Bab 4. Godaan

Pagi yang cerah secerah hati Jaga Saksena.

"Para manusia! Aku datang!" teriaknya keras sembari berjalan cepat menelusupi lebatnya hutan belantara.

Setengah hari berjalan, tak bisa dicegah terdengar nyanyian perut Jaga diiringi tenaga yang tetiba menurun.

Rasa lapar yang terlupakan oleh semangat tetiba menyerang!

"Aku harus cari makanan dulu!"

Jaga Saksena berhenti, memutar pandangan ke atas, berharap ada pohon berbuah yang bisa dimakan.

Tidak menemukan apa pun, telinga Jaga Saksena menangkap suara pergerakan di balik semak-semak.

Jaga Saksena mengambil dua batu kecil di dekat kaki, menyelipkan satu di pakaiannya lalu yang satunya ia lempar ke sumber suara sembari bersiap memanjat ke pohon kecil terdekat.

Krosak!

"Hewan kecil apa itu?! Hasss ... larinya terlalu cepat!"

Berburu di hutan lebat tidak semudah membalik telapak tangan. Hewan-hewan seperti kelinci hutan dengan mudah menelusup ke semak perdu lebat lalu hilang entah ke mana.

Kruuukk!

Mengusap perutnya yang lapar, Jaga Saksena kembali berjalan. Hingga,

"Apa itu!" seru Jaga Saksena seraya mendekat dengan hati-hati.

Sebuah bulatan besar di dalam semak belukar yang telah dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk sarang. Ketika Jaga Saksena masuk ke sana, matanya membeliak.

"Telur, hahahaha!"

Girang bukan main Jaga Saksena mendapati lima butir telur sebesar dua kepalan tangannya.

"Ternyata ini sarang burung, tetapi kenapa di bawah bukan di atas pohon?!" Jaga Saksena berbicara sendiri sambil menimang satu butir telur besar.

"Maafkan aku pemilik sarang, ijinkan aku mengambil dua telurmu untuk kumakan!"

Berkata demikian, Jaga Saksena menyeruput mentah dua telur dengan terlebih dahulu melubangi cangkangnya dengan ujung kapak batu.

"Kenyaaaang ...!"

"Koaak!"

Kaget oleh suara keras, Jaga Saksena langsung bangkit bersiap berlari.

Benar saja, seekor burung besar dengan kaki dan leher panjang tengah berlari ke Jaga Saksena, menerabas semak-semak yang tumbuh di antara pepohonan.

"Aku hanya mengambil dua sajaaaa ...!"

Jaga Saksena lari terbirit-birit.

"Koakk!"

Burung yang tidak bisa terbang itu mengejar dengan kecepatan luar biasa. Sepertinya dia benar-benar marah akibat telurnya dicuri.

Dengan paruh siap menghantam kepala buruannya, si burung besar berleher panjang semakin memperpendek jarak. Dan ....

Cruk!

Hantaman paruh burung menancap dangkal di sebuah pohon. Rupanya Jaga Saksena berhasil lolos dengan melompat ke atas, menancapkan kapak pada batang pohon untuk dijadikan pegangan lalu memanjat.

Cara jitu yang kembali menyelamatkan nyawa Jaga Saksena dari incaran hewan buas. Sebab beberapa hari ini, cara inilah yang ia pake untuk menghindari hewan-hewan buas.

"Sini naik kalau kau berani!" ejek Jaga pada si burung yang mendongak menatap marah padanya.

"Koakk!!"

"Sudah kukatakan, aku hanya mengambil dua telurmu saja. Kau bisa bertelur lagi apa susahnya?!" teriak Jaga Saksena.

"Koakk!"

"Terserah kaulah!"

Jaga Saksena ongkang-ongkang di atas cabang pohon yang mampu menahan berat tubuhnya.

"Koakk!"

"Cepatlah balik sana! Telurmu bisa dimakan ular!" Jaga Saksena meliuk-liukkan tangannya menirukan gerakan ular.

"Koakk!" masih marah, burung terus mengacungkan paruhnya.

"Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Sebagai sesama makhluk sudah sepatutnya saling mengingatkan!"

"Koakk!"

"Iya sudah kurestui, pergi sana!"

"Koakk!"

"Apa lagi?! Aku tidak punya apa-apa untuk bekalmu!" Jaga Saksena seakan berbincang dengan burung tersebut meski sebenarnya tidak nyambung.

"Koakk!"

"Oh ada, kau memaksaku! Ini!"

Wett!

Jaga Saksena teringat masih menyimpan satu batu. Dengan cepat ia menyambit kepala burung besar berleher panjang tersebut.

Klotak!

"Koakk!"

Meski tidak melukai, lemparan batu yang tepat mengenai bawah mata cukup membuat si burung kaget.

"Mau lagi?!" teriak Jaga Saksena hanya menggertak karena hanya itu yang bisa ia lemparkan, sebab kapak batu tertancap di bawah ketika ia gunakan untuk awalan memanjat pohon.

"Koakk!"

Dengan penuh amarah terpendam, si burung membalik badan lalu pergi. Naluri hewaninya tidak bisa meninggalkan sarang terlalu lama.

"Hahaha! Aneh juga itu burung. Mau pergi setelah kuberi bekal. Eh, burung atau ayam ya? Kenapa dia tidak bisa terbang?"

Sambil bertanya-tanya, Jaga Saksena memastikan burung itu benar-benar pergi.

Merasa aman, bocah itu perlahan turun. Mengambil kapak batunya kembali sebelum melanjutkan perjalanan.

*

Sinar matahari yang menerobos celah hutan telah berwarna jingga. Namun Jaga Saksena belum juga mencapai sebuah pemukiman yang ditengarai semalam menyalakan api.

Jaga Saksena belum bisa memperkirakan jarak. Ia tidak tahu, api semalam yang ia lihat kecil sebenarnya merupakan kobaran api yang besar. Artinya jaraknya sangat jauh.

"Aku akan memanjat lebih tinggi nanti malam. Mungkin aku salah lihat!" gumam Jaga Saksena sembari terus berjalan menunggu petang benar-benar datang.

Malam pun tiba. Kembali Jaga Saksena berdiam diri di atas pohon, hanya berteman suara binatang malam hutan dan pekatnya kegelapan, membuatnya benar-benar merindukan pertemuan dengan manusia lain.

"Sebaiknya aku tidur, merindukan mereka belum tentu baik bagiku. Lagi, menurut Byung ada manusia jahat dan ada manusia baik. Belum tentu pula aku bertemu manusia baik." Jaga Saksena menghibur diri, agar lelap segera menjemputnya.

Lebb!

Mengendaplah rasa Jaga Saksena, lelap dalam tidur dan memasuki alam mimpi.

"Hai manusia! Bangun!"

Jaga Saksena kaget oleh sebuah bentakan keras.

"Monyet! Ganggu orang tidur saja!"

"Hahahaha! Aku tahu kau memiliki keinginan kuat. Aku akan mengabulkan permintaanmu tetapi dengan satu syarat!"

"Kau siapa?! Wujudmu saja tak jelas mau mewujudkan keinginan orang!" ketus Jaga Saksena sembari mengamati bentuk bayangan hitam besar yang melayang di depannya.

"Aku Dewa Kegelapan penguasa hutan ini. Akulah yang patut disembah. Kau hanya perlu menyembahku, memberikan pengorbanan untukku maka semua keinginanmu akan kukabulkan!"

"Menyembahmu?!"

"Iya!"

"Kau pikir kau lebih tampan dariku?!"

Dengan sangat percaya diri Jaga Saksena membandingkan dirinya dengan sosok bayangan hitam besar. Setidaknya Jaga Saksena pernah mendapat pujian tampan meski itu hanya pujian dari Byungnya.

"Bocah! Ini bukan masalah tampan! Dengarkan baik-baik. Aku akan memberimu segala kemudahan, segala apa yang kau inginkan. Tetapi dengan satu syarat, sembahlah aku!"

"Baiklah, aku ingin kau menciptakan matahari untuk menyaingi matahari Sang Pencipta!"

"Hahaha!" Sosok hitam besar tertawa sebelum berkata. "Mudah! Lihatlah ini!"

Bayangan hitam besar mulai mengeluarkan suara aneh, sesuatu yang tidak dipahami oleh Jaga Saksena, mantra.

"Lihatlah ke langit!" seru si bayangan hitam besar menunjuk ke langit. "Matahari telah ada dua!"

Tak membantah, Jaga Saksena pun melihat ke langit untuk kemudian mengernyit dahi. 'Mana mataharinya?'

Jaga Saksena hanya melihat kerlip bintang kecil. Mungkin di sebelah timur ada bulan yang tidak sempurna tetapi tertutup rimbunnya dedaunan pepohonan.

"Sebenarnya kau ini apa?! Menurut Byung selain manusia ada golongan jin atau belis. Tapi Byung tidak bercerita ada belis goblok sepertimu."

"Goblok?!"

"Iya goblok! Jelas-jelas di langit gelap tidak ada matahari. Apalagi dua matahari. Pergi! Pergi! Mengganggu orang tidur saja!"

"Ba-bagaimana mungkin?" Sosok hitam tergagap, sihir yang ia gunakan barusan ternyata tidak bisa mempengaruhi si bocah.

Terpopuler

Comments

Roni Sakroni

Roni Sakroni

burung apa ya

2024-07-19

0

Zazat Btk

Zazat Btk

seru lucu... burung kalau sedang marah hahaha

2023-08-01

0

🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅

🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅

Ha ha ha... kocak lo jaga, burung lagi marah diajak ngomong

2022-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 dan 2. Keluar Pulau
2 Bab 4. Godaan
3 Bab 5. Suku Kanibal
4 Bab 6. Tertangkap
5 Bab 7. Dikorbankan
6 Bab 8. Dikabulkan Ataukah Kebetulan
7 Bab 9. Keluar Dari Hutan
8 Bab 10. Dua Pendekar Golok Buntung
9 Bab 11. Menuju Saindara Gumilang
10 Bab 12. Kusir Yang Dingin
11 Bab 13. Untung!
12 Bab 14. Masalah Pelik Mulai Muncul
13 Bab 15. Lebih Baik Mengadu Nyawa
14 Bab 16. Apes
15 Bab 17. Banaspati
16 Bab 18. Pertarungan Sengit
17 Bab 19. Sang Penolong
18 Bab 20. Jaga Ditemukan
19 Bab 21. Tiba Di Gerbang Kerajaan
20 Bab 22. Masuk Kotaraja
21 Bab 23. Gadis Kecil Itu
22 Bab 24. Tarung Sayembara
23 Bab 25. Awal Mula Masalah Besar
24 Bab 26. Kabur Menghindari Masalah
25 Bab 27. Selebaran
26 Bab 28. Woro-woro Disebar
27 Bab 29. Pria Berjubah Putih
28 Bab 30. Fitnah Wanita
29 Bab 31. Jaga Resmi Menjadi Buruan
30 Bab 32. Masih Lolos
31 Bab 33. Tak Lagi Bisa Kabur!
32 Bab 34. Nyawa Di Ujung Tanduk
33 Bab 35. Gugur Bunga
34 Bab 36. Hendak Dikuliti
35 Bab 37. Guru
36 Bab 38. Mulai Berlatih
37 Bab 39. Turun Gunung
38 Bab 40. Dikira Dukun Sakti
39 Bab 41. Hantu Kepala Tengleng
40 Bab 42. Hatif, Suara Tanpa Rupa
41 Bab 43. Kawanan Pemburu Budak Gunung
42 Bab 44. Tekad Hati Jaga Saksena
43 Bab 45. Tarung
44 Bab 46. Berlatih Kembali
45 Bab 47. Rasaning Rasa
46 Bab 48. Turun Gunung
47 Bab 49. Dendam Dua Pendekar
48 Bab 50. Pertarungan Sesungguhnya
49 Bab 51. Lurah Pasar
50 Bab 52. Hancur-hancuran
51 Bab 53. Penjajah Kecil, Gobed Hitam!
52 Bab 54. Penolong Di Saat Genting
53 Bab 55. Melawan Kelompok Gobed Hitam
54 Bab 56. Kemenangan Pihak Desa
55 Bab 57. Kembali Ke Ajaran Luluhur
56 Bab 58. Tantangan Sujiwala
57 Bab 59. Tanding
58 Bab 60. Penyelidikan
59 Bab 61. Pengemis Itu
60 Bab 62. Pertemuan Kembali
61 Bab 63. Penyerangan
62 Bab 64. Mengamuk
63 Bab 65. Penyelidikan Dua Senopati
64 Bab 66. Gerak Senyap Dua Sentana
65 Bab 67. Duel
66 Bab 68. Penyiksaan Sungsang
67 Bab 69. Terjebak
68 Bab 70. Genderang Perang Suku Lembah Kenabala
69 Bab 71. Pertemuan Kembali
70 Bab 72. Lamar
71 Bab 73. Pengkhianatan
72 Bab 74. Penyerbuan Dari Belakang
73 Bab 75. Kekuatan Sang Putri
74 Bab 76. Anjian Gumbolo Wojo
75 Bab 77. Serangan Masal
76 Bab 78. Membalik Arus
77 Bab 79. Jaga Saksena Masuki Medan Perang
78 Bab 80. Nyali Mereka Menciut
79 Bab 81. Kedigdayaan Sundara Watu
80 Bab 82. Pertarungan Menggila
81 Bab 83. Serangan Pamungkas Sundara Watu
82 JS 84. Jalan Keselamatan
83 Bab 85. Jaga Saksena Sang Pahlawan
84 Bab 86. Meja Makan Dan Kebencian
85 Bab 87. Kasam Raden Bakintal
86 Bab 88. Pembuktian
87 Bab 89. Masalah Pelik
88 Bab 90. Mujahadah
89 Bab 91. Pendekar Peniup Bledeg
90 Bab 92. Kelicikan Raja Basukamba
91 Bab 93. Raja Basukamba Jalankan Siasatnya
92 Bab 94. Kalah
93 Bab 95. Jalan Keluar Terbaik
94 Bab 96. Ritual Raden Bakintal
95 Bab 97. Persekutuan Terlarang
96 Bab 98. Nyai Kinasih Bergerak
97 Bab 99. Kejutan Dari Anesha Sari
98 Bab 100. Rencana Bakintal
99 Bab 101. Perjalanan Menuju Gunung Parigi
100 Bab 102. Tulul Amal
101 Bab 103. Penyatuan
102 Bab 104. Angkara Murka Kama Kumara
103 Bab 105. Menjajal Kekuatan
104 Bab 106. Petaka Kama Kumara
105 Bab 107. Mendung Kelabu Saindara Gumilang
106 Bab 108. Musuh Lama, Raden Bakintal
107 Bab 109. Tak Mengerti
108 Bab 110. Kemunculan Jaga
109 Bab 111. Strategi Jaga
110 Bab 112. Sumpah Sang Putri
111 Bab 113. Penyelidikan
112 Bab 114. Polah Sang Raja Baru
113 Bab 115. Kala Manusia Lebih Rendah Dari Binatang
114 Bab 116. Pemicu
115 Bab 117. Diracuni
116 Bab 118. Kakak Yang Kejam
117 Bab 119. Duel Dua Saudara
118 Bab 120. Sengit
119 Bab 121. Rencana Pembelotan
120 Bab 122. Dia Kembali!
121 Bab 123. Kemunculan Jaga Saksena
122 Bab 124. Tarung Berhari-hari
123 Bab 125. Kakek Penempa
124 Bab 126. Kakek Misterius Itu
125 Bab 127. Puncak Pertarungan
126 Bab 128. Pemuda Berpakaian Aneh
127 Bab 129. Pertemuan Kembali
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Bab 1 dan 2. Keluar Pulau
2
Bab 4. Godaan
3
Bab 5. Suku Kanibal
4
Bab 6. Tertangkap
5
Bab 7. Dikorbankan
6
Bab 8. Dikabulkan Ataukah Kebetulan
7
Bab 9. Keluar Dari Hutan
8
Bab 10. Dua Pendekar Golok Buntung
9
Bab 11. Menuju Saindara Gumilang
10
Bab 12. Kusir Yang Dingin
11
Bab 13. Untung!
12
Bab 14. Masalah Pelik Mulai Muncul
13
Bab 15. Lebih Baik Mengadu Nyawa
14
Bab 16. Apes
15
Bab 17. Banaspati
16
Bab 18. Pertarungan Sengit
17
Bab 19. Sang Penolong
18
Bab 20. Jaga Ditemukan
19
Bab 21. Tiba Di Gerbang Kerajaan
20
Bab 22. Masuk Kotaraja
21
Bab 23. Gadis Kecil Itu
22
Bab 24. Tarung Sayembara
23
Bab 25. Awal Mula Masalah Besar
24
Bab 26. Kabur Menghindari Masalah
25
Bab 27. Selebaran
26
Bab 28. Woro-woro Disebar
27
Bab 29. Pria Berjubah Putih
28
Bab 30. Fitnah Wanita
29
Bab 31. Jaga Resmi Menjadi Buruan
30
Bab 32. Masih Lolos
31
Bab 33. Tak Lagi Bisa Kabur!
32
Bab 34. Nyawa Di Ujung Tanduk
33
Bab 35. Gugur Bunga
34
Bab 36. Hendak Dikuliti
35
Bab 37. Guru
36
Bab 38. Mulai Berlatih
37
Bab 39. Turun Gunung
38
Bab 40. Dikira Dukun Sakti
39
Bab 41. Hantu Kepala Tengleng
40
Bab 42. Hatif, Suara Tanpa Rupa
41
Bab 43. Kawanan Pemburu Budak Gunung
42
Bab 44. Tekad Hati Jaga Saksena
43
Bab 45. Tarung
44
Bab 46. Berlatih Kembali
45
Bab 47. Rasaning Rasa
46
Bab 48. Turun Gunung
47
Bab 49. Dendam Dua Pendekar
48
Bab 50. Pertarungan Sesungguhnya
49
Bab 51. Lurah Pasar
50
Bab 52. Hancur-hancuran
51
Bab 53. Penjajah Kecil, Gobed Hitam!
52
Bab 54. Penolong Di Saat Genting
53
Bab 55. Melawan Kelompok Gobed Hitam
54
Bab 56. Kemenangan Pihak Desa
55
Bab 57. Kembali Ke Ajaran Luluhur
56
Bab 58. Tantangan Sujiwala
57
Bab 59. Tanding
58
Bab 60. Penyelidikan
59
Bab 61. Pengemis Itu
60
Bab 62. Pertemuan Kembali
61
Bab 63. Penyerangan
62
Bab 64. Mengamuk
63
Bab 65. Penyelidikan Dua Senopati
64
Bab 66. Gerak Senyap Dua Sentana
65
Bab 67. Duel
66
Bab 68. Penyiksaan Sungsang
67
Bab 69. Terjebak
68
Bab 70. Genderang Perang Suku Lembah Kenabala
69
Bab 71. Pertemuan Kembali
70
Bab 72. Lamar
71
Bab 73. Pengkhianatan
72
Bab 74. Penyerbuan Dari Belakang
73
Bab 75. Kekuatan Sang Putri
74
Bab 76. Anjian Gumbolo Wojo
75
Bab 77. Serangan Masal
76
Bab 78. Membalik Arus
77
Bab 79. Jaga Saksena Masuki Medan Perang
78
Bab 80. Nyali Mereka Menciut
79
Bab 81. Kedigdayaan Sundara Watu
80
Bab 82. Pertarungan Menggila
81
Bab 83. Serangan Pamungkas Sundara Watu
82
JS 84. Jalan Keselamatan
83
Bab 85. Jaga Saksena Sang Pahlawan
84
Bab 86. Meja Makan Dan Kebencian
85
Bab 87. Kasam Raden Bakintal
86
Bab 88. Pembuktian
87
Bab 89. Masalah Pelik
88
Bab 90. Mujahadah
89
Bab 91. Pendekar Peniup Bledeg
90
Bab 92. Kelicikan Raja Basukamba
91
Bab 93. Raja Basukamba Jalankan Siasatnya
92
Bab 94. Kalah
93
Bab 95. Jalan Keluar Terbaik
94
Bab 96. Ritual Raden Bakintal
95
Bab 97. Persekutuan Terlarang
96
Bab 98. Nyai Kinasih Bergerak
97
Bab 99. Kejutan Dari Anesha Sari
98
Bab 100. Rencana Bakintal
99
Bab 101. Perjalanan Menuju Gunung Parigi
100
Bab 102. Tulul Amal
101
Bab 103. Penyatuan
102
Bab 104. Angkara Murka Kama Kumara
103
Bab 105. Menjajal Kekuatan
104
Bab 106. Petaka Kama Kumara
105
Bab 107. Mendung Kelabu Saindara Gumilang
106
Bab 108. Musuh Lama, Raden Bakintal
107
Bab 109. Tak Mengerti
108
Bab 110. Kemunculan Jaga
109
Bab 111. Strategi Jaga
110
Bab 112. Sumpah Sang Putri
111
Bab 113. Penyelidikan
112
Bab 114. Polah Sang Raja Baru
113
Bab 115. Kala Manusia Lebih Rendah Dari Binatang
114
Bab 116. Pemicu
115
Bab 117. Diracuni
116
Bab 118. Kakak Yang Kejam
117
Bab 119. Duel Dua Saudara
118
Bab 120. Sengit
119
Bab 121. Rencana Pembelotan
120
Bab 122. Dia Kembali!
121
Bab 123. Kemunculan Jaga Saksena
122
Bab 124. Tarung Berhari-hari
123
Bab 125. Kakek Penempa
124
Bab 126. Kakek Misterius Itu
125
Bab 127. Puncak Pertarungan
126
Bab 128. Pemuda Berpakaian Aneh
127
Bab 129. Pertemuan Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!