...🍀🍀🍀...
Celia tersenyum anggun, "Honey, rupanya putrimu sangat menggemaskan dan cantik. Ya, baiklah…kau harus membujuk putrimu agar tidak marah lagi."
"Terima kasih, kau memang sangat pengertian Celia." Leon tersenyum simpul, ia senang karena memiliki tunangan yang begitu pengertian padanya.
"Of course, everything for you and your daughter. Anakmu anakku juga, sayang." Lirih wanita itu lalu mengecup pipi Leon.
Cup!
Kini Leon harus menyelesaikan masalah Aileen. Ya dia memang selalu begini dan Leon sudah biasa akan hal itu. Ini sebabnya dia selalu melajang bahkan di usianya yang akan menginjak 40 tahun. Leon memahami kecemburuan Aileen yang mungkin takut kasih sayangnya terbagi dengan orang lain bila Leon menikah, dia pun berusaha membujuk putrinya agar tidak marah lagi.
Pria itu mendekati kamar Aileen yang pintunya tertutup rapat. Leon mengetuk pelan pintu itu dan berusaha untuk berbicara dengan putrinya.
"Sayang, kenapa kamu sudah pulang? Kamu gak bilang-bilang papa? Nanti kan papa bisa jemput kamu."
Di dalam kamar itu, Aileen sedang bersandar di pintu. "Huh! Kenapa? Papa tidak senang aku pulang? Oh ya…papa tidak senang karena papa merasa terganggu dengan kehadiranku, bukan?" Tanya Aileen menuduh.
"Ai, mana mungkin papa begitu. Papa senang banget kamu pulang," ucap Leon dengan lembut.
"Hem…tau ah papa nyebelin, aku sebel banget sama papa. Ternyata papa udah punya pacar lagi dan papa tampar aku barusan demi wanita ****** itu! Aku gak suka, aku sebel sama papa. Aku sebel!" gerutu Aileen kesal dengan bulir air mata yang jatuh berguguran membasahi wajah cantiknya.
"Maafin papa sayang, papa benar-benar–"
Leon tidak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba ia terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. 'Aku akan jelaskan pada Aileen nanti saja, kalau aku dan Celia akan menikah dan kami sudah bertunangan. Kalau aku jelaskan sekarang, dia pasti marah'
Rasanya akan jadi percuma jika Leon membujuk putrinya sekarang, dalam keadaan kepala panas.
"Pa, papa kenapa sih?" Aileen heran karena dia tidak mendengar suara papanya lagi, apa mungkin dia sudah pergi? Aileen terisak, dengan kedua tangan memeluk lututnya. Sakit hati, cemburu, marah, seperti miliknya direbut oleh orang lain.
'Kenapa papa bercumbu sama wanita itu pa? Hati Aileen sakit' ucap gadis itu dalam hati.
Leon mendesah lalu menyahuti ucapan Aileen. "Papa gak apa-apa Ai. Udah ya jangan marah lagi, papa akan buatkan makanan untukmu." Rayu Leon pada Aileen yang marah padanya.
"Tidak pa, papa pergi saja dengan wanita itu! Tinggalkan aku sendiri!" Seru Aileen tegas namun dengan suara parau.
Leon memahami cemburu Aileen, dia pun berusaha meminta maaf, membujuk putrinya dengan memanjakannya seperti biasa, memberinya uang jajan, memasak makanan untuknya. Tapi kali ini rayuannya tidak mempan. Aileen masih kesal, apalagi bayangan papanya bercumbu dengan kekasihnya itu membuatnya tak bisa menahan cemburu. Seperti kaset film yang diputar berulang-ulang.
Apalagi saat Aileen melihat ada cincin pertunangan melingkar di jari papanya dan ternyata dia menemukan fakta dari sekretaris Leon bahwa papanya sudah bertunangan dengan Celia, walau belum ada pesta resminya.
Semakin panas saja hatinya itu.
*****
Pada suatu malam, Leon kembali berusaha membujuk Aileen, masih dengan cara yang sama. Yaitu makanan, yang selalu membuat Aileen tidak tahan akan godaannya.
"Sayang, ini papa bawakan makanan kesukaan kamu! Buka dong pintunya Aileen." Rayu Leon dengan mata yang sendu menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat.
Leon berdiri didepan kamar Aileen, ditangannya ada nampan berisi cemilan manis dan susu coklat kesukaan Aileen. Sudah 3 hari Aileen marah padanya, bahkan tak mau bicara dengannya.
"Tuan, apa tuan masih belum baikan sama non Aileen?" Tanya Ratna, wanita yang menjadi kepala pelayan di rumah itu. Sekaligus pengasuh Aileen yang sudah seperti ibunya sendiri. Usianya sudah setengah abad, dia adalah istri Anwar si penjaga rumah itu.
"Iya bik, saya tidak tahu harus bagaimana lagi." Leon menghela nafas berat, biasanya kalau Aileen marah tidak akan selama ini. Leon menjadi gelisah karenanya.
"Tidak apa-apa tuan, nanti non Aileen pasti akan membaik lagi. Biasalah anak gadis suka gitu. Biar saya yang bawakan makanannya untuk non Aileen." Kata Ratna lalu tersenyum.
"Iya bik, sebentar." Leon menatap pintu kamar yang masih tertutup itu dengan sendu. "Ai, papa minta maaf ya kalau papa buat Aileen terluka. Papa memang sudah bertunangan dengan Celia dan papa salah tidak mengatakan dulu padamu. Papa minta maaf Ai, tapi meskipun Papa menikah nanti…kasih sayang papa akan tetap sama padamu. Tidak akan berubah, papa janji." Kata Leon membujuk, seraya memohon agar Aileen mau memaafkannya.
Kasih sayang?
Ini yang paling Aileen takutkan, kalau papanya menikah lagi. Bagaimana nasib Aileen? Kasih sayangnya akan terbagi, pasti terbagi dan Aileen tidak rela kalau seandainya itu terjadi.
Sedangkan di dalam kamar, Aileen berada di atas ranjang sambil menangis. "Pa…Aileen tidak mau papa menikah, Aileen tidak mau." Gumam gadis itu terisak.
Kemudian Leon yang berada di luar kamar Aileen, dia pun menyerahkan nampan berisi cemilan dan segala susu itu kepada Ratna. "Pastikan dia menghabiskannya ya bi, dia belum makan tadi siang." Pesannya pada Ratna sebelum pergi meninggalkan kamar putrinya.
Akhirnya Ratna bisa ke dalam kamar itu setelah mengucapkan beberapa patah kata pada Aileen. Aileen membuka pintu kamarnya untuk Ratna. Wanita paruh baya itu berusaha untuk membujuk Aileen agar tidak marah pada Leon. Memberikan pengertian padanya, bahwa kasih sayang Leon akan tetap sama padanya walau Leon menikah suatu hari nanti.
"Apa non Aileen gak kasihan sama pak Leon? Masa pak Leon harus menjomblo seumur hidup? Pak Leon juga butuh pasangan hidup."
"Tapi bi, rasanya aku tidak bisa membayangkan kalau Papa menikah! Aku tidak mau papa menikah!" Aileen tidak rela papanya menikah.
"Non…"
"Membayangkan papa sama wanita itu aja aku udah kesal, apalagi kalau papa menikah dan tiap hari aku akan melihat papa mesra-mesraan sama wanita itu. Aku tidak bisa bi." Wajah Aileen memerah, matanya berair.
"Nona Celia wanita yang baik non, dia akan menjadi mama yang baik buat–"
Aileen langsung memotong ucapan Ratna begitu dia tau arah pembicaraan Ratna akan kemana. "Bibi juga bela dia? Udah deh bi, mending bibi keluar dulu…aku gak mau denger bibi belain wanita itu!"
Ratna menghela nafas berat, lalu dia membawa gelas dan piring kosong keluar dari kamar itu. Leon ternyata masih berdiri di sana, ia menoleh ke arah Ratna dan wanita itu pun menggelengkan kepala. Pertanda bahwa dia tidak berhasil untuk membujuk Aileen.
Malam itu Leon kembali ke kamarnya dengan gelisah, dia pun tertidur di ranjangnya setelah lelah membujuk Aileen yang keras kepala .Sementara itu Aileen sedang memainkan ponselnya,dia berkirim pesan dengan teman baiknya. Dia curhat tentang Leon padanya.
[Kalau kau benar-benar cinta dengannya, kenapa kau tidak buktikan itu? Buktikan kalau kau cemburu karena cinta?]
[Caranya?] Balas Aileen.
[Coba kau cium pria itu, kalau kau merasakan hatimu berdebar ketika menciumnya. Maka benar kau cinta dia, tapi jika kau tidak merasakan apapun saat kau menciumnya, maka kau tidak mencintainya…ha-ha-ha]
Aileen hanya membaca pesan dari temannya itu, dia tertegun. "Aku cinta sama papa? Ah! Yang benar?" Gumam Aileen tak percaya.
Akhirnya gadis itu mengambil langkah besar, dia berjalan mengendap-ngendap keluar dari kamarnya menuju ke kamar papanya. Terlihat Leon tertidur dengan posisi terlentang. Salivanya naik turun begitu melihat pria berusia 39 tahun yang tampak menawan itu, tidur dalam damainya. Padahal hampir setiap hari dia melihat wajah tampan papanya, tapi entah kenapa wajah tampan yang seolah tidak pernah menua itu malah semakin menggoda. Hati Aileen berdegup kencang melihat sosok Leonardo Xavier.
Aileen mendekati papanya dengan nafas memburu, dia naik ke atas ranjang dengan hati-hati. "Pa, maafin Aileen…Aileen cuma mau memastikan perasaan ini."
Gadis itu mendekatkan wajahnya pada wajah Leon, lalu sambil menutup mata dia membenamkan bibirnya pada bibir tipis milik Leon.
Deg!!
'Aku cinta papa? Oh God!' kedua mata Aileen terbuka lebar, manakala dia menyadari jantungnya yang kini berdegup begitu kencang setelah ciuman pertamanya dengan Leon.
Begitu Aileen akan bangkit dari tubuh Leon, tiba-tiba saja tangan besar merengkuh tubuhnya dan menciumnya dengan begitu intens.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mariana Frutty
✔️✅
2023-01-27
0
Azizah az
apa cuma aku yg lidahny kepleset terus klo baca Aileen JD alien🙏
2022-12-27
1
kangsemen
benerlah masa kgk percaya si Ai😁
2022-12-25
0