"Hallo, selamat sore. Benar dengan bapak Pandu?" tanya Cinta melalui sambungan telepon.
Sore ini, setelah menyelesaikan semua urusan di kantor, Cinta menghubungi Pandu sesuai info dari Mona.
"Iya, saya Pandu. Maaf dengan siapa ini?" tanya Pandu.
"Saya Cinta Miranti, teman Mona yang tadi siang direkomendasikan untuk melamar di Subagya Corp. Apakah lowongan kerjanya masih ada?" tanya Cinta.
"Oh iya, tadi siang Mona memang menelfon saya tentang hal itu. Dan untuk anda saudari Cinta, silahkan datang ke kantor kami besok jam sembilan pagi, jangan lupa sekalian membawa cv anda ya" perintah Pandu.
"Baik pak. Saya akan hadir besok pagi jam sembilan. Terimakasih atas kesempatannya" ucap Cinta dengan hati gembira.
"Iya, saya tunggu. Selamat sore" balas Pandu sembari menutup panggilan teleponnya.
"Iya, selamat sore" ucap Cinta yang juga menutup sambungan ponselnya.
"Yes. Aku harus bikin cv yang bagus banget biar Pak Pandu itu tertarik dan bisa langsung diterima kerja. Amin".
Cinta sangat bersemangat untuk membuat lamaran kerja semenarik mungkin agar kepala personalianya bisa menerimanya untuk bekerja.
Tepat saat Fellis pulang, Cinta juga telah berhasil menyelesaikan surat lamaran kerjanya.
"Bahagia banget kelihatannya?" tanya Fellis setelah membuka helmnya.
"Iya dong, Fel. Aku harus semangat biar interview besok bisa meninggalkan kesan yang baik dan semoga saja bisa langsung diterima" ucap Cinta.
"Amin, iya aku doain semoga kamu bisa langsung kerja ya, Ta" kata Fellis.
"Yaudah, aku mandi dulu Ta. Gerah banget" ucap Fellis sambil berlalu memasuki kamarnya.
Dan tak lama dia keluar lagi dengan handuk yang tersampir di pundaknya.
Cinta sendiri melanjutkan kegiatannya untuk memilih baju. Pokoknya besok dia harus terlihat cantik tapi sopan.
★★★★★
Menggunakan motor matic kesayangannya, pagi ini Cinta sudah berangkat satu jam sebelum waktu interview dimulai. Berharap dia tidak akan datang terlambat.
Memasuki kawasan parkiran depan sebuah gedung tinggi, Cinta menaruh motornya dengan baik, tak lupa menggantungkan helmnya dengan aman.
"Semangat Cinta, ingat ayah sama ibu di kampung. Fokus kamu adalah membahagiakan mereka. Semoga interview kali ini berjalan dengan lancar" kata Cinta lirih menyemangati diri sendiri.
Masih dengan senyum mengembang, perlahan Cinta melangkah memasuki lobi kantor itu.
Jam besar di dinding ruangan itu masih menunjuk pukul sembilan kurang lima belas menit.
"Uwah, lobinya aja luas banget" gumam Cinta yang masih celingukan mencari meja resepsionis.
"Cari siapa mbak?" tanya seseorang dari belakangnya, membuatnya sedikit terlonjak kaget.
"Eh, pak satpam. Maaf, saya cari Pak Pandu. Kemarin saya sudah buat janji sama beliau" ucap Cinta.
Security itu mengangguk dan menggiring Cinta ke meja resepsionis.
"Mbak ini mau bertemu Pak Pandu" ucap Security itu.
"Oh iya, terimakasih pak" kata resepsionis mengambil alih tugas si satpam.
"Iya. Permisi mbak" kata satpam pada Cinta.
Cinta hanya tersenyum sambil mengangguk untuk membalas ucapan satpam itu.
"Maaf, nama mbaknya siapa? Biar saya konfirmasikan dulu ke Pak Pandu" ucap Maya, resepsionis yang sedang tugas pagi ini.
"Saya Cinta Miranti" jawab Cinta singkat.
Selanjutnya, resepsionis itu terlihat sibuk dengan teleponnya selama beberapa saat.
"Silahkan mbaknya bisa langsung menuju ke lantai empat. Pak Pandu sudah menunggu disana" kata Maya setelah menyelesaikan teleponnya.
"Iya, terimakasih mbak" ucap Cinta yang meneruskan langkahnya untuk mencapai lift yang tersedia di dekat meja resepsionis.
Kini langkahnya sedikit gemetar saat kakinya sudah berada diambang lift untuk menuju ke tempat Pandu.
Berdiri sebentar di depan pintu lift yang terbuka sebelum memasukinya untuk berdoa.
Tiba-tiba sebuah tangan mendorong pundaknya nya dari belakang agar memasuki lift.
"Aahh..." Cinta sedikit berteriak, tubuhnya sedikit oleng karena terdorong masuk ke dalam lift.
Beruntung dia langsung berpegangan pada dinding lift. Jadi Cinta bisa menyeimbangkan tubuhnya lagi.
Saat menoleh, Cinta menemukan sebuah wajah dingin dengan tatapan cuek seolah tak terjadi apapun sebelumnya.
Pria yang telah mendorongnya ini malah sibuk dengan ponselnya.
"Bisa nggak negur secara baik-baik? Kalau saya jatuh bagaimana?" tanya Cinta sedikit emosi.
Tapi saat ingin menghadap lurus ke pintu lift, salah satu kaki Cinta tersandung kakinya sendiri. Setelah beberapa saat terhuyung, akhirnya Cinta memegang apapun yang bisa dia gunakan sebagai pegangan agar bisa menyeimbangkan diri.
Srek!
Sial baginya!
Cinta malah memegang saku baju si pria dingin itu sampai membuatnya sobek hingga menampilkan perut berototnya.
"Aahh... Maaf... Saya tidak sengaja" ucap Cinta sambil berusaha menempelkan saku baju yang sobek itu ke tempatnya semula.
Tapi bibir Cinta sangat terlihat jika sedang mengulum senyum. Dia sangat berusaha menahan tawanya hingga membuat wajahnya memerah.
Pria itu memejamkan matanya saat mengetahui sakunya sobek. Tadi dia sedang sibuk dengan teleponnya hingga saat sadar, sakunya telah dibuat sobek oleh seorang wanita.
"Maaf banget ya pak. Saya benar-benar tidak sengaja melakukannya. Biar saya perbaiki kalau bapak berkenan" ucap Cinta sambil menunduk, masih memegangi saku baju pria itu tepat di dadanya.
"Rasain kamu cowok sombong, emang enak bajunya sobek" kata Cinta dalam hatinya, diapun masih berusaha menahan tawanya.
"Cg! Tidak usah" jawab pria itu dengan sangat kesal, menepis tangan Cinta dengan satu kali kibasan.
Salahnya juga tadi tidak memakai jasnya dengan baik, malah menyampirkannya di lengan sambil bermain handphone.
"Tapi pak, saku kemejanya sobek loh. Nanti bagaimana bapak mau keluar dari lift ini?" tanya Cinta.
Pria itu menunduk untuk bisa menatap secara penuh pada wanita yang telah berani merobek bajunya karena memang tubuh Cinta sedikit lebih pendek darinya. Tapi pria itu malah melongo saat mereka beradu pandang.
"Seperti pernah melihatnya" ucap pria itu dalam hati.
Tapi saat dia sedang berusaha mengingat wajah Cinta, terdengar suara pintu lift berdering kecil dan pintunya terbuka.
"Maaf pak, saya duluan. Kalau bapak masih ingin pertanggungjawaban saya untuk memperbaiki baju bapak, nanti bapak bisa memanggil saya di lantai empat. Terimakasih dan mohon maaf sebesar-besarnya" Cinta berujar sambil berjalan mundur hingga sampai di luar lift, tak lupa menekan tombol penutup pintu
Sambil meminta maaf, Cinta juga membungkukkan badannya sampai terdengar pintu lift tertutup dari dalam.
"Hahahaha" Cinta tertawa lepas di depan lift setelah pria itu tak ada lagi dihadapannya, hingga beberapa orang yang melihatnya memandang dengan aneh.
Dan setelah bisa menguasai keadaan, Cinta kembali bersikap serius sambil memperbaiki penampilannya.
"Permisi mbak, saya mau bertemu dengan pak Pandu. Bisa tolong tunjukkan dimana ruangannya?" Cinta bertanya pada seorang office girl yang kebetulan lewat.
"Ruangannya yang ada diujung sana mbak. Pintu yang bercat putih. Ada namanya kok di pintunya" jawab si office girl dengan sopan.
"Oh iya, terimakasih ya Zara" kata Cinta setelah membaca name tag si office girl.
Zara tersenyum senang, baru kali ini ada orang asing yang terlihat sangat menghargainya.
Dan kini, Cinta sudah berada didepan ruangan yang ada tulisannya kepala HRD. Dengan penuh percaya diri, Cinta mengetuk pintu itu dengan pelan.
"Masuk" terdengar sahutan dari dalam.
"Selamat pagi Pak Pandu" kata Cinta setelah berhasil memasuki ruang kerja Pandu.
Pandu menoleh, dan menatap sedikit bingung saat melihat wajah yang baru pertama kali dilihatnya.
"Saya Cinta Miranti, pak. Tadi resepsionis di bawah menyuruh saya langsung naik ke sini untuk menemui bapak" Cinta menjelaskan dengan baik karena melihat wajah Pandu yang kebingungan.
"Oh iya Cinta. Yang direkomendasikan Mona kemarin ya?" kata Pandu dengan pandangan berbinar, dia tidak menyangka jika Cinta terlihat semenarik ini.
Meski memakai celana bahan panjang dan blazer yang berwarna senada, Cinta terlihat cantik dengan rambut hitam panjangnya yang terurai.
"Silahkan duduk. Kamu sudah bawa CV kamu kan?" tanya Pandu.
"Bawa pak" jawab Cinta sambil mengeluarkan CV nya dan duduk di hadapan Pandu.
Pandu menerima berkas dalam amplop coklat itu dan segera membacanya.
"Jadi, sebelumnya kamu adalah seorang sekretaris?" tanya Pandu dengan mata yang masih membaca berkas di tangannya.
"Benar pak. Sebelumnya saya adalah seorang sekretaris" jawab Cinta.
"Kebetulan sekali" kata Pandu lirih.
"Sebenarnya disini ada dua bagian yang sedang kosong. Posisi sekretaris baru saja ditinggalkan pemiliknya dua hari yang lalu karena melahirkan" kata Pandu.
"Sedangkan staf accounting memang sedang membutuhkan satu orang lagi dalam timnya".
"Sekarang saya memberimu sebuah penawaran, bagaimana kalau kamu mencoba untuk menempati posisi sekretaris itu tapi harus mau untuk diinterview langsung oleh owner nya?" tanya Pandu memberi pilihan pada Cinta.
"Tentu saja saya mau, pak. Biar saya mencoba untuk mengisi posisi sekretaris itu" kata Cinta penuh semangat, karena fokusnya juga adalah mencari materi untuk keluarganya.
"Bagus. Ayo saya antarkan kamu ke ruangan Pak Gery. Tapi sebentar saya konfirmasi dulu dengan beliau" kata Pandu mengambil telepon kantor untuk menghubungi atasannya.
Melihat wajah Cinta, seolah Pandu terhipnotis hingga dia sendiri tak menanyakan sesuatu yang berarti dan berkeinginan agar Cinta bisa bertemu dengan bosnya secara langsung.
"Pak Gery ada di ruangannya sekarang. Mari saya antarkan kamu kesana" ajak Pandu.
"Baik pak" kata Cinta sambil berdiri.
Mengekor di belakang Pandu yang sudah mulai berjalan di depannya.
Tepat di depan lift, terlihat Pandu memencet lantai ke dua belas. Cinta hanya meliriknya sambil bergumam dalam hati.
"Tinggi juga gedung ini. Kira-kira tiap lantai diisi apa ya?" Cinta masih tidak berani bertanya terlalu banyak, takut terkesan cerewet di pertemuan pertamanya.
"Sebelumnya di pekerjaan kamu, kenapa kamu resign?" tanya Pandu setelah berada di dalam lift.
"Ehm, ada sedikit insiden dengan atasan saya pak. Tapi apakah etis untuk membahas keburukan di tempat kerja saya yang lama?" tanya Cinta dengan alis beradu.
Saat Pandu menoleh padanya, dia hanya tersenyum.
"Baiklah, lain kali saja kamu cerita sama saya ya" kata Pandu.
"Bapak PD sekali kalau saya akan diterima" ucap Cinta bercanda.
"Harus dong. Kamu harus PD agar kamu bisa diterima. Nanti saya bantu kamu biar pak bos mau memberi kesempatan" kata Pandu.
"Terimakasih pak" kata Cinta tulus.
Pandu hanya tersenyum padanya. Diapun tak tahu kenapa dia ingin sekali berbuat baik pada Cinta yang baru saja ditemuinya.
Sampai di lantai yang dituju, mereka berdua berjalan bersama menuju sebuah ruangan yang ada di ujung.
Melewati beberapa ruangan dengan pintu yang bertuliskan nama pemilik ruangannya.
"Disini tempat para petinggi perusahaan. Ruangan CEO ada di ujung sana" ujar Pandu sambil berjalan.
Cinta hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Pandu.
"Jadi, seluas ini perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan online dan offline, ya. Semuanya terlihat sibuk bekerja" gumam Cinta sambil terus mengekor pada Pandu.
Sampai di pintu yang dituju, Pandu mulai mengetuk pintu dan Cinta mulai merasa gugup.
"Masuk" jawab seseorang dari dalam, karena memang meja sekretaris di depan ruangan terlihat kosong.
Dengan penuh percaya diri, Cinta masuk dengan senyum sempurna.
"Selamat pagi, Pak Gery. Saya membawa seseorang sebagai kandidat untuk mengisi posisi sekretaris bapak" kata Pandu dengan sopan.
"Iya, silahkan duduk" jawab orang yang sedang duduk memunggungi mereka berdua. Rupanya dia baru saja menyelesaikan sambungan teleponnya.
Pandu mempersilahkan Cinta duduk, diapun juga duduk di hadapan bosnya.
Setelah orang itu memutar kursinya, betapa terkejutnya hati Cinta melihat wajah calon atasannya.
Sampai-sampai Cinta menutup mulut dengan kedua tangannya.
Calon bosnya pun sama, sekarang dia malah menatap Cinta dengan wajah datarnya.
"Jadi, kamu yang mau mengisi posisi sekretaris disini?" tanya pria itu dengan tatapan elangnya.
"Ehm, iya pak. Mohon bapak mau untuk mempertimbangkan" kata Cinta gugup, masih berusaha mengendalikan diri.
Dari pengamatan Cinta, pria ini sudah berganti kemeja dan sudah memakai jasnya dengan rapi. Tidak seperti tadi saat bertemu di dalam lift.
"Ini CV dari saudari Cinta, pak. Saya harap bapak mau mempertimbangkan karena sebelumnya Cinta sudah berpengalaman sebagai seorang sekretaris" ujar Pandu merekomendasikan Cinta.
Pandu sangat ingin agar Cinta bisa bergabung dengan perusahaan ini.
"Baik. Kamu bisa kembali ke ruangan, Pak Pandu" kata Gery.
"Baik pak. Kalau begitu saya permisi dulu" kata Pandu.
Gery hanya mengangguk sementara Cinta memberi senyuman termanisnya sambil sedikit melambaikan tangannya.
"Sekarang tolong perkenalkan diri kamu" kata Gery, setelah Pandu menutup pintu ruangannya.
Cinta sedikit gugup, apalagi melihat calon atasannya yang terlihat ingin menelannya hidup-hidup.
"Apa karena yang tadi, ya? Mendingan aku minta maaf dulu deh" gumam Cinta dalam hatinya, karena calon atasannya ini bahkan tak menghiraukan CV buatannya sama sekali.
"Ehm, sebelumnya saya minta maaf atas kejadian tadi di dalam lift ya pak. Saya tidak sengaja melakukannya" ucap Cinta tulus, meski agak takut juga.
"Lupakan saja, saya sudah membuang baju itu" kata Gery santai.
"Sekarang, perkenalkan diri kamu" lanjut Gery.
"Baik pak. Nama saya Cinta Miranti, asal saya dari Surabaya. Sebelumnya saya bekerja di PT Karya Utama yang bergerak di bidang furniture sebagai sekretaris. Usia saya 25 tahun" Cinta berujar singkat, berharap calon atasannya ini akan membaca CV nya.
"Pendidikan kamu semuanya di Surabaya?" tanya Gery.
"Iya, pak. Sesuai CV itu, saya sekolah dan kuliah di Surabaya" jawab Cinta.
Gery mulai membaca CV yang Cinta bawa, melihat riwayat pendidikannya. Rupanya Cinta benar seorang alumni dari SMA Tunas Bangsa.
Sama sepertinya saat menjalani kehidupan keras semasa SMA dulu.
"Dia benar-benar tidak mengenaliku" gumam Gery dalam hati.
"Baiklah, kamu akan menjalani masa percobaan selama tiga bulan ke depan. Setelah itu, kamu bisa tanda tangan kontrak untuk satu tahun setelahnya. Dan jika kinerja kamu baik, maka kami akan mempertimbangkan agar kamu bisa menjadi pegawai tetap di perusahaan ini" tanpa banyak pertimbangan lain, Gery menyetujui lamaran Cinta.
Semua itu membuat Cinta sedikit terkejut, interview nya tak semengerikan yang dia bayangkan.
Bahkan lebih sulit saat dia melamar di perusahaan sebelumnya yang mengharuskan Cinta untuk menjalani banyak tes.
"Jadi, saya diterima pak?" tanta Cinta sedikit tidak percaya.
"Kenapa? Kamu berubah fikiran?" tanya Gery.
"Oh, tentu saja tidak pak. Kapan saya mulai bekerja, pak?" tanya Cinta penuh semangat.
"Besok datang jam delapan pagi. Pelajari job desk kamu yang akan Pandu kirim melalui e-mail. Dan ingat, jangan sampai terlambat" kata Gery penuh penekanan.
"Iya pak. Pasti besok saya akan datang tepat waktu. Terimakasih atas kesempatan yang bapak berikan" kata Cinta senang, senyumnya terukir cantik.
"Kenapa dia sama sekali tak mengenaliku? Apa dia sudah punya kekasih?" batin Gery yang hanya bisa menatap Cinta datar.
"Oke. Sekarang kamu boleh pulang" lanjutnya.
"Baik pak. Sekali lagi terimakasih atas kesempatannya" kata Cinta yang sudah berdiri sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Tapi Gery malah mengibaskan tangannya, tak mau berjabat tangan dengan Cinta.
Membuat gadis itu sedikit manyun, tapi Cinta berusaha mengerti. Mungkin memang dia tidak sekelas dengan bosnya ini.
"Permisi pak" ujar Cinta sambil menganggukkan kepalanya.
"Bos yang dulu genitnya minta ampun, tua lagi. Yang sekarang dinginnya udah kayak kulkas, tapi ganteng sih" Cinta bergumam sambil melangkah menuju parkiran.
Nanti dirumah, dia akan menyiapkan keperluan kantornya besok.
"Awal bekerja harus semangat. Bagaimanapun sifat bosnya, yang penting aku harus giat bekerja" kata Cinta menyemangati diri sendiri.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments