apa mau pilih penjualnya?" tegur bosku pada temannya satu ini, yang menurutku lumayan bawel.
"Dua-duanya bos" jawabnya sambil tertawa. Aku ikut tertawa mendengar candaan mereka.
" Ya udah, bungkus dua-duanya" ucap bosku. Mas Arka makin ngakak.
"Emang boleh aku bawa pulang mbaknya ini?" tanya mas Arka asal ceplos.
"Wani piro?" jawab bosku. Dan mereka pun tertawa bersama.
Karena jam sudah memasuki waktu istirahat, aku pun pamit pada bos dan calon pembeliku, yang gak kelar-kelar milih, untuk istirahat makan siang.
Tiba-tiba bos memanggilku. Menghentikan langkahku.
"Aryani. Temani aku makan siang yuk" ajak mas bos. Karena dia masih terlihat muda, jadi gak mau kalau di panggil pak bos. Kami para karyawan sepakat memanggilnya mas bos.
Aku mengangguk setuju. Lumayan sekali-kali makan siang gratis, pikirku. Biasalah, otak karyawan yang gajinya pas-pasan, hobinya cari gratisan.
"Eh, enak aja aku di tinggalin sendirian. Aku calon pembeli lho. Pembeli adalah raja. Masa raja di tinggalin" protes mas Arka yang gak mau di tinggal.
"Siapa suruh milihnya lama? Udah sana lo gantian di layani karyawan gue yang lain" ucap mas bos. Lalu segera berlalu ke restauran di seberang toko. Aku mengikutinya dari belakang.
Ternyata mas Arka mengikuti kami. Saat mau menyeberang jalan, tiba-tiba tangannya menggandeng tanganku. Sementara mas bos udah ada di seberang.
"Yee, dia malah gandengan. Kayak truk aja lu bro" ucap mas bos lalu segera masuk ke dalam restauran.
Aku yang merasa gak enak sama mas bos, berusaha melepaskan gandengan tangan mas Arka. Dia pun merasa gak enak, lalu melepaskan tanganku. Sambil mengucapkan kata maaf.
Kami memilih tempat duduk paling ujung. Karena beberapa tempat sudah di pesan orang.
Restauran ini memang akan penuh pada jam makan siang. Rata-rata yang datang ke sini orang-orang bermobil. Mungkin mereka datang dari jauh.
Selama aku bekerja di counternya mas bos, baru kali ini aku masuk ke restauran ini. Biasanya aku makan di warung kecil, di belakang toko. Bareng teman-temanku yang lain.
Maklum, gaji kami gak akan cukup kalau makan siangnya di restauran semewah ini.
Aku berusaha bersikap sesantai mungkin, meski ini kali pertama aku kesini. Aku di sodori buku menu oleh pelayan restauran. Mas bos membebaskan aku untuk memilih menu sesukaku. Rejeki anak sholihah, batinku gembira.
Kami makan sambil ngobrol tentang produk-produk baru andalan toko. Mas Arka pun menyimak penjelasan dari mas bos.
"Eh, jadi mau beli gak lu bro? Kalau gak jadi beli, elo yang mesti bayar makan siang ini" ucap mas bos.
"Tenang aja bos, aku nanti ambil dua. Tapi Aryani aku bawa pulang ya?" jawab mas Arka sambil matanya menatapku. Membuatku tersipu.
Selesai makan siang, kami segera beranjak balik ke toko. Saat sampai di dekat pintu, aku melihat Doni menggandeng seorang perempuan cantik. Mereka mau masuk ke dalam restauran ini.
Aku menatap Doni lekat. Dia seperti tidak mengenaliku. Aku berfikir, apa karena penampilanku? Atau karena dia sedang jalan dengan perempuan lain?
Ada rasa perih sedikit di hatiku. Karena bagaimana pun, aku pernah punya perasaan padanya. Bukan cuma aku, tapi kita. Kita pernah merasakan indahnya cinta monyet. Dia pernah menyatakan perasaannya itu padaku.
Waktu itu kami berjalan menyusuri trotoar jalan. Kebetulan Doni hari itu tidak bawa mobil ke sekolah. Karena rumah nenek ku tak terlalu jauh dari sekolah, kita memutuskan untuk berjalan kaki. Doni memang selalu mengantarkan aku pulang sekolah, kalau dia lagi gak ada kegiatan ekstra kulikuler.
Cuaca sudah sangat mendung waktu itu. Dan belum sampai kita di rumah nenek, hujan sudah turun dengan derasnya. Kita pun segera lari mencari tempat berteduh.
Saat kita berteduh itulah, Doni mengungkapkan perasaannya padaku. Dan saat itu juga, Doni mengambil ciuman pertamaku. Saat aku menerima ungkapan cintanya.
Dia mengecup bibirku pelan dan lembut. Hangat di tengah hujan yang turun dengan derasnya. Aku tertunduk malu setelah Doni melepaskan ciumannya. Lalu Doni mengangkat wajahku, dan mengelap bibirku yang basah karena ulah bibirnya,dengan jari tangannya.
Indah. Sangat indah. Dan tak akan mungkin aku lupakan. Tapi sekarang? Apa Doni sudah benar-benar melupakanku? Ah sudahlah. Bukankah aku pernah berkata pada diriku sendiri, aku akan ikut bahagia kalau Doni bahagia?
"Hey...kok melamun sih?" ucap mas Arka mengagetkanku. Ternyata kami telah sampai di jalan depan restauran, dan kami harus menyeberang jalan.
Seperti tadi saat berangkat, mas bos sudah lebih dulu sampai di seberang. Dan seperti saat berangkat tadi juga, mas Arka langsung menggandeng tanganku, untuk menyeberang.
Aku yang sedang tenggelam dalam lamunan masa laluku, cuma bisa pasrah, saat tanganku di gandeng mas Arka.
"Tadi ngelamunin apa?" tanya mas Arka, setelah kita sampai di seberang. Masih inget aja tuh orang, ama pertanyaannya tadi yang belum aku jawab.
"Gak apa-apa mas. Lagi inget ama makanannya tadi aja. Enak banget" jawabku asal. Gak mungkin kan kalau aku cerita yang sebenarnya.
"Yang bener? Bohong dosa lho?" tanya mas Arka lagi, gak percaya dengan jawabanku.
"Woy bro, jadi beli hape kagak? Kalau gak jadi, gue minta ganti rugi bayar makan tadi lho" ucap mas bos. Menyelamatkan aku dari pertanyaan mas Arka tadi.
"Busyet dah, ni bos kagak sabaran amat sih. Sabar napa bos. Lagian lu jadi bos peritungan amat sih ama temen?" jawab mas Arka, yang sudah duduk lagi di kursi depan etalase.
"lha elu milih hape kayak milih calon istri. Lama beneerr" ucap mas bos lagi.
"Emang gue lagi milih calon istri bos. Nih, ntar tolong di bungkus sekalian" jawab mas Arka sambil matanya mengerling satu ke arahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
gaby
Baru baca, kayanya bagus.
2023-05-15
1