Mentari terlihat semakin meninggi. Seorang gadis dengan cepat menyelesaikan aktifitasnya. Setelah menyapukan lipstik dibagian terakhir, gadis itu mengambil tas gendong yang dikaitkan ditempatnya.
Tap! Tap! Tap!
Gadis itu menuruni anak tangga dengan cepat menuju kearah dapur untuk sarapan sebelum berangkat kekampus.
"Pagi, Ma!" sapanya seraya mendaratkan bokong dikursi didepan meja makan.
"Pagi, Jin!" sapa balik sang mama. "Apa siang ini kamu ada waktu?" tanyanya.
Gadis itu mengerenyitkan dahi seolah berpikir. "Hemm gak ada. Kenapa?" tanyanya.
"Onty Rilla, nyuruh bagiin baju seragaman. Kalo kamu gak keberatan tolong bantuin mama," jelas sang mama dan hanya diangguki gadis yang tengah memakan sarapannya itu.
"Ishh kau ini," sang mama hanya menggelengkan kepala kala tak ada jawabn apapun dari sang putri yang irit bicara itu.
Jingga Aurilia, gadis dingin yang begitu irit bicara. Jinjin begitulah panggilan yang disematkan orang-orang terdekatnya. Gadis cantik yang memiliki body semapai itu sudah siap untuk berangkat ke kampus. Setelah berpamitan pada sang mama, kini Jingga sudah menaiki kuda besi merahnya dan melesat meninggalkan pekarangan rumah.
Jika gadis lain memilih terlihat girly dan lebih suka menaiki mobil, berbeda dengan gadis ini. Ia lebih terlihat badgirl dan ditakuti kaumnya. Namun semua itu hanya penampilannya saja. Jingga tetaplah seorang gadis yang memiliki hati lembut. Ia hanya menutup diri agar tak dipandang lemah oleh siapapun.
**
Sementara itu Shaka memasuki bengkel yang tak jauh dari rumahnya. Menjemput si black kesayangannya yang semalam ia telantarkan disana.
"Isiin bensin!" titah Shaka.
"Gue kira ini motor gak bertuan, untung aja belum gue gadai in," ledek sang montir yang sudah siap dengan aktifitasnya.
"Ck! Sialan lu," umpat Shaka menendang tulang kering temannya itu, dan disambut gelak tawa olehnya. "Tuh mulut gak usah kek benc*ng! Gak usah banyak ngoceh, buruan isi! Keburu siang gue," omelnya.
Akhirnya Jaki, si montir tersebut mengisi bahan bakar pada motor hitam itu. Selain bengkel, disana juga tersedia pom mini. Hingga Shaka dengan mudah mengisi bahan bakar disana tanpa harus mengantri di pom.
"Lha, duitnya mana woy?" teriaknya, ketika Shaka mengeluarkan benda kesayangannya itu.
"Hari ini gue lagi miskin. Gue bayar minggu depan," celetuk Shaka sebelum akhirnya melesat meninggalkan tempat tersebut.
"Ebuset, sultan bisa kere juga ya?" kekeh Jaki menggelengkan kepala.
Seperti biasa kuda besi itu melesat seperti angin. Banyak kendaraan yang mengumpat dengan kelakuan lelaki tampan itu. Namun itu hanya bagai angin lalu untuknya.
Hingga tak membutuhkan waktu lama, kuda besi itu sampai diparkiran kampus. Tepat saat itu, Jingga juga sampai disana. Kedua manusia itu turun dari motor mereka masing-masing setelah melepas helm mereka.
Tampak Shaka tengah menatap tajam gadis yang menjadi mantannya itu. Jingga balik menatap lelaki itu namun dengan cepat Shaka mutuskan tatapannya.
"Sensen gak bareng?" tanya Jingga dan hanya dibalas gedikan bahu oleh lelaki itu.
Jingga menghembuskan napas pelan, mendapati sikap Shaka yang masih saja sama. Namun ia berusaha sebiasa mungkin, setiap kali bertemu. Bahkan pembuktian jika ia tak salah seolah tak dihiraukan lelaki yang keras kepala itu.
Kesalah pahaman yang berujung perpisahan, membuat sikap Shaka berubah seratus delapan puluh derajat pada sang gadis. Jingga yang bersikap lebih dewasa tak pernah menghiraukan sikap Shaka yang menurutnya kekanak-kanakan.
Tanpa kata lagi, gadis itu berlalu begitu saja dari parkiran. Namun hal itu justru membuat lelaki tampan itu kesal. Hingga ia berdecak karena hatinya yang tak pernah sejalan dengan keadaan.
"Astaga, kenapa gue sangat kesal. Kenapa dia selalu mengabaikan gue?" tanyanya bermonolog sendiri.
Ditengah gerutuannya, seseorang menepuk pundaknya hingga ia pun terlonjak. "Set*n! Lu ngagetin gue," kesalnya pada sang sahabat.
Deril, sahabat yang paling dekat dengan Shaka sedari kecil. Lelaki tampan yang memiliki tinggi badan sama dengannya itu tergelak. Baginya menggoda sahabat pemarahnya itu adalah hal yang paling menyenangkan. Meski ia harus mendapat umpatan dan kata-kata kasar dari Shaka, namun hal itu sudah biasa bagi lelaki kalem itu.
"Lagian lu ngapain? Ngedumel sendiri disini? Udah kek OODGJ tau gak," ledek Deril.
"Ck! Sahabat lucknut emang lu," umpat balik Shaka dengan wajah kesalnya, yang justru membuat Deril semakin tergelak.
"Kenapa? Dikacangin lagi?" tanya Deril serius, seraya menepuk bahu Shaka.
"Tau ah," balas Shak mengedikan bahunya. Kini kedua sahabat itu tengah berjalan menyusuri koridor untuk sampai dikelas mereka.
"Menurut gue ya, Sha. Lu harusnya gak usah bohongi hati lu terus. Jinjin tuh gak salah, gue yakin hatinya juga masih buat lu," Untuk kesekian kalinya Deril memberikan saran pada sahabatnya itu, namun hal itu tak pernah didengar oleh Shaka yang terlampau keras kepala.
"Lu tau gak, si Radit lagi gencar buat deketin Jinjin lagi. Apa lu mau mereka bersama kembali?" tanya Deril memanasi.
Sontak saja pertanyaan Deril membuat Shaka menghentikan langkahnya. "Lu yakin?" tanyanya memstikan.
"Emang lu gak tau? Kemarin di kantin anak-anak pada gempar dengan gosip itu," lanjut Deril meyakinkan. Ngebul-ngebul dah! Pikirnya.
Shaka mengepalkan kedua tangan dengan gigi menggeretak mendengar itu. Hatinya memanas dengan darah yang mendidih. "Brengs*k! Awas aja kalo dia berani deketin Jinjin lagi. Gue habisi dia," ucapnya menggebu dengan kilat amarah dimata elang itu.
Deril tersenyum miring seraya menepuk-nepuk pundak Shaka. 'Membuat berita hoak demi sahabat gak apa-apa kali ya?' batinnya bertanya.
Ia hanya tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Ego yang kokoh membentengi diri, membuat Shaka tak pernah jujur akan hatinya. Ingin sekali Deril menendang ego tersebut, namun keras kepalanya membuat ego itu semakin membatu.
**
"Udah jangan nangis terus, cantiknya ikut luntur!" kekeh Jingga menenangkan sahabatnya itu.
"Terus aku harus gimana?" erang Sena frustasi.
"Entah ..." balas Jingga sekenanya.
"Isshh Jinjin," rengek gadis manja itu. Jingga tertawa kecil menanggapi.
"Terima aja, mau gimana lagi? Mungkin kak Deril memang jodohmu," celetuk Jingga.
"Isshh tapi ...."
"De!" Panggilan seseorang sukses mengalihkan perhatian mereka.
"Kak Deril," sapa balik Sena.
"Yuk! Pulang sekarang," ajaknya.
Terdengar hembusan napas panjang dari gadis itu, Jingga menepuk pundak sahabatnya itu seraya mengepalkan tangan memberi kode semangat. Namun wajah Sena masih saja masam. Akhirnya dengan langkah gontai gadis itu berjalan mengikuti Deril.
Sepeninggal kedua manusia itu, Jingga berlalu menuju parkiran. Baru saja langkahnya sampai disamping kuda besinya, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang.
"Jin!" sapanya, sontak saja gadis itu menoleh. Ia memutar bola mata malas seraya menghempas kasar tangan lelaki yang dengam berani mencekalnya itu.
"Ayolah Jin, kamu gak bisa kek gini terus. Lupain si brengs*k itu dan kembali padaku!" ucapnya.
Jingga tersenyum remeh. Kemudian menatap tajam lelaki itu, hingga aura dingin dari dirinya keluar. "Brengs*k? Siapa yang kau sebut brengs*k?" tanyanya pelan namun penuh penekanan.
"Bukankah julukan itu lebih patut untukmu, Radit?"
\*\*\*\*\*\*
Jangan bingung ya, disini mak othor flash back sedikit ke belakang. Jadi ini waktunya sama kek bab awal Abi-Sensen.. Nanti bertahap kita maju oke! Terus-terus jejaknya jangan lupa yaa😘
Jinjin si Badgirl irit bicara, yang hatinya lembut kek sutera😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
maaf thor.. salfoks ke buket nya.. beby pink rose.. bikin adem bener..
2023-07-29
0
Misda Cabina Aco
makin seru nih😂
2022-10-08
1
Vita Zhao
Awal mula nih😅
2022-10-03
1