" Sebenarnya apa yang kamu bicarakan tadi dengan Tita, Anin? Aku yakin jika kamu mengeluarkan air mata tadi bukan karena kamu menguap atau matamu terkena debu." Sesampainya di kamar, Ricky kembali menanyakan perihal yang dibahas Anindita bersama Tita, karena dia merasa jika Anindita sedang berbohong kepadanya.
Anindita menatap Ricky, dia menyadari jika suaminya telah mengetahui tentang kebohongannya, namun dia takut mengatakan hal yang sebenarnya karena dia pikir Ricky akan marah kepadanya karena dia masih saja memikirkan soal Arya.
Anindita menurunkan pandangan dengan helaan nafas yang terdengar di telinga suaminya itu. Ricky pun kemudian mendekat ke arah Anindita lalu melakukan sentuhan pada pundak sang istri dengan kedua tangannya.
" Kamu nggak ingin jujur kepada suami kamu ini?" Walaupun nada yang diucapkan Ricky sangat lembut namun tetap terasa mencubit hati Anindita.
" Maaf, Mas. Sebenarnya aku sama Mbak Tita tadi sedang membicarakan ..." Anindita menggigit bibirnya, dia merasa ragu untuk melanjutkan kalimatnya karena takut membuat Ricky tersinggung.
" Membicarakan apa?" Penasaran karena Anindita menjeda kalimatnya, Ricky kembali mencecar Anindita dengan pertanyaan.
" Aku tadi sedang membicarakan soal ... Mas Arya ..." Anindita langsung menundukkan kepalanya, bahkan dia mengecilkan volume suaranya saat menyebut nama mantan suaminya dulu.
Tangan Ricky menaikkan dagu Anindita yang sedang tertunduk lalu bertanya, " Kenapa kamu nggak berkata yang sebenarnya tadi, Anin?" Tak terdengar nada amarah dari kalimat yang terlontar dari mulut Ricky menandakan jika pria itu terkesan bijaksana. Dia menyadari jika nama Arya tidak akan bisa hilang begitu saja di hati Anindita. Ada anak dalam pernikahan Anindita dan Arya, dia tidak boleh egois harus bisa menerima itu. lagipula saat ini Arya sudah tidak ada di dunia ini jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
" Maaf, Mas." lirih Anindita dengan penyesalan.
Ricky langsung merengkuh tubuh Anindita dan menenggelamkan wajah wanita itu ke dadanya. Dia kini merasakan dadanya terasa lembab karena air mata Anindita, dia tahu jika saat ini istrinya itu sedang menangis walaupun tidak bersuara.
" Besok kita ke makam Pak Arya, ya!? Kamu pesan bunga saja dulu ke Alabama agar besok pagi bisa diantar kemari." Ricky bahkan mengajak Anindita berziarah ke makam mantan suami pertama Anindita.
Anindita langsung mendongakkan kepala mendengar perkataan Ricky. Dia sungguh tidak menyangka jika Ricky begitu baik dan begitu sabar menghadapi sikap dan sifatnya yang kadang keras kepala.
" Mas mau berziarah ke makam Mas Arya?" Mata indah Anindita menatap bola mata sipit Ricky bergantian.
" Tentu saja, nanti bawa Arka sekalian setelah kita mengantar Rama ke sekolah," ujarnya kemudian, sementara tangannya mengusap pipi lembab Anindita karena air mata.
" Sekarang jangan menangis lagi, ya!?" Ricky tersenyum seraya menyampirkan rambut Anindita yang kini dipotong sebatas lehernya.
" Terima kasih ya, Mas." Anindita kembali menengelamkan wajah di dada sang suami. Dia benar-benar merasa beruntung dipilihkan jodoh oleh Yang Maha Kuasa pria sebaik Ricky, yang menurutnya adalah tipikal pria yang mendekati sempurna selain Arya.
***
" Assalamualaikum, selamat pagi Nyonya Pratama." Saat terlihat Anindita membuka pintu apartemen tempat tinggalnya bersama Ricky, Mita teman seprofesinya dulu ketika bekerja di Alabama florist menyapanya dengan kalimat yang menggoda Anindita.
" Waalaikumsalam ... Pagi, Mbak Mita." sahut Anindita. " Ayo masuk, Mbak." Dia lalu mempersilahkan Mita yang kedua tangannya dipenuhi buket bunga dan plastik berupa kelopak bunga mawar putih, masuk ke dalam apartemennya.
" Ini aku bawakan pesanan Nyonya." Mita menaruh semua bunga di tangannya di atas meja ruang tamu apartemen milik Ricky.
" Makasih ya, Mbak Mita, Maaf karena harus berangkat pagi-pagi untuk menyiapkan bunga-bunga ini." Anindita tidak enak hati karena membuat Mita berangkat lebih awal dari biasanya untuk menyiapkan bunga pesanannya yang akan dibawa saat dia akan berziarah ke makam mantan suaminya dulu.
" Mbak Anin ingin berziarah ke makam Pak Arya dengan siapa?" tanya Mita kemudian.
" Sana Papanya Rama, Mbak." sahut Anindita melihat nota bunga yang harus dia bayar, walaupun Alabama Florist yang terletak di lingkungan apartemen Ricky yang sebelumnya menjadi milik Anidita kini sudah diserahkan kepada Lucy, tapi setiap dirinya memesan bunga di toko florist itu Anindita selalu membayar layaknya seorang pelanggan. Lucy sendiri selalu menolak jika Anindita membayar setiap bunga yang beli di toko bunga milik Anindita dulu, namun Anindita tidak mau diberi cuma-cuma semua bunga yang dia beli, bahkan dia mengancam tidak akan berlangganan di toko Florist itu jika Lucy tidak mau dibayar.
" Nanti saya transfer ya, Mbak!?" Anindita selalu membayar pesananya melalu transfer internet banking, karena sebagai istri dari seorang eksekutif muda, dia dituntut untuk tidak gaptek dan harus selalu aktif mengikuti perkembangan jaman meskipun tidak meninggalkan sikapnya sebagai wanita yang sederhana.
" Siap, Mbak. Santai saja ..." sahut Mita. " Arka mana, Mbak?" tanya Mita, karena Anindita sering membawa main Arka ke toko florist Alabama di ruko bawah tempat tinggalnya sehingga dirinya merasa akrab dengan anak kedua Anindita itu.
" Sedang bersama Papanya Rama."
" Duh, Mbak Anin ini beruntung banget sih, dapat suami kayak Pak Ricky, benar-benar bertanggung jawab banget termasuk sama Arka, walaupun Arka bukan darah dagingnya sendiri." Mita mengomentari sikap Ricky yang menurutnya patut diacungi jempol karena menunjukkan sebagai sosok suami dan ayah yang teladan.
" Iya, Mbak. Papanya Rama merasa berhutang budi terhadap Mas Arya, karena dulu pun Mas Arya begitu menyayangi Rama, walaupun Mas Arya tahu jika Rama adalah anak di luar nikah. Karena itu Papanya Rama ingin membalas kebaikan Mas Arya dengan menerima dan menyayangi Arka seperti Mas Arya menyayangi Rama. " Anindita mengakhiri kalimatnya dengan mende sah.
" Alhamdulillah, Allah selalu mengirimkan Mbak Anin jodoh-jodoh yang baik, mungkin karena Mbak Anin memang orang baik makanya rezekinya bagus." Mita mengusap lengan Anindita, dia masih merasakan kedukaan di hati Anindita atas kehilangan Arya.
" Mbak Mita terlalu berlebihan menilai saya, saya orang biasa saja kok, Mbak. Justru saya lah yang merasa beruntung di kelilingi oleh orang baik sejak saya di Malang hingga pindah ke Jakarta ini, termasuk Mbak Mita salah satunya." Anindita tersenyum.
" Berarti kita ini sama-sama orang baik dong, Mbak. Rezeki aku juga baik dapat motor baru dari Papanya Rama. Hehehe ..." Mita terkekeh karena dia dan Yeti, salah seorang senior di Alabama florist yang merupakan sahabat-sahabat terdekat Anindita mendapatkan hadiah motor dari Ricky kerena selama ini selalu menemani Anindita.
" Ya sudah, Mbak. Aku pamit dulu, ya!? Mau siap-siap buka toko. Assalamualikum ..." Mita berniat pamit kepada Anindita untuk kembali ke toko florist untuk bersiap-siap membuka toko.
" Oke, Mbak. Makasih, ya!? Waalaikumsalam ..." Anindita pun mengantar Mita sampai ke depan pintu apartemen.
" Sudah datang bunganya?" Suara Ricky tiba-tiba terdengar di ruangan tamu saat Anindita menutup pintu apartemen.
" Sudah, Mas." Anindita mendekat ke arah Ricky yang sedang menggendong Arka di lengannya.
" Sini sama Mama ..." Anindita mengambil Arka dari tangan Ricky lalu menciumi pipi gembul putranya bersama Arya itu.
" Anin ...."
Anindita menolehkan pandangan ke arah Ricky saat suaminya itu memanggil namanya.
" Ada apa, Mas?" tanya Anindita mendengarkan serius apa yang akan diucapkan oleh suaminya.
" Mulai sekarang jangan biasakan menyebutku dengan sebutan Papanya Rama saat berkomukasi dengan orang terkecuali dengan lingkungan sekolah Rama."
Kening Anindita berkerut mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang suami.
" Kenapa, Mas?" tanyanya heran karena menurutnya tidak ada yang salah dengan ucapannya itu, bukankah benar jika Ricky adalah Papanya Rama?
" Aku bukan hanya Papanya Rama sekarang ini, Anin. Tapi aku ini Papanya Arka juga. Aku tidak ingin jika Arka beranjak besar nanti dia merasa dibedakan karena sebutanmu itu. Lebih baik gunakan kalimat Papanya anak-anak. Arka sudah aku anggap anakku sendiri karena aku sudah memberikan namaku di depan nama Arka." Ricky menjelaskan maksud dari permintaannya tadi. Keseriusannya menikahi Anindita dan memberikan nama Pratama di depan nama Arka agar semua anak-anak Anindita merasa dekat dengannya dan menganggap dia seperti Papa kandung untuk mereka semua.
*
*
*
Bersambung ....
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
gia nasgia
papa Ricky memang yg terbaik 😍😍🤭
2023-07-16
0
TePe
duh....suami langka
2023-01-20
0
Hwang Trya
syuka banget sm papa ricky ❤️❤️❤️❤️❤️
2022-11-25
0