3. Malaikat Penyelamat

Caca dan Alex langsung menoleh ke sumber suara yang memanggil nama mereka. Keduanya terhentak. Caca bergegas menutup tubuh polosnya dengan selimut, begitu juga dengan Alex yang bergegas memakai pakaiannya, kemudian mengejar Istrinya yang sudah meninggalkan tempat tersebut.

"Mas..., Gimana ini? Bahaya kalau Mbak Hana mengadu sama Mama dan Papa," ucap Caca panik.

"Kamu tenang aja ya, sayang. Biar Mas yang selesaikan ini semua! Cepat kamu pakai pakaian kamu, sebelum Mama dan Papa melihat kamu dalam keadaan begini!" titah Alex.

"Iya, Mas."

Sepanjang perjalanan ke kamar, kedua kaki Hana terus gemetaran. Hatinya begitu terluka, menyaksikan pengkhianatan yang sudah dilakukan oleh Alex dan Caca terhadap dirinya.

Sesampainya di kamar, Hana terus menangis. Seluruh barang yang ada di atas meja riasnya, ia buang ke lantai.

Bruak...

"Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Mas? Kenapa kamu malah melakukan hubungan itu bersama Caca, Adikku? Kenapa, Mas?" teriak Hana dalam tangisnya.

Hana terus menangis. Ditambah lagi, bayangan kegiatan yang dilakukan oleh Caca dan Alex terus terngiang-ngiang di dalam benaknya.

Beberapa saat, suara derap langkah kaki yang terdengar sangat jelas berlari menuju kamar Hana. Alex kini sudah berdiri di depan kamar, menatap Istrinya yang tampak kacau sambil menjambak rambutnya sendiri dengan keadaan kamar yang sudah berantakan.

Banyak juga serpihan kaca parfum yang berserakan di lantai. Alex melangkah masuk dan mulai mendekat Hana. Tangannya memegang pundak Hana, berusaha untuk memberi penjelasan pada sang Istri.

"Sayang.., tolong dengarkan aku. Ini semua.. "

"Don't touch me!" Hana menghempaskan tangan Suaminya dengan kasar sambil menggertakkan sederet giginya.

"Maafin aku, Sayang. Aku khilaf," bujuk Alex.

Hana berdiri. Ia menatap Suaminya sinis. "Khilaf kamu bilang? Binatang kamu, Mas! Kamu itu benar-benar laki-laki terbrengsek yang pernah aku kenal. Kamu tahu siapa Caca? Dia Adikku, Mas. Dan apa yang barusan kalian lakukan? Di mana hati kamu, Mas? Aku benci sama kamu!! Aku benci sama Caca! Aku benci kalian berdua!!" Hana terus melontarkan kalimat makian dengan kedua tangan yang terus memukuli dada Suaminya.

Kesal, Alex yang semula bersikap lembut mulai tersulut emosi. Pria itu dengan kasarnya mendorong tubuh Hana, hingga tubuh Istrinya tersebut terpental ke atas ranjang.

Mata Alex sudah memerah. Kedua tangannya mulai mengepal. Alex perlahan melangkah, menghampiri tubuh Istrinya yang terbaring di atas ranjang. Tangan kanan Alex menjambak rambut Hana. Sedangkan, tangan kirinya mencengkram dagu Istrinya dengan wajah mereka yang kini hanya berjarak beberapa centi.

"Tadi kamu bilang apa? Cepat bilang sekali lagi!" bentak Alex.

"Mas .. lepas! Sakit, Mas. Tolong lepaskan tangan kamu!" rengek Hana dengan buliran bening yang mengalir deras dari kedua kelopak matanya.

Alex malah tertawa sambil menatap tajam kedua mata Isterinya. "Sakit ya? Salah sendiri kamu sudah memancing amarahku! Gimana sakit gak, Istriku?" Alex semakin tersenyum licik dan tidak berhenti menyiksa Hana sekaligus memberikan pelajaran untuk Istrinya itu.

Alex yang dianggap laki-laki yang selalu bisa membuat Hana nyaman, kini berubah menjadi seorang manusia tak berhati yang tiada ampun.

"Mas, aku mohon lepasin tangan kamu. Ini beneran sakit, Mas. Aku mohon." Suara Hana semakin lirih. cekikan dari cengkraman Suaminya seakan sudah bersiap mengirim dirinya ke liang lahat.

"Baiklah aku akan melepaskan kamu! Tapi, setelah ini kamu harus bersimpuh di kakiku dan meminta maaf sama aku dan Caca!" Alex akhirnya melepaskan cengkraman di dagu dan leher Hana sambil mendorong lalu menyeret tubuhnya dan menghempaskannya di atas lantai.

Mata Hana membulat. Apa dia tidak salah dengar? Di sini siapa yang salah? Bukankah dia yang sudah menjadi korbannya? Kenapa harus dia yang meminta maaf?

Hana mendongakkan kepalanya, lalu melempar tatapan sayu ke arah Suaminya. Satu per satu bulir-bulir bening dari kedua matanya kembali berjatuhan. Hana merasa sangat menyesal, karena dia sudah menikah dengan Alex. Sikap Suaminya sungguh sangat berbeda. Di mana Alex kekasihnya dulu? Yang hangat, lembut dan penuh kasih sayang.

Pacaran selama hampir 5 tahun, ternyata bukan jaminan jika pernikahannya akan bahagia. Bahkan, belum berganti hari, Hana harus menerima kenyataan perselingkuhan antara Suami dan Adik tirinya.

"Mas," panggil Hana lirih. Berharap Alex akan berubah pikiran dan tidak meminta hal ini pada dirinya.

"CEPAT, HAN!! AYO, LAKUKAN!" gertak Alex.

Hana mendongakkan kepalanya, menatap Alex sayu. Hal kotor yang terlihat oleh kedua matanya saja masih begitu sangat menyakitinya. Tapi, sekarang Alex malah meminta hal yang semakin membuat hatinya terluka.

Hana mengesot, mendekat ke arah kedua kaki Alex. Namun..

"HANA, BERDIRI KAMU DARI SANA!!" Malaikat penyelamat Hana sudah datang. Suara pertengkaran Hana dan Alex berhasil membangunkan tidur Pak Handoko dan Nyonya Leni.

Merasa ada yang tidak beres, keduanya bergegas menuju kamar pengantin Putrinya. Tapi, pertunjukan menohok terlihat dari mata kepala mereka. Keduanya melihat Hana sedang duduk di lantai dengan tangan Alex yang masih menjambak rambut Hana.

Pak Handoko pun meradang. Melihat kondisi Putrinya yang memprihatinkan. Seumur hidupnya sebagai Papa kandung Hana, tidak pernah sedikit pun lisan Pak Handoko yang menyakiti hati Hana. Apalagi, menyiksanya seperti apa yang Alex lakukan sekarang. Pak Handoko seakan sudah gagal memilihkan Suami untuk Hana.

"PAPA!!" Hana segera bangkit lalu memeluk tubuh Papanya. Matanya juga sudah membengkak. Garis merah terlihat melingkar di leher Putrinya. Kejadian apa yang baru saja dialami Hana? Hatinya semakin panas melihat kondisi Putrinya saat ini.

"Sini, Nak. Sama Papa," ucap Pak Handoko dengan mata berkaca-kaca. Tangannya kini terbuka lebar, menyambut pelukan dari Hana yang berlari ke arahnya.

Alex hanya bisa diam dan menunduk. Bukannya tidak berani melawan Papa mertuanya. Akan tetapi, jika dia memberontak, hubungannya dengan Caca pun jelas akan ditentang, jika dirinya memang sudah mengakhiri pernikahan singkatnya dengan Hana.

Sakit hati akan sikap Alex pada Hana, Pak Handoko memberikan Hana pada Nyonya Leni. Pria paruh baya itu mulai melangkah dan berjalan menghampiri menantunya yang tidak tahu diri tersebut.

Satu tangannya mulai terangkat. Mungkin sudah bersiap melempar bom molotov ke wajah sang menantu.

"ALEX!! KAMU...!! Alex sudah menunduk bersiap menerima pukulan dari Papa mertuanya. Tapi, kenapa pukulan itu tak kunjung mengenai pipinya.

Pak Handoko yang sudah memegang sebelah dada kanannya, langsung jatuh ke atas lantai.

Tubuh Pak Handoko kini tersungkur di atas lantai. Kedua matanya sudah tertutup.

Sontak, Hana dan Nyonya Leni langsung berlari menuju tubuh Pak Handoko yang sudah tergolek lemah di hadapan mereka.

"PAPA!!" seru Hana dan Nyonya Leni bersamaan.

Alex yang semula menunduk dengan kedua mata yang terpejam, mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Ia terkejut melihat keadaan Papa mertuanya yang terbaring lemah tepat di depan kakinya.

"Mas... Tolong Papa, Mas! Tolong panggilkan ambulans," pinta Hana sambil menangis sesenggukan. Namun, Alex masih saja diam. Kenapa masalahnya jadi serumit ini? pikirnya.

"MAS, CEPAT!!" teriak Hana kembali.

"Alex.., Tolong bantu Papa, Nak. Tolong kamu telpon ambulans sekarang," imbuh Nyonya Leni yang kali ini langsung direspon oleh Alex.

"Baik, Mah. Aku akan telpon ambulans sekarang," jawab Alex sambil berlalu mengambil ponselnya di atas meja.

Terpopuler

Comments

Ayu Suharina

Ayu Suharina

Laki2 bejad, adik tiri bukan pelakor lagi tapi jalang 🙈 Semoga papanya gak parah jadi bisa nolong untuk ambil keputusan pembatalan nikah.

2022-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!