2. Tega

Beberapa saat berlalu. Acara pernikahan telah selesai dan para tamu telah pulang dari kediaman Pak Handoko.

Keluarga besar Alex dan Hana pun pergi ke sebuah restoran untuk makan bersama, merayakan pesta pernikahan putra-putri mereka.

"Pah, Mah, Caca gak ikut?" Hana celingak-celinguk mencari keberadaan Adik tirinya yang tidak berada dalam kumpulan keluarga besar mereka.

"Caca? Dia gak bisa ikut," jawab Nyonya Leni.

"Kenapa, Mah?" sahut Alex spontan.

Hana seketika menoleh ke samping, menatap Alex cemburu.

"Kamu kok melihatku seperti itu? Apa pertanyaanku barusan salah?" bisik Alex.

Mimik wajah Hana sekejap berubah. Ia justru tertawa seraya melingkarkan tangannya ke lengan sang Suami.

"Ya enggaklah, Mas. Aku justru senang kalau kamu juga memperhatikan Caca. Aku bahagia bisa menikah dengan kamu yang gak hanya menyayangi aku, tapi juga keluargaku. I love you, Mas."

"I love you too, Istriku," jawab Alex mencubit dagu Nayra dan mengecup pipinya tanpa malu di depan kedua orang tua mereka.

Sontak, sikap Alex yang mesra terhadap Hana malah menjadi bahan candaan keluarga keduanya. Alex dikira sudah tidak sabar untuk mengunboxing Hana.

"Sabar ya, Nak. Kita rayakan pesta pernikahan kalian dulu," goda Pak Handoko yang membuat semua keluarga mereka tertawa.

Wajah Hana memerah, saat mendengar candaan keluarganya dan keluarga sang mertua.

"Kamu udah gak sabar ya?" ucap Alex yang hanya dibalas seringai lebar dari Istrinya.

Waktu semakin petang. Kedua keluarga yang kini sudah berbesanan itu pun pulang ke rumah masing-masing.

Hana dan Alex pulang bersama Pak Handoko dan Nyonya Leni. Setibanya di rumah, Pak Handoko menyuruh Hana untuk mengajak Suaminya ke kamar mereka. Hari ini pasti semua merasakan lelah yang luar biasa. Lagi pula hari sudah malam, Pak Handoko juga sudah tahu apa yang akan dilakukan pasangan setelah menikah.

"Hana, Alex, Papa sama Mama masuk ke kamar dulu ya. Jangan lupa segera buatkan kami cucu," goda Pak Handoko tersenyum jahil.

"Papa...!!" Wajah Hana lagi-lagi memerah karena godaan dari Papanya.

"Betul kata Papa, Nak. Kalian berdua gak usah menunda kehamilan. Bagaimana pun kami semua yang di sini, segera ingin mendengar suara tangisan bayi di rumah," imbuh Nyonya Leni.

"Iya, Pah, Mah. Doakan yang terbaik saja," jawab Alex yang sudah malas mendengarkan celotehan kedua mertuanya dan ingin segera masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Bagi Alex, masih ada urusan yang lebih penting dari pada meladeni ucapan kedua orang paruh baya di hadapannya.

"Ayo sayang, kita ke kamar," ajak Alex seraya menggandeng tangan Nayra.

Lagi dan lagi, wajah Nayra kembali memerah. Pikirannya sudah berkelana, membayangkan malam panjang dan panas di kamar mereka nanti. Hana yakin, jika Suaminya sudah tidak sabar meminta haknya. Begitu juga dirinya. Apalagi, selama berpacaran, Hana begitu menjaga diri. Dia melarang Alex untuk mengecup bibirnya apalagi berbuat hal yang melebihi batas, sebelum mereka benar-benar halal.

Pak Handoko dan Nyonya Leni pun bergegas masuk ke dalam kamar mereka. Selain ingin segera mengganti pakaian, keduanya juga tidak mau mengganggu malam pertama Putri dan menantunya tersebut.

Selepas kepergian Mama dan Papanya, Hana dan Alex pun segera masuk ke dalam kamar.

Pintu sudah terbuka. Hana duduk di depan meja rias kamarnya. Melepas segala aksesoris yang menempel di kepalanya.

"Mas," panggil Hana dengan nada yang manja.

"Iya, Sayang. Ada apa?" tanya Alan sambil menatap wajah Istrinya dari pantulan cermin.

"Bisa tolong bantu aku melepas sanggul ini?"

"Tentu bisa dong, sayang."

Alex beranjak dari ranjang dan segera menghampiri Istrinya. Dengan rasa penuh perhatian, Alex mulai melucuti satu per satu aksesoris yang ada di rambut Istrinya.

Hana memandangi wajah Suaminya yang tampak telaten mencopot semua benda di kepalanya. Ia merasa beruntung, bisa menikah dengan pria tampan dan mapan seperti Alex.

Kini semua pernak-pernik di kepala Hana sudah terlepas. Alex membungkuk, lalu membalikkan tubuh sang Istri sambil meraba-raba wajah Hana.

Jantung Hana mulai tidak aman. Apalagi, kini bibir Alex dengan lembut mengecup bibirnya dan sedikit memberikan sentuhan di sekitar leher Hana. Akhirnya, setelah sekian lama menahan diri, Hana bisa merasakan nikmatnya ciuman pertama.

"Cepat mandi, sayang. Aku sudah tidak sabar," bisik Alex hingga membuat Hana tidak bisa berucap karena malu.

Hana hanya tersenyum tipis. Sebelum pergi, tanpa rasa malu ia mengecup balik bibir Alex yang kini sudah sah menjadi Suaminya.

"Tunggu aku ya, Mas," jawabnya menggoda.

"Pasti, Sayang."

Hana kini sudah masuk ke dalam kamar mandi. Sambil menunggu Istrinya, Alex pun berjalan-jalan sekitar rumah.

30 menit kemudian...

Hana keluar dari kamar mandi. Namun, pria yang dia cari tak berada di sana.

Selesai mengganti pakaian dan memakai lotion serta parfum, Hana memutuskan untuk ikut keluar dari kamar dan mencari Suaminya yang dia tunggu tak jua kembali.

Saat Hana melewati kamar Caca, sangat terdengar jelas suara erotis keluar dari mulut Caca. Hana berhenti sejenak dan menempelkan telinganya di depan pintu kamar sang Adik.

Tubuhnya menggeliat kegelian. Namun, baru beberapa saat berdiri di sana, Hana teringat ada hal yang lebih penting dari pada menguping Adik tirinya yang mungkin saja sedang nonton video panas, atau mungkin sedang berteleponan dengan kekasihnya.

Baru saja Hana hendak melangkah pergi dari depan kamar Caca, Adiknya itu kembali mengeluarkan suara indahnya. Bahkan, terdengar jelas jika Caca menyebut nama seseorang yang sangat familiar di telinganya.

Hana menelan salivanya berat. Tangannya mulai gemetaran. Sekujur tubuhnya melemas. Kaki yang ia gunakan untuk melangkah, rasanya tidak sanggup untuk ia gerakan. Tapi, Hana masih mencoba berpikir positif. Menepis segala pikiran buruk yang sempat terlintas dalam benaknya.

Penasaran dan ingin memastikan apa yang dilakukan oleh sang Adik, Hana memberanikan dirinya untuk membuka sedikit pintu kamar Caca. Kebetulan, pintu kamar Adiknya tidak di kunci, jadi Hana bisa memastikan apa yang sedang dilakukan Caca di dalam kamar.

Hana berjalan mengendap-endap seperti maling untuk melihat kegiatan apa yang dilakukan oleh Caca. Ia langsung menutup mulutnya yang bergetar. Tangisnya juga tidak mau berhenti mengalir dari matanya. Harusnya malam ini, adalah malam panjang untuk dia dan Alex. Bukan malah malam panjang untuk Alex dan Caca. Di mana dia malah dijadikan sebagai penontonnya.

"MAS ALEX..!! CACA..!! APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN?!" teriak Hana sambil melangkah lebar pergi dari kamar yang menurutnya sangat kotor dan menjijikkan itu.

Hana tidak menyangka dengan apa yang barusan dia lihat. Pengkhianatan yang begitu menyayat hatinya dan sangat-sangat tidak pernah ia duga.

'Kalian tega sama aku,' batin Hana dalam tangisnya.

Terpopuler

Comments

Ayu Suharina

Ayu Suharina

pasangan bejad, berani berbuat di rumah orang tua / mertua, gila ! Nafsu setan mengalahkan akal sehat. Bagus ketahuan lebih awal.

2022-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!