Beberapa orang yang kebetulan ada di sana, secepatnya mengantar Seana dan Willy ke rumah sakit. Kabar tersebut membuat gempar masyarakat kampung. Banyak desas desus yang berkembang, tapi Sartika dan Ibu Widya merasa sangat dirugikan dan ditipu mentah-mentah oleh Fitria dan Ridho.
"Aku tidak akan melepaskan kalian, kembalikan uangku!!!" Teriak Daniela lalu melempar gelas dan piring yang ada di atas meja makan.
Prang.. prang…
Beberapa benda yang berada di sekitarnya yang mampu di jangkaunya tidak lepas dan lupuk dari amukan dan kemarahan Daniela putri tunggalnya Pak camat setempat.
"Sampai kapan pun aku akan mencari kalian hingga ke dalam lubang semut pun, Fitri… Ridho semoga kalian segera mampus.. dasar brengsek!!" murka Daniela yang kembali melempar sebuah benda yang berada di depan matanya.
Pranggg.. praaaaang… bruk… Brak..
Lemparan demi lemparan dilakukannya untuk menyalurkan rasa amarahnya. Hingga barang-barang yang bisa dia pegang dan mudah dia jangkau sudah terlempar ke tembok. Hingga pecahan barang-barang tersebut berhamburan memenuhi ruangan yang awalnya sangat rapi, bersih dan mewah.
Kamar itu sudah berubah bentuk hingga isinya tidak seperti semula. Sumpah serapah dan kata-kata umpatan yang sangat kasar sudah dikeluarkan oleh Sartika, agar perasaannya bisa tenang.
"Semoga saja mereka tidak menyebut atau menyimpan bukti yang akan nantinya menyudutkan aku, kalau sampai hal itu terjadi habis dan tamatlah riwayat hidupku, pasti Papa akan menghancurkan kehidupanku," gerutu Daniela.
Daniela segera mengganti pakaiannya lalu berjalan ke arah luar. Dia ingin memeriksa dan mengamati lokasi kejadian. Ia ingin memastikan apa ada bukti yang mereka tinggalkan yang menunjuk ke arah otak pelaku kejadian tersebut.
Sedangkan Seana yang kondisinya cukup parah dan kritis segera dilarikan ke rumah sakit, karena hampir seluruh tubuhnya mendapatkan luka akibat pukulan dari terutama bagian kepalanya Seana.
"Ya Allah… itu tidak mungkin!!!" pekik Ibu Melani ibunya Willy setelah mendengar kabar dari salah satu warga masyarakat yang melihat dan menyaksikan langsung kejadian tersebut.
"Seperti itulah kenyataannya Ibu, putra ibu Willy ingin melecehkan Sea, tapi Sea terus memberontak dan melawannya dan untungnya ada pemuda yang melihat kejadian tersebut hingga Seana bisa diselamatkan dari kejadian tersebut," terang Pak Doni dengan panjang lebar yang sedikit segan mengatakan hal tersebut.
Betapa geramnya Pak Ardiansyah setelah mendengar perbuatan dan kelakukan bejaknya terhadap mantan tunangannya itu.
"Aku yakin semua ini bukan lah keinginan Willy semata, Ibu yakin ada yang memprovokasi dan mengadu domba agar putraku bertindak diluar batas dan kendalinya," sanggah Ibu Melani dengan wajahnya yang sangat sedih dan menyayangkan kejadian tersebut.
"Apa pun alasannya, Bapak tidak akan diam dan membiarkan Sea diperlakukan tidak adil dan dizolimi oleh orang lain, apalagi harus disiksa seperti itu, Bapaknya Sea sudah menitipkan amanah kepada Bapak untuk menjaganya selalu," tuturnya Pak Ardi.
"Bapak!! Apa maksud dari perkataannya bapak? Apa bapak akan tega menghukum Willy putra kita satu-satunya itu?" Tanyanya Bu Melani yang sudah menarik tangannya Pak Ardi yang akan berjalan ke arah pintu.
"Bapak tidak akan memandang siapa pun yang berbuat kejahatan, Bapak tidak akan pandang bulu, walaupun itu adalah anak kandung aku sendiri," gertak Pak Ardi dengan suara tegas dan lantang.
Sedangkan Pak Doni yang kebetulan ada di dalam sana hanya menjadi pendengar saja tanpa niat untuk menimpali perkataan dan perdebatan mereka. Pak Doni hanya menunduk tak berani untuk menatap dan melihat langsung kejadian tersebut.
"Pak Doni!! ayo kita segera ke kantor Polisi aku ingin melihat anak tidak tahu diri itu," geram Pak Ardiansyah dengan perilaku anak pertamanya itu.
"Baik Pak Desa," jawab Pak Doni yang sudah mengikuti langkah kemana perginya Pak Ardiansyah.
Raut wajah Pak Ardiansyah merah padam, nafasnya memburu, matanya memerah seakan-akan bola matanya ingin loncat dari dalam kelopak matanya.
"Tidak!!!" Teriakannya di pagi buta itu cukup membuat beberapa tetangganya keheranan dengan apa yang terjadi.
Ibu Melani menangis meraung-raung saking tidak percayanya jika anaknya yang penurut, sopan dan ramah bisa kalap dan lupa diri hingga nekat bertindak di luar batas kesabaran seseorang.
"Willy putraku! kenapa kamu tega melakukan hal ini nak, tidak seperti ini caranya jika kalian tidak berjodoh nak, cinta itu tidak bisa dipaksakan," ratap Ibu Melani yang sangat tidak ingin mempercayai apa yang telah terjadi.
Ibu Melani terduduk di atas lantai rumahnya, tepatnya di depan pintu rumahnya yang masih terbuka lebar sepeninggal suaminya yang selaku kepala Desa di kampung itu.
"Willy kamu sudah mencoreng nama baik bapak sama Ibu nak, apa salah kami, apa kami tidak baik dalam mendidik dan membesarkanmu?" Sesalnya yang menangisi nasib malang putranya.
Winda adiknya Willy yang diam-diam mendengar pertengkaran dan keributan antara Bapak dan ibunya tidak berani muncul di hadapan mereka berdua. Ia hanya bersembunyi dibalik pintu kamarnya. Saking takutnya hingga tubuhnya tadi sempat gemetaran, karena ini yang pertama kalinya melihat kedua orang tuanya berdebat.
"Ibu, harus sabar kalau Ibu seperti ini terus siapa yang akan membantu Abang," bujuk Winda anak bungsunya pak Ardi sembari memeluk tubuh ibunya yang sedari tadi menangis.
......................
Tinggalkan jejaknya kakak Readers setelah baca yah dan dukung juga Novelku yg lainnya yang alur ceritanya tidak kalah menarik dari cerita Ocean dan Seana judulnya ada dibawah ini:
Hikayat Cinta Syailendra
Pelakor Pilihan
Ketika Kesetiaanku Dipertanyakan
Cinta Kedua CEO
Hanya Sekedar Baby Sitter
Makasih banyak untuk Readers yang telah meluangkan waktunya untuk mampir..
Mohon Maaf jika banyak sekali terdapat kesalahan atau typo kata dalam penulisan maupun pengetikannya...
I love you all Readers…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Aulia Finza
samudra kagak balik thor..
2022-10-02
0
Zika Zainal
Ibu Melani terlalu percaya pada putranya
2022-10-02
0
Hijriah ju ju
kalo Willy meninggal itu lebih bagus
2022-10-02
0