Bab 6. Tertangkap

Jaga Saksena kehilangan keseimbangan. Meski tidak pingsan tubuhnya limbung, jatuh.

'Jangan-jangan jamur itu beracun!'

Jaga Saksena sekilas teringat sesuatu. Dulu pernah terjadi, sungai di sekitar pulau kecil kedatangan gerombolan ikan berwarna putih kekuningan. Bentuknya bulat dan seperti tidak bersisik.

Jaga Saksena menangkap beberapa ikan tersebut untuk kemudian ia bakar dan makan. Tak berapa lama Jaga Saksena merasa pusing.

Kata Byung, Jaga Saksena keracunan. Byung segera melalukan tindakan penyelamatan.

Mengingat itu, Jaga Saksena lekas melakukan apa yang pernah Byung lakukan padanya yakni berusaha menguras perut.

"Huakhh!"

Melogok mulutnya sendiri dengan jari telunjuk, Jaga Saksena muntah.

Beberapa kali bocah itu melakukan teknik logok jari, hingga akhirnya muntahan yang keluar berwarna kuning dan terasa sangat pahit.

'Sepertinya sesuatu di perutku telah habis dan ini harusnya keluar lewat jalan belakang!'

Jaga Saksena terkapar, menelentang tubuh beralas rerumputan liar.

'Tubuhku berasa lemas ... untungnya kepala ini sudah mulai mendingan!'

Bocah itu tampak memejam mata, merenungi kecerobohannya. 'Seharusnya aku makan sedikit saja dulu, kerakusan membawa derita! Aku tidak akan pernah mengulanginya!'

Cukup lama Jaga Saksena telentang , berdiam diri hingga ketika merasakan tubuhnya sedikit membaik, Jaga berusaha bangkit.

Terseok-seok melanjutkan perjalanan, Jaga berharap bisa menemukan sesuatu yang aman untuk dimakan.

Dalam hati, Jaga pun memanjat harap pada Yang Maha Kuasa sembari terus berusaha berjalan.

Berjalan dan terus berjalan.

Hingga,

Grosak! Wuutt!

Tetiba dari bawah kaki Jaga Saksena keluar semacam tali yang langsung meringkus tubuhnya sebelum menariknya ke atas.

'Apa ini?!'

Jaga Saksena tidak tahu bahwa dirinya masuk perangkap.

Dalam keadaan lemas akibat lapar dan baru saja keracunan, Jaga Saksena memeriksa tali yang meringkus tubuh.

'Tali ini dari pilinan kulit hewan. Sangat kuat! Aku akan kesulitan hanya untuk memutus satu tali saja! Ahh ....'

Jaga hanya bisa pasrah.

"Mungkin telah tiba waktunya aku akan menyusul Byung. Ah ... belum pun aku bertemu manusia ...."

Jaga Saksena sedikit menyesalkan datangnya kematian padahal dirinya belum bertemu manusia lain.

Saat itulah,

"Uhu! Hu! Hu! Hu!"

"Hah?! Manusia! Woi akhirnya aku bertemu dengan manusia! Hahahaha!"

Jaga Saksena yang telah pasrah bongkokan pada keadaan akhirnya kembali semangat.

"Whai! Turunkan aku, tolong!" lanjut Jaga Saksena berteriak.

"Hu! Gu! Eki wek dope!"

"Apa yang mereka katakan?!" Jaga Saksena mengerut dahi sebab tidak paham bahasa yang diucapkan oleh salah satu dari mereka sambil menunjuk-nunjuk.

"Apa mereka bukan manusia? Jangan-jangan mereka juga hewan yang akan memangsaku! Sungguh bukan waktu yang tepat, aku terlalu lemas untuk melawan mereka saat ini," gumam Jaga menduga-duga.

Tetapi kecurigaan Jaga Saksena segera terkikis ketika tubuhnya diturunkan secara hati-hati dan perlahan.

"Ringkus dia!" seru seorang yang tampaknya adalah pemimpin mereka.

Sebab tidak paham apa yang diucapkan orang, Jaga Saksena yang telah sampai di tanah tersenyum ramah. Namun, tiba-tiba masih dalam kungkungan tali-tali yang menjerat tubuhnya, dua orang meringkus tangan Jaga Saksena lalu mengikatnya kuat.

Tak ketinggalan mereka juga mengikat kencang kaki Jaga Saksena.

"Whai! Whai! Whai! Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan!!"

Tak pedulikan teriakan si bocah, sang pemimpin gerombolan laki-laki bercoreng-coreng hitam dan hanya memakai penutup ******** kembali memberi perintah,

"Cepat kita bawa bocah ini ke hadapan Kepala Suku Smito!"

Seorang memasukkan sebuah tongkat cukup panjang di antara sela-sela tali jebakan. Lalu,

Hek!

Masih di dalam tali jebakan, Jaga Saksena digotong rame-rame.

"Hu! Hu! Hu!" seru mereka sembari berjalan cepat meninggalkan lokasi.

'Apa yang hewan-hewan ini perbuat padaku, aku harus mengumpulkan tenaga untuk bisa kabur dari mereka di saat yang tepat!'

Di gotong rame-rame sedemikian rupa, Jaga Saksena berusaha tidak bergerak serta menenangkan hati dan pikiran. Rencananya, Jaga akan menggunakan tenaga yang tersisa nanti, di waktu yang pas.

Rombongan itu terus bergerak, langkah mereka cepat bagai lari kecil. Berkelok-kelok menelusupi jalur yang sepertinya telah biasa mereka lalui.

Cukup lama berjalan, tibalah mereka di sebuah pemukiman yang dikelilingi oleh pagar dari kayu-kayu kecil dan rerantingan.

Rumah-rumah mereka juga terbuat dari batang-batang pohon sebesar lengan yang ditutup dengan dedaunan.

Yang tak diduga Jaga Saksena, kedatangannya disambut meriah oleh penghuni perkampungan. Mereka berjingkrakan bahkan ada yang saling berpelukan.

Jaga Saksena terus memperhatikan tingkah semua orang, juga memperhatikan penampilan mereka.

'Kenapa mereka bertelanjang? Waduh, hanya membalur tubuh dengan warna putih tidak bisa menutupi apa yang seharusnya ditutupi!'

Hingga akhirnya, rombongan menurunkannya di depan sebuah rumah paling besar di antara lainnya.

"Ape! Boce ilo wes ko take!" seru pemimpin rombongan di depan pintu.

Tak lama, keluarlah sosok lelaki yang juga bercoreng-coreng hitam. Ia hanya mengenakan penutup ********. Hanya saja ada bulu-bulu burung berwarna hitam yang menghias kepalanya.

"Hahaha! Peko ira cen dag deng!"

'Sepertinya mereka sedang bicara, hanya saja aku tidak mengerti bahasa mereka! Artinya mereka manusia!'

Jaga Saksena terus memperhatikan apa yang mereka ucapkan, berusaha mengingat-ingat kosa kata yang bisa telinganya tangkap.

Tak lama, seorang nenek datang menghampiri, di tangannya tergenggam tongkat hitam tua.

Jaga Saksena memperhatikan sesuatu yang menggantung di antara buah dada si nenek yang kempes, ada tengkorak kecil bertanduk menggelantung di sana.

Mengangguk-angguk, si nenek berseru. Seruan yang tentu saja tidak dimengerti oleh Jaga Saksena.

"Beri dia makan! Tubuhnya sangat lemah. Sang Baghala tak akan senang korbannya mati sebelum ritual persembahan!"

"Daging atau umbi, Seti?!" tanya lelaki yang memakai bulu burung di kepalanya, dialah sang kepala suku Smito.

"Umbi-umbian. Seorang rendahan sepertinya tidak layak memakan daging seperti kita, manusia pilihan dewa!"

Kepala suku mengangguk lalu memerintahkan untuk menyediakan makanan dan membawa masuk si bocah.

Jaga Saksena di bawa masuk ke dalam rumah paling besar. Tali jebakan dilepas oleh pemimpin rombongan lalu semua orang keluar.

Tak berapa lama, seorang wanita masih muda masuk. Itu terlihat dari kulit serta buah dada yang masih kencang.

Mata Jaga Saksena melotot memandang ke wanita muda, bukan sebab buah kembar kencang di dadanya akan tetapi sebab si wanita muda membawa sebuah wadah dari daun berisi umbi-umbian yang sepertinya telah direbus.

"Waaah! Glegk!" tak kuasa Jaga Saksena untuk tidak menelan air liurnya sendiri.

"Kau makanlah umbi-umbian ini. Agar tubuhmu lebih segar!"

"Apa yang kau katakan?!" Jaga Saksena tidak paham. "Jika kau ingin memberiku makan, lepaskan tanganku!"

Bocah itu menggerakkan dua tangannya yang terikat ke samping, agar si wanita muda tahu dirinya terikat.

"Aku tidak boleh melepas ikatanmu. Baiklah, aku akan menyuapimu!"

Wanita muda itu mengambil satu umbi lalu mendekatkan diri cukup dekat hingga Jaga Saksena bisa mencium aroma ramuan berwarna putih yang dikenakan si wanita muda.

"Makanlah!"

Wanita muda itu mengangsurkan umbi ke mulut Jaga Saksena yang segera di sambut dengan lahap.

"Enak sekali! Luar biasa!" Jaga Saksena memgomentari makanan yang ia kunyah. "Lembut di mulut!"

Saat yang sama, di luar rumah tepatnya di tengah-tengah pemukiman, orang-orang mulai sibuk mengumpulkan kayu bakar.

Ada pula yang tengah sibuk mempersiapkan palang kayu untuk menyalib si bocah.

Terpopuler

Comments

🐼 𝓚𝓮𝓷𝓬𝓪𝓷𝓪 𝓦𝓪𝓷𝓰𝓲

🐼 𝓚𝓮𝓷𝓬𝓪𝓷𝓪 𝓦𝓪𝓷𝓰𝓲

Jaga anak baik, sudah dapat makan ditambah bonus pulak, disuapi sama cewek 🤭🤭😅

2022-12-14

1

🐼 𝓚𝓮𝓷𝓬𝓪𝓷𝓪 𝓦𝓪𝓷𝓰𝓲

🐼 𝓚𝓮𝓷𝓬𝓪𝓷𝓪 𝓦𝓪𝓷𝓰𝓲

nah lo!
bingung kan, itu krtutup atau nggak 🤭🤭😁

2022-12-14

1

🐼 𝓚𝓮𝓷𝓬𝓪𝓷𝓪 𝓦𝓪𝓷𝓰𝓲

🐼 𝓚𝓮𝓷𝓬𝓪𝓷𝓪 𝓦𝓪𝓷𝓰𝓲

udah kek Teletubies berpelukan 😅😅😂

2022-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 dan 2. Keluar Pulau
2 Bab 4. Godaan
3 Bab 5. Suku Kanibal
4 Bab 6. Tertangkap
5 Bab 7. Dikorbankan
6 Bab 8. Dikabulkan Ataukah Kebetulan
7 Bab 9. Keluar Dari Hutan
8 Bab 10. Dua Pendekar Golok Buntung
9 Bab 11. Menuju Saindara Gumilang
10 Bab 12. Kusir Yang Dingin
11 Bab 13. Untung!
12 Bab 14. Masalah Pelik Mulai Muncul
13 Bab 15. Lebih Baik Mengadu Nyawa
14 Bab 16. Apes
15 Bab 17. Banaspati
16 Bab 18. Pertarungan Sengit
17 Bab 19. Sang Penolong
18 Bab 20. Jaga Ditemukan
19 Bab 21. Tiba Di Gerbang Kerajaan
20 Bab 22. Masuk Kotaraja
21 Bab 23. Gadis Kecil Itu
22 Bab 24. Tarung Sayembara
23 Bab 25. Awal Mula Masalah Besar
24 Bab 26. Kabur Menghindari Masalah
25 Bab 27. Selebaran
26 Bab 28. Woro-woro Disebar
27 Bab 29. Pria Berjubah Putih
28 Bab 30. Fitnah Wanita
29 Bab 31. Jaga Resmi Menjadi Buruan
30 Bab 32. Masih Lolos
31 Bab 33. Tak Lagi Bisa Kabur!
32 Bab 34. Nyawa Di Ujung Tanduk
33 Bab 35. Gugur Bunga
34 Bab 36. Hendak Dikuliti
35 Bab 37. Guru
36 Bab 38. Mulai Berlatih
37 Bab 39. Turun Gunung
38 Bab 40. Dikira Dukun Sakti
39 Bab 41. Hantu Kepala Tengleng
40 Bab 42. Hatif, Suara Tanpa Rupa
41 Bab 43. Kawanan Pemburu Budak Gunung
42 Bab 44. Tekad Hati Jaga Saksena
43 Bab 45. Tarung
44 Bab 46. Berlatih Kembali
45 Bab 47. Rasaning Rasa
46 Bab 48. Turun Gunung
47 Bab 49. Dendam Dua Pendekar
48 Bab 50. Pertarungan Sesungguhnya
49 Bab 51. Lurah Pasar
50 Bab 52. Hancur-hancuran
51 Bab 53. Penjajah Kecil, Gobed Hitam!
52 Bab 54. Penolong Di Saat Genting
53 Bab 55. Melawan Kelompok Gobed Hitam
54 Bab 56. Kemenangan Pihak Desa
55 Bab 57. Kembali Ke Ajaran Luluhur
56 Bab 58. Tantangan Sujiwala
57 Bab 59. Tanding
58 Bab 60. Penyelidikan
59 Bab 61. Pengemis Itu
60 Bab 62. Pertemuan Kembali
61 Bab 63. Penyerangan
62 Bab 64. Mengamuk
63 Bab 65. Penyelidikan Dua Senopati
64 Bab 66. Gerak Senyap Dua Sentana
65 Bab 67. Duel
66 Bab 68. Penyiksaan Sungsang
67 Bab 69. Terjebak
68 Bab 70. Genderang Perang Suku Lembah Kenabala
69 Bab 71. Pertemuan Kembali
70 Bab 72. Lamar
71 Bab 73. Pengkhianatan
72 Bab 74. Penyerbuan Dari Belakang
73 Bab 75. Kekuatan Sang Putri
74 Bab 76. Anjian Gumbolo Wojo
75 Bab 77. Serangan Masal
76 Bab 78. Membalik Arus
77 Bab 79. Jaga Saksena Masuki Medan Perang
78 Bab 80. Nyali Mereka Menciut
79 Bab 81. Kedigdayaan Sundara Watu
80 Bab 82. Pertarungan Menggila
81 Bab 83. Serangan Pamungkas Sundara Watu
82 JS 84. Jalan Keselamatan
83 Bab 85. Jaga Saksena Sang Pahlawan
84 Bab 86. Meja Makan Dan Kebencian
85 Bab 87. Kasam Raden Bakintal
86 Bab 88. Pembuktian
87 Bab 89. Masalah Pelik
88 Bab 90. Mujahadah
89 Bab 91. Pendekar Peniup Bledeg
90 Bab 92. Kelicikan Raja Basukamba
91 Bab 93. Raja Basukamba Jalankan Siasatnya
92 Bab 94. Kalah
93 Bab 95. Jalan Keluar Terbaik
94 Bab 96. Ritual Raden Bakintal
95 Bab 97. Persekutuan Terlarang
96 Bab 98. Nyai Kinasih Bergerak
97 Bab 99. Kejutan Dari Anesha Sari
98 Bab 100. Rencana Bakintal
99 Bab 101. Perjalanan Menuju Gunung Parigi
100 Bab 102. Tulul Amal
101 Bab 103. Penyatuan
102 Bab 104. Angkara Murka Kama Kumara
103 Bab 105. Menjajal Kekuatan
104 Bab 106. Petaka Kama Kumara
105 Bab 107. Mendung Kelabu Saindara Gumilang
106 Bab 108. Musuh Lama, Raden Bakintal
107 Bab 109. Tak Mengerti
108 Bab 110. Kemunculan Jaga
109 Bab 111. Strategi Jaga
110 Bab 112. Sumpah Sang Putri
111 Bab 113. Penyelidikan
112 Bab 114. Polah Sang Raja Baru
113 Bab 115. Kala Manusia Lebih Rendah Dari Binatang
114 Bab 116. Pemicu
115 Bab 117. Diracuni
116 Bab 118. Kakak Yang Kejam
117 Bab 119. Duel Dua Saudara
118 Bab 120. Sengit
119 Bab 121. Rencana Pembelotan
120 Bab 122. Dia Kembali!
121 Bab 123. Kemunculan Jaga Saksena
122 Bab 124. Tarung Berhari-hari
123 Bab 125. Kakek Penempa
124 Bab 126. Kakek Misterius Itu
125 Bab 127. Puncak Pertarungan
126 Bab 128. Pemuda Berpakaian Aneh
127 Bab 129. Pertemuan Kembali
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Bab 1 dan 2. Keluar Pulau
2
Bab 4. Godaan
3
Bab 5. Suku Kanibal
4
Bab 6. Tertangkap
5
Bab 7. Dikorbankan
6
Bab 8. Dikabulkan Ataukah Kebetulan
7
Bab 9. Keluar Dari Hutan
8
Bab 10. Dua Pendekar Golok Buntung
9
Bab 11. Menuju Saindara Gumilang
10
Bab 12. Kusir Yang Dingin
11
Bab 13. Untung!
12
Bab 14. Masalah Pelik Mulai Muncul
13
Bab 15. Lebih Baik Mengadu Nyawa
14
Bab 16. Apes
15
Bab 17. Banaspati
16
Bab 18. Pertarungan Sengit
17
Bab 19. Sang Penolong
18
Bab 20. Jaga Ditemukan
19
Bab 21. Tiba Di Gerbang Kerajaan
20
Bab 22. Masuk Kotaraja
21
Bab 23. Gadis Kecil Itu
22
Bab 24. Tarung Sayembara
23
Bab 25. Awal Mula Masalah Besar
24
Bab 26. Kabur Menghindari Masalah
25
Bab 27. Selebaran
26
Bab 28. Woro-woro Disebar
27
Bab 29. Pria Berjubah Putih
28
Bab 30. Fitnah Wanita
29
Bab 31. Jaga Resmi Menjadi Buruan
30
Bab 32. Masih Lolos
31
Bab 33. Tak Lagi Bisa Kabur!
32
Bab 34. Nyawa Di Ujung Tanduk
33
Bab 35. Gugur Bunga
34
Bab 36. Hendak Dikuliti
35
Bab 37. Guru
36
Bab 38. Mulai Berlatih
37
Bab 39. Turun Gunung
38
Bab 40. Dikira Dukun Sakti
39
Bab 41. Hantu Kepala Tengleng
40
Bab 42. Hatif, Suara Tanpa Rupa
41
Bab 43. Kawanan Pemburu Budak Gunung
42
Bab 44. Tekad Hati Jaga Saksena
43
Bab 45. Tarung
44
Bab 46. Berlatih Kembali
45
Bab 47. Rasaning Rasa
46
Bab 48. Turun Gunung
47
Bab 49. Dendam Dua Pendekar
48
Bab 50. Pertarungan Sesungguhnya
49
Bab 51. Lurah Pasar
50
Bab 52. Hancur-hancuran
51
Bab 53. Penjajah Kecil, Gobed Hitam!
52
Bab 54. Penolong Di Saat Genting
53
Bab 55. Melawan Kelompok Gobed Hitam
54
Bab 56. Kemenangan Pihak Desa
55
Bab 57. Kembali Ke Ajaran Luluhur
56
Bab 58. Tantangan Sujiwala
57
Bab 59. Tanding
58
Bab 60. Penyelidikan
59
Bab 61. Pengemis Itu
60
Bab 62. Pertemuan Kembali
61
Bab 63. Penyerangan
62
Bab 64. Mengamuk
63
Bab 65. Penyelidikan Dua Senopati
64
Bab 66. Gerak Senyap Dua Sentana
65
Bab 67. Duel
66
Bab 68. Penyiksaan Sungsang
67
Bab 69. Terjebak
68
Bab 70. Genderang Perang Suku Lembah Kenabala
69
Bab 71. Pertemuan Kembali
70
Bab 72. Lamar
71
Bab 73. Pengkhianatan
72
Bab 74. Penyerbuan Dari Belakang
73
Bab 75. Kekuatan Sang Putri
74
Bab 76. Anjian Gumbolo Wojo
75
Bab 77. Serangan Masal
76
Bab 78. Membalik Arus
77
Bab 79. Jaga Saksena Masuki Medan Perang
78
Bab 80. Nyali Mereka Menciut
79
Bab 81. Kedigdayaan Sundara Watu
80
Bab 82. Pertarungan Menggila
81
Bab 83. Serangan Pamungkas Sundara Watu
82
JS 84. Jalan Keselamatan
83
Bab 85. Jaga Saksena Sang Pahlawan
84
Bab 86. Meja Makan Dan Kebencian
85
Bab 87. Kasam Raden Bakintal
86
Bab 88. Pembuktian
87
Bab 89. Masalah Pelik
88
Bab 90. Mujahadah
89
Bab 91. Pendekar Peniup Bledeg
90
Bab 92. Kelicikan Raja Basukamba
91
Bab 93. Raja Basukamba Jalankan Siasatnya
92
Bab 94. Kalah
93
Bab 95. Jalan Keluar Terbaik
94
Bab 96. Ritual Raden Bakintal
95
Bab 97. Persekutuan Terlarang
96
Bab 98. Nyai Kinasih Bergerak
97
Bab 99. Kejutan Dari Anesha Sari
98
Bab 100. Rencana Bakintal
99
Bab 101. Perjalanan Menuju Gunung Parigi
100
Bab 102. Tulul Amal
101
Bab 103. Penyatuan
102
Bab 104. Angkara Murka Kama Kumara
103
Bab 105. Menjajal Kekuatan
104
Bab 106. Petaka Kama Kumara
105
Bab 107. Mendung Kelabu Saindara Gumilang
106
Bab 108. Musuh Lama, Raden Bakintal
107
Bab 109. Tak Mengerti
108
Bab 110. Kemunculan Jaga
109
Bab 111. Strategi Jaga
110
Bab 112. Sumpah Sang Putri
111
Bab 113. Penyelidikan
112
Bab 114. Polah Sang Raja Baru
113
Bab 115. Kala Manusia Lebih Rendah Dari Binatang
114
Bab 116. Pemicu
115
Bab 117. Diracuni
116
Bab 118. Kakak Yang Kejam
117
Bab 119. Duel Dua Saudara
118
Bab 120. Sengit
119
Bab 121. Rencana Pembelotan
120
Bab 122. Dia Kembali!
121
Bab 123. Kemunculan Jaga Saksena
122
Bab 124. Tarung Berhari-hari
123
Bab 125. Kakek Penempa
124
Bab 126. Kakek Misterius Itu
125
Bab 127. Puncak Pertarungan
126
Bab 128. Pemuda Berpakaian Aneh
127
Bab 129. Pertemuan Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!