...🍁🍁🍁...
Katakanlah Aileen bodoh, serampangan, gampangan, murahan atau apapun itu. Aileen tidak peduli, selama dia mendapatkan apa yang dia inginkan, gadis itu tak akan menyerah. Bahkan tindakan Leon yang sudah menamparnya tempo hari itu ,telah dia lupakan.
Mungkin karena Leon terlalu memanjakannya hingga kepribadiannya terbentuk menjadi seperti ini. Manja, keras kepala dan selalu bergantung pada Leon. Salahnya sendiri kenapa dia mengekang Aileen dan terlalu menjaganya. Karena siapa dia begini? Tentu karena janjinya pada Mark untuk menjaga Aileen.
Niatnya menjauhi Aileen malah membuat gadis itu semakin mendekat padanya. Leon tak mampu menolak semua permintaan manja dari Aileen karena mereka baru bertemu setelah 3 tahun Aileen berada di Singapore. Sikap Aileen kadang membuat Leon menjadi kesal, tapi sebisa mungkin dia menahan rasa kesal itu karena tak mau kelepasan lagi membentak bahkan sampai menampar Aileen seperti tempo hari. Leon sungguh tidak ingin melihat Aileen menangis sedih karenanya. Melihat Aileen sedih dia semakin berdosa pada Mark mendiang sahabatnya.
"Pa...aku kan cuma ngerapihin dasi papa, kenapa papa bentak aku?" tangan Aileen masih menyentuh dasi motif strip hitam putih milik Leon. Ia menatap papanya dengan tatapan sendu, memelas, seolah ingin meraup simpati darinya.
"Sayang, maafkan papa...papa tidak bermaksud membentak kamu. Papa hanya tidak suka dengan kamu yang tiba-tiba cium pipi papa begitu," Leon berusaha menegur Aileen atas tindakannya barusan.
"Iya papa, Aileen maafin...tapi siang ini papa makan siang bareng aku ya?" tawar Aileen sambil menunjukkan senyuman manisnya.
"Ai, papa ada janji sama Celia." ucap Leon seraya mengelus lembut rambut panjang putrinya yang berwarna coklat itu. Berharap sikapnya akan membuat Aileen mengerti tentangnya dan Celia. Leon juga berharap kalau Aileen bisa paham bahwa selain dirinya, wanita lain telah masuk ke dalam kehidupannya. Hati Leon kini telah terbagi untuk dua wanita.
Ya, aku tau papa ada janji sama Celia siang ini...makanya aku ajakin papa makan siang.
"Tapi pa...Aileen baru pulang kesini ketemu sama papa setelah tiga tahun kita gak ketemu. Masa papa nolak Aileen sih? Udah 3 tahun loh kita gak makan siang bareng."
Lagi, Aileen berusaha membujuk papanya untuk makan siang bersamanya. Namun tujuan sebenarnya bukan itu, ia ingin rencana pertemuannya dengan Celia batal.
Leon terdiam sejenak, dia tampak berpikir dan setelah dipikir-pikir, apa yang dikatakan Aileen memang benar. Sudah 3 tahun tak bertemu, tidak enak juga menolak ajakan dari putri tercintanya ini. Apalagi dia sudah menamparnya, membentaknya terakhir kali.
"Baiklah Ai, papa akan makan siang sama kamu."
Mendengar jawaban dari papanya, membuat senyum Aileen mengembang. "Makasih papa, papa emang ter the best!" Aileen memeluk papanya dengan posesif.
Perlahan Leon mengurai pelukan Aileen, saat Leon merasakan ada benda kenyal menyentuh dada bidangnya dan itu terasa sangat aneh. Pertanda bahwa putrinya sudah dewasa, anak perempuan cantik yang mampu menggoda dan menghipnotis kaum Adam.
"Eh...iya Ai, ayo kita berangkat. Nanti telat!" ajak Leon, lalu dia membukakan pintu mobil untuk Aileen.
"Iya papa." sahut Aileen lalu masuk lebih dulu ke dalam mobil sedan mewah itu, diikuti dengan Leon dibelakangnya.
Mereka berdua pun pergi ke kantor tempat mereka bekerja. Xavier fashion yang bergerak di bidang fashion sesuai namanya. Terlihat beberapa karyawan menyambut kedatangan Leon dan putrinya itu, jangan lupakan Bram sekretaris sekaligus orang kepercayaan Leon berdiri tepat dibelakang mereka.
Sesekali mereka melirik Aileen dengan genit seperti curi-curi perhatian padanya. Siapa juga yang tidak akan terpesona oleh kecantikan Aileen? Gadis cantik yang masih fresh dengan tubuh mungil dan body semampai bak gitar Spanyol itu memang bisa mencuri atensi semua pria disana.
"Hai nona Aileen, selamat pagi." sapa seorang karyawan pria pada Aileen.
"Selamat pagi juga," Aileen balas tersenyum dan menyapa salah satu karyawan di Xavier fashion.
Leon langsung mendelik sinis pada karyawan-karyawan yang menyapa Aileen, mereka terdiam saat Leon menatap mereka dengan tajam. Sebenarnya Leon tak suka jika Aileen terlalu ramah pada karyawan lainnya, terutama pria.
Begitu sampai di ruangan Leon, pria berusia hampir 40 tahun itu menegur putrinya. Dia melarang Aileen untuk bersikap terlalu ramah pada pria.
"Kenapa pa? Kenapa Aileen tidak boleh ramah pada mereka? Mereka kan karyawan papa," tanya Aileen dengan mata membulat menatap papanya.
"I-itu karena…"
"Papa cemburu kan kalau aku ramah sama cowok lain? Ya kan?" Gadis itu menatap papanya dengan berbinar-binar, seolah mengharapkan jawaban, ya dari papanya.
Bram yang sedari tadi diam saja seperti patung, tapi telinganya mendengar percakapan Aileen dan Leon. Alisnya sedikit terangkat.
"Cemburu? Kenapa papa harus cemburu? Papa cuma tidak mau kau dekat-dekat dengan mereka, nantinya mereka akan berharap padamu. Anak papa pantas mendapatkan pria yang baik dan sempurna. Jadi, kau jangan ramah pada sembarang pria. Paham Aileen?" Leon menasehati Aileen, akan tetapi gadis itu malah mencebikkan bibirnya dan melangkah pergi dari sana lalu duduk di kursi kerjanya, tepat di samping tempat duduk Bram.
'Pa, Aileen yakin papa cinta juga sama Aileen. Akan aku buktikan itu pa, bahwa aku seorang wanita'
Leon menggeleng-gelengkan kepalanya, dia juga pergi dari sana dan masuk ke ruangannya. Seperti biasa dia melakukan aktivitasnya sebagai CEO Xavier fashion, tanggung jawab atas ribuan karyawan ada di pundaknya. Dia adalah seorang pekerja keras yang tidak pernah libur kerja walau sehari, kecuali ada suatu hal yang sangat mendesak.
Dari balik kaca yang membatasi ruangan sekretaris dan ruangan CEO, disanalah Aileen memandangi ketampanan papanya, tubuh maskulin, bahkan gadis itu sempat lupa bahwa Leon sudah memasuki usia 40,tahun ini.
'Oh my God, papa handsome banget sih, gak heran kalau Cleo bilang papa hot daddy. Gak kalah sama anak muda jaman sekarang'
"Aileen!"
"Aileen!"
"Aileen Sheravina Xavier!"
'Anak ini kenapa sih? Apa benar kata Leon kalau anak ini mengatakan cinta padanya?' batin Bram.
Panggil Bram beberapa kali pada gadis itu namun tidak kunjung mendapatkan jawaban. Bram melihat tatapan Aileen pada sosok CEO Xavier fashion yang sedang berada di dalam ruangannya. Fokus bekerja membuat pria itu semakin tampan di mata Aileen, membuatnya semakin terpesona.
"Ya, om Bram?" Sahut gadis itu seraya menoleh ke arah Bram.
Terdengar helaan nafas dari Bram. "Haahh….om udah panggil kamu beberapa kali tapi kamu gak denger! Cepetan kamu fotokopi dokumen ini dibuat 5 rangkap, nanti sore papa kamu ada rapat." Kata Bram tegas, lalu ia menyerahkan beberapa dokumen yang harus di fotokopi itu pada Aileen.
Aileen tersenyum, lalu ia membawa dokumen itu pergi dari sana menuju ke ruang fotokopi. Bram melihat kepergian Aileen sambil menggelengkan kepalanya. "Dia bukan seorang anak lagi, dia seorang gadis yang sangat cantik dan bisa menggoda kaum Adam." Gumam Bram, ketika melihat sosok Aileen yang kini sudah dewasa, cantik, seksi, body bak gitar Spanyol, tentunya sangat menarik. Walau hanya dengan pakaian sederhana saja, wajah tidak akan menipu. Kalau cantik ya cantik, itulah Aileen.
Bram kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaannya di depan komputer sambil menunggu Aileen. Tak lama kemudian fokusnya menjadi terpecah saat suara Leon terdengar dari dalam sana, pria itu kini terlihat mondar-mandir di dekat pintu ruangannya sambil meneleponnya seseorang.
"Sayang…please mohon pengertiannya, sudah lama aku tidak makan bersama Aileen…..tidak tidak! Bukannya aku tak mau mengajakmu tapi Aileen ingin makan bersamaku berdua saja……sayang, aku minta maaf ya……sayang–sayang–"
Tut…Tut….
Panggilan telepon itu pun terputus, Leon mendesah, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Bram pun masuk ke dalam ruangan CEOnya, dia bertanya ada apa dengan Leon.
"Kenapa Leon?"
"Celia marah padaku, Bram." Desah Leon gusar.
Celia marah pada Leon karena terus menerus membatalkan janjinya dan membuat Leon sedih. Leon pun mencurahkan isi hatinya pada Bram, sekretaris sekaligus teman baiknya perihal Aileen yang manja dan membuat Celia marah.
"Ini salahmu Leon, kau terlalu memanjakannya." cetus Bram.
"Aku? Salahku?"
Bram mengatakan pendapatnya bahwa Aileen tumbuh menjadi gadis yang manja karena sikap Leon selama ini padanya yang selalu mengekang dirinya dan tidak memberikan kebebasan pada gadis itu.
"Jadi menurutmu aku harus memberikan Aileen kebebasan agar dia tidak mengaturku?"
"Ya, benar begitu. Kau harus membebaskannya sedikit, atau kau cari cara agar dia bisa menerima Celia." Saran Bram sambil tersenyum lembut.
Mendengar saran Bram, Leon pun jadi berpikir akan sedikit memberikan kebebasan pada Aileen agar tidak bergantung padanya lagi dengan cara yang terlintas di kepalanya.
"Aku tau, apa yang bisa membuat Aileen tidak manja lagi padaku." Gumam Leon, dengan senyum menyeringai tersirat di bibirnya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
kangsemen
kadang kepeleset jadi alien baca nya😁✌🏻
2022-12-25
0
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
denger tu salahmu juga selalu memanjakan Aileen, jadinya ya begini
2022-12-06
1
Sri Lestari
ya itu kan salah kamu sendiri leon, terlalu mengekang aiileen tidak boleh dekat dg laki laki lain akhirnya rasa itu muncul dihati aiileen
2022-10-19
3