Flash back~
Brakkk!!!
Tubuh seorang gadis terhempas pada sebuah ranjang king size disebuah kamar. Seorang lelaki menatap tajam gadis itu seraya mengukungnya.
"Berani sekali kamu khianati aku, hah?" tanyanya pelan, namun penuh penekanan.
Gadis itu hanya menatap mata lelaki yang diketahui kekasihnya itu dengan tatapan sulit diartikan.
"Jawab aku, Jinjin!" bentak lelaki itu.
"Apa kamu percaya begitu saja?" tanya Jingga menatap kekasihnya itu tanpa gentar.
"Aku bukan orang buta, yang gak mempercayai apa yang aku lihat," balasnya.
"Tanpa mau percaya hatiku?" tanya Jingga lagi memastikan.
Lelaki itu tersenyum sinis, "cih! Hati? Kau yakin memiliki hati?" tanyanya.
"Menurutmu?" tanya Jingga dengan nada sama.
"Kamu pikir aku bodoh?" tanyanya tertawa sumbang. "Sudah jelas kamu tak mengelak saat disentuhan cowok itu," tegas lelaki itu dengan bentakan.
"Seperti ini 'kan?" tanyanya. Lelaki itu memperaktikan apa yang ia lihat divideo tersebut, sepasang manusia yang ia yakini sang kekasih bersama lelaki lain tengah berc*mbu. Meski wajah sang gadis tak nampak dan hanya terlihat dari belakang, namun itu persis seperti Jingga.
Ia menenggelamkan wajah pada ceruk Jingga, mulai menjelajah ceruk putih itu dengan tangan bergerak liar membuka kancing baju yang dikenakan Jingga. Sekuat mungkin gadis itu berusaha memberontak.
"Apa yang kamu lakuin, lepasin aku Sha!" teriak gadis itu shok. "Shaka! Kamu keterlaluan lepasin aku!" lanjutnya seraya tak henti memberontak.
Sekuat mungkin Jingga mendorong keras tubuh Shaka, hingga tubuh tegap itu terjengkang. Dan Jingga pun ikut bangkit dengan kancing depan sudah terbuka lebar, hingga menampakan dua buahnya yang hampir saja menyembul. Segera ia menutup dadanya, merapatkan kedua kain dengan kancing yang sudah terlepas itu. Dengan napas memburu, Jingga menatap tajam Shaka yang juga tengah menatapnya.
Shaka tersenyum sinis. "Bahkan kamu gak mau aku sentuh, sedangkan dia?" tanyanya.
Jingga menggelengkan kepala. Menampik keras apa yang dituduhkan Shaka, dengan beberapa tetes bulir yang jatuh dari ujung matanya.
"Mau mengelak seperti apalagi, hah?" teriak Shaka dengan amarah membuncak. Tangannya dengan kasar menarik dagu gadis itu.
Ia menghempaskan dagu kekasihnya itu dan berdiri dengan kedua tangannya mengepal kuat diringi gertakan gigi dari lelaki jangkung yang mengusap kasar wajahnya itu.
"Aaahhh!!!"
Bughhh!!!!
Shaka mengerang seraya memukul tembok dihadapannya. Meluapkan amarahnya yang tak dapat ia kendalikan.
"Menjijikan!" ucapnya melirik gadis itu dari samping. Jingga hanya mampu memejamkan mata, mendengar kata yang begitu tajam menusuk dihatinya.
"Mulai hari ini gak ada kata kita lagi," ucapnya hingga Jingga mendongak kaget. "Kita, putus!" tegasnya yang kemudian berlenggang meninggalkan tempat itu seraya membanting pintu tersebut dengan keras.
Jingga terpaku menatap kepergian Shaka. Air matanya luruh begitu saja. 'Putus?' berulang kali Jingga menanyakan itu pada hatinya.
Hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Satu kata yang bagai mustahil mereka ucapkan. Bahkan ia tak menyangka, Shaka memutuskan hubungan karena hal yang sama sekali tak ia lakukan.
Ia hendak berlari untuk mengejar kekasihnya itu. Namun naas, kakinya tetsandung pada sprei hingga membuat ia terjatuh dilantai diringi tangis yang menyesakan.
"Aku gak lakuin itu, aku gak lakuin itu," ucapnya disela isak tangis. "Kenapa kamu gak percaya sama aku Sha, kenapa ...?" Tangisnya tumpah seiring dengan dada yang kian sesak.
Flash back off~
**
Tak!
Suara petikan jempol dan jari tengah menyadarkan Jingga dari lamunannya. Tepatnya sebuah memori yang terputar kembali dikepalanya beberapa bulan kebelakang. Seorang lelaki mendudukkan diri disamping gadis tersebut.
"Lha, malah ngelamun. Lu kenapa?" tanya Rizky. Lelaki yang kini duduk disampingnya.
Jingga menarik satu sudut bibirnya. Kejadian itu tak pernah ia lupakan sama sekali. Kenangan yang sangat ingin ia perbaiki hingga sekarang. Namun sepertinya tak ada celah untuk ia membeberkan fakta dan membela diri. Sekuat apapun ia mencoba, semuanya terasa percuma. Saat hati yang ia perjuangkan terasa berubah, dan tak mau menoleh lagi padanya.
"Ada apa? Apa ada masalah? Cerita dong sama gue!" tanya Rizky yang sedikit khawatir seraya menepuk pundak sahabatnya itu.
Bukan menjawab, Jingga justru menyenderkan kepala dibahu lelaki yang selalu setia dalam keadaan apapun itu, seraya memejamkan mata.
"Biarkan kuterlelap, lima menit," ucapnya.
Rizky menghembuskan napas pelan. Ia mengerti, pastilah ini berkaitan dengan Shaka. Hanya masalah itulah, yang membuat gadis itu terlihat rapuh. Rizky hanya membiarkan itu dan tak mengusiknya.
Tanpa lelaki itu sadari, seseorang tengah memperhatikan mereka. Dari ujung jalan yang tak jauh dari tempat kedua sahabat itu duduki. Shaka tampak menatap tajam keduanya. Entah apa yang ada dipikiran lelaki tampan yang menduduki kuda besi kesayangannya itu. Ia pun kembali fokus kedepan dan berlalu, melesat meninggalkan posisinya.
Sementara itu, tiba-tiba saja bunyi dering panggilan terdengar dari ponsel Rizky. Sontak saja hal itu membuat Jingga terbangun. Lelaki itu meraih benda itu dari dalam saku celananya. Lalu mengerenyit dahi kala seseorang yang ia cari baru menghubunginya. Segera ia membawa benda itu kedepan telinganya.
"Woy, lu nyangkut dimana? Ngeselin lu, gue sibuk nyariin lu, set*n," kasal Rizky pada seseorang disebrang sambungan telepon itu.
Hingga saat terdengar suara dari sebrang yang ternyata bukan si empunya yang berbicara. Ia pun membolakan mata, merasa shok sekaligus malu.
"Ah, iya. Baiklah!"
Sambungan ponsel pun terputus. Lelaki tampan itu mendumel kesal pada layar pipih tersebut.
"Ada apa?" tanya Jingga.
"Si Abi, ngeselin banget ini anak. Dari pagi gue cari, malah nyangkut diclub," gerutu Rizky. "Mana mabuk berat lagi. Kalo onty Sa tau, bahaya!" lanjutnya.
"Pasti karena tadi," balas Jingga.
"Emang bener tuh anak bawa Sensen ke gudang?" tanya Rizky dan diangguki Jingga.
"Ck! Cari masalah aja nih anak," Rizky berdecak kesal seraya bangkit dari duduknya.
"Jemput dia?" tanya Jingga dan diangguki Rkzky dengan wajah masam.
"Doain gue, moga papih kagak tau gue masuk tempat itu. Bisa-bisa isi atm gue disunat lagi, rugi dong gue," cerocos lelaki tampan itu. Jingga hanya terkekeh menanggapi.
"Udah buruan lu juga pulang! Bentar lagi gelap, itu juga kek nya mau hujan. Kalo ada apa-apa hubungi gue," titah Rizky memberi pesan dan hanya diangguki Jingga.
Setelah kepergian sahabatnya itu, akhirnya Jingga pun siap memacu si merah, kuda besi kesayangannya dengan hati yang masih tak menentu, kala teringat kembali memori yang tersimpan apik dihatinya itu. Sungguh sulit sekali membuat orang percaya padanya.
"Haruskah aku menyerah?" tanyanya bermonolog sendiri. Hingga motor gede itupun sampai di depan ruamhnya. Tepat hujan bener-benar turun.
**
Malam semakin larut, hujan pun kian lebat. Shaka menghentikan kijang besinya sebelum tiba dipekarangan rumah, kala mendengar notif chat dari layar pipihnya. Melihat Abi yang sudah sampai didepan rumah, membuat lelaki tampan itu menghembuskan napas panjang.
"Dahlah, setidaknya dia aman!" ucapnya lega.
Ia pun melihat notif tersebut. Hingga ia menatap tajam layar itu dengan gigi menggeretak kala melihat foto gadis dengan rivalnya didalam sana, dengan sebuah pesan.
[Gue tantang lu besok malam. Siapa yang kalah? Dia yang harus merelakan.]
"Brengs*k! Awas aja lu, Radit."
\*\*\*\*\*\*
Jangan lupa jejaknya. Maaf yaa hari ini satu bab dulu. Besok lanjut insyaAlloh crazy up😘 eh jangn lupa besok senin, kasih vote nya yaa!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
masih meraba...
2023-07-29
1
unknown
"benda pipih" Thor kata yg tepat,bukan "layar pipih"
2022-10-26
0
Misda Cabina Aco
lanjutkan thor😊
2022-10-08
1