"Jika saja aku tidak melihat mereka mengubur Dion dengan mataku sendiri waktu itu, aku bisa dengan jelas mengatakan bahwa kau adalah dirinya." Ucap Mama Willa.
Steven menjadi begitu terkejut dan berkata kepada wanita paruh baya itu, "kalian berdua membuatku semakin penasaran untuk mengetahui cerita yang sebenarnya."
"Wanita yang menyerang mu tadi itu bernama Willa Winona. Putri ku, seorang pebisnis wanita dan merupakan wanita yang paling cantik dan terkaya di kota J."
(TUJUH TAHUN YANG LALU)
"Willa menikah dengan seorang anak laki-laki dari sahabat kami. Dia adalah laki-laki muda yang baik dan mempunyai pikiran yang terbuka. Hal yang paling penting bagi kami orang tua Willa adalah, putri kebahagiaan putri kami. Jadi kami memberikan restu kami kepada mereka untuk menikahi satu sama lain."
Mama Willa mulai bercerita tentang masa lalu Willa.
"Dion adalah belahan jiwa Willa, mereka saling mencintai satu sama lain. Hal itulah yang membuat orang-orang di kota J memanggil mereka sebagai Romeo dan Juliet."
"Bahkan setelah Willa mengetahui bahwa Dion memiliki masalah dengan sistem reproduksi nya (sulit untuk memiliki anak), Willa tidak memperdulikan hal itu karena dia selalu mencintai Dion apa adanya. Dion selain sebagai seorang suami, sudah seperti seorang sahabat, kakak dan juga ayah bagi Willa."
"Dion adalah segalanya bagi Willa di dalam hidupnya. Jadi, Willa tidak pernah menginginkan siapapun, kecuali dirinya."
(EMPAT TAHUN YANG LALU)
"Di hari ulang tahun Dion, Willa terlambat datang bulan selama 10 hari. Saat itu aku langsung memaksanya untuk melakukan tes kehamilan. Setelah hal itu dia menemukan bahwa dirinya memang tengah hamil dan itu adalah hadiah terbaik yang bisa dia berikan untuk Dion. Dia sangat bahagia bukan karena dia akan menjadi seorang ibu, tapi karena kebahagiaan Dion yang selalu menginginkan seorang gadis kecil yang mirip dengan Willa. Dion benar-benar menginginkan gadis kecil yang sama persis seperti Willa."
"Hari itu, Willa membeli sebuah kue dan kembali ke rumah mereka untuk merayakan ulang tahun Dion bersama, dan mengatakan kepada Dion bahwa dia tengah hamil. Tapi saat dia membuka pintu rumah, dia menemukan banyak darah di mana-mana."
Kemudian dia berteriak dengan sangat ketakutan, "Diooon.. Jangan menakuti aku seperti ini. Ini hanya prank kan Dion? Dion, tunjukkan di mana dirimu berada. Jangan lakukan sesuatu yang berlebihan seperti ini, aku hamil."
Tiba-tiba Dion muncul dari dalam kamar mereka dengan tersenyum seraya memegang lehernya.
Willa dengan cepat berlari ke arahnya dan menghela napas dengan begitu dalam dan berkata kepada Dion dengan wajah yang tampak sedih, "Dion, kau membuatku sangat ketakutan. Kumohon Dion, jangan lakukan hal seperti ini kepadaku lagi. Aku tidak menyukai prank yang seperti ini. Aku bahkan merasa bahwa jantungku akan melompat keluar dari dalam dadaku karena ketakutan.
Aku tidak sanggup melihatmu yang berlumuran darah seperti ini. Bahkan jika semua ini hanyalah prank, tapi hal ini tetap menyakiti diriku.
Aku sungguh tidak bisa memikirkan bahwa sesuatu akan terjadi kepadamu suatu hari nanti, karena kau adalah jiwaku, yang mana aku tidak bisa hidup tanpa dirimu."
"Jadi aku memohon kepadamu untuk tidak menyakiti hatiku seperti ini dengan melakukan prank seperti ini. Dada ku masih terasa sakit karena candaan mu ini." Ucap Willa panjang lebar.
Tiba-tiba Willa tersenyum seraya menarik tangan Dion menjauh dari lehernya dan berkata, "kenapa kau masih memegang lehermu? Apakah kau masih ingin melanjutkan prank mu yang buruk ini?"
Semuanya terjadi begitu cepat. Ada banyak darah yang keluar dari leher Dion, dan kemudian tubuh Dion terjatuh di lantai. Willa benar-benar terkejut, dia mengangkat Dion di lengannya dan berkata seraya mengusap air matanya karena menangis dengan begitu keras.
"Apa ini Dion? Katakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi? Jangan bilang padaku bahwa kau akan mati." Isak Willa.
Dion berkata kepada Willa dengan sedih seraya bibirnya tersenyum, "jangan kau begitu sedih Willa. Tadi ada perampok yang masuk ke dalam rumah kita. Aku berkata kepada mereka untuk mengambil apapun yang mereka mau kecuali cincin pernikahan kita. Tapi mereka mencoba untuk mengambil cincin itu dariku dengan paksa. Aku menolak jadi mereka pun menyayat leherku dan saat mereka mendengar suara langkah kaki mendekat, merekapun segera pergi."
Willa berkata, "tidak, kau pasti bercanda kan? Ini semua tidak benar, kau berbohong kepada ku bukan begitu?"
"Tidak, aku tidak bercanda Willa." Ucap Dion dengan air matanya yang mulai jatuh ke pipinya.
"Kau pasti akan menjadi orang yang kuat dan membesarkan anak kita. Jangan menangis."
"Berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan pernah menangisi aku."
"Berjanjilah bahwa kau akan melupakan semua ini dan melanjutkan hidupmu dengan bahagia. Berjanjilah kepadaku Willa."
Tiba-tiba Dion berhenti bergerak.
Willa benar-benar terkejut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dia katakan.
Satu hal yang dia lakukan adalah menatap Dion dan berkata, "Dion, kumohon jangan lakukan ini kepadaku. Dion bangunlah dasar bodoh. Aku tidak mau cincin apapun itu. Aku bisa membeli cincin lainnya. Tapi bagaimana bisa aku mendapat kan cincin yang lain tanpa dirimu?"
Willa mulai menggila. Dia memukuli tubuh Dion yang sudah tidak bernyawa di dadanya dengan menangis dan berkata, "Dion, ayo bangun, bangunlah! Bangun Dion..."
Tapi tentu saja Dion tidak merespon Will ataupun bergerak. Kemudian Willa menyadari bahwa dion sudah meregang nyawa.
Willa mulai tertawa dan menangis di waktu yang bersamaan, sama seperti orang yang sudah gila dan berkata, "ini adalah mimpi buruk. Aku tahu ini semua ini hanyalah mimpi buruk dan aku akan segera bangun nanti. Ini semua tidak mungkin nyata adanya."
Apa yang membuat semuanya menjadi semakin buruk adalah saat Willa masuk ke dalam kamar mereka. Dimana dia menemukan ada banyak darah di mana-mana. Hal itu membuat Willa menjadi begitu terkejut dan kembali meninggalkan pintu kamar itu dengan terbuka dan dia langsung kembali memeluk tubuh Dion dengan berlumuran darah di seluruh tubuhnya. Dia kembali memukuli Dion di dadanya dengan tertawa dan menangis.
Kemudian setelah itu, para tetangganya mendengar suara tawa Willa yang keras. Mereka semua masuk ke dalam rumah dan melihat Willa yang seperti itu. Mereka berpikir bahwa dirinya lah yang membunuh Dion dan mulai berkata kepadanya,
"Dasar monster, bagaimana bisa kamu lakukan semua ini kepada suami mu sendiri."
Bukan hanya itu saja, tapi mereka mulai mengatakan hal yang sangat buruk kepada Willa, yang membuat Willa berkata kepada mereka dengan begitu terkejut,
"Apa, apa yang kalian katakan?"
Tapi mereka semua tidak mendengarkan Willa atau memberikan kesempatan kepada Willa untuk membela dirinya sendiri dan terus memberikan tekanan kepada Willa. Kemudian Willa menyadari bahwa mimpi buruk itu menjadi semakin buruk dan tidak ada jalan untuk keluar dari sana.
Dan hal yang paling penting bagi Willa adalah menyelamatkan nyawa Dion dan membuatnya bangun lagi.
Jadi Willa berkata kepada mereka semua, "kumohon, tolong aku selamatkan dia. Panggilan kan ambulan, kumohon."
Para tetangga itu berkata kepada Willa dengan begitu marah.
"Jangan berpura-pura tidak bersalah, kau tahu benar bahwa kau lah orang yang memotong leher suamimu sendiri dan lihat sekarang dia sudah mati."
Kemudian Willa mulai menggila. Dia menaruh kedua tangannya di telinganya dan menutup matanya, menangis dengan begitu keras dan berteriak.
"Jangan katakan bahwa dia sudah meninggal. Dia masih hidup."
Para tetangga berkata, "cepat panggil polisi untuk menangkap monster ini, dia masih ingin melanjutkan aktingnya yang berpura-pura untuk tidak bersalah."
Setelah beberapa saat, polisi akhirnya datang. Dimana saat itu para tetangga masih menuduh Willa telah membunuh suaminya sendiri. Kemudian mereka menginformasikan kepada petugas kepolisian tentang apa yang mereka sudah lihat sejak tadi.
Kemudian petugas kepolisian itu mulai berbicara kepada Willa dan bertanya padanya, apakah memang dia yang sudah melakukan pembunuhan terhadap suaminya itu. Tapi Willa tidak mengatakan sepatah kata pun. Gadis malang itu sudah berada di alam bawah sadar nya dan tidak memperdulikan apa yang sedang terjadi. Pikirannya benar-benar tidak bisa menerima tekanan yang sedang dihadapinya.
"Saat itu pikiran Willa sudah berada di dunia lain. Dan semuanya tidak berhenti di situ saja, tapi para polisi itu mulai bertanya kepada Willa dan melakukan tes psikologi kepada Willa dalam waktu 3 hari dan tidak membiarkan aku ataupun Papa Willa untuk melihatnya dan dia harus menghadapi semua ini sendirian."
Steven hanya bisa terdiam mendengar cerita yang dituturkan Mama Willa padanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments